Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Ratusan Petani Saling Serang dengan 4 Kuintal Tomat

Senin, 31 Juli 2023 - 09:23 WIB
loading...
Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Ratusan Petani Saling Serang dengan 4 Kuintal Tomat
Ratusan petani di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah mengelar Perang Tomat. Mereka saling serang dengan melempar buah tomat. Foto/iNews TV/Catur Edi Purwanto
A A A
PURBALINGGA - Ratusan petani di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah mengelar Perang Tomat. Mereka saling serang dengan melempar buah tomat.

Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Ratusan Petani Saling Serang dengan 4 Kuintal Tomat

Ratusan petani di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah mengelar Perang Tomat. Foto/iNews TV/Catur Edi Purwanto

Perang Tomat yang digelar di lereng Gunung Slamet ini merupakan perwujudan rasa gembira dan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan menjalin tali silaturahmi antar petani.



Sejak pagi, ratusan petani telah bersiap mengikuti tradisi Perang Tomat yang digelar Pemerintah Desa Serang.

Asal usul perang tomat konon berawal dari sejarah nama Desa Serang. Banyak jawara dari daerah lain datang untuk menguji kesaktian sesepuh desa dan para jawara Desa Serang.

Dalam perang tersebut, para jawara sering meneriakkan kata serang saat berperang. Sehingga sesepuh dan para jawara menamakan lokasi berperang menjadi Desa Serang.

Ketua Panitia Perang Tomat, Pulung menjelaskan, warga dan para petani menggelar perang buah tomat untuk melestarikan tradisi perang yang ada di desanya.



"Peserta Perang Tomat merupakan petani dan warga Desa Serang, baik laki laki maupun perempuan," katanya, dikutip Senin (31/7/2023).

Sebelum memulai perang buah tomat, para petani yang menjadi peserta melakukan gerakan senam pemanasan dan meneriakkan yel-yel untuk penyemangat. Peserta terbagi dalam sepuluh kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga puluh hingga lima puluh orang.

Saat panitia memberikan aba aba tanda dimulainya perang tomat, para peserta langsung saling menyerang menggunakan buah tomat.

"Empat kuintal buah tomat sengaja dijadikan senjata atau amunisi untuk alat berperang dalam Perang Tomat ini," ujar Pulung.



Suasana riuh dan sorak sorai peserta dan penonton menambah ramai suasana perang buah tomat ini. Peperangan dengan media buah tomat ini semakin unik. Sebab semua peserta di wajibkan berpakaian unik, sesuai selera kelompok masing masing.

Dalam sejarahnya, buah tomat yang digunakan dalam perang tomat merupakan buah yang telah membusuk yang sudah tidak laku dijual.

Meski harus menahan rasa sakit akibat lemparan buah tomat dari lawan, namun peserta mengaku senang.

"Tak ada pihak yang menang dan kalah dalam perang tomat ini. Sebab tujuannya hanya satu yaitu bersyukur kepada Tuhan, serta menyambung silaturahmi antar petani buah dan sayur," ujar Suratmi, salah satu peserta Perang Tomat.

Perang tomat yang digelar di area parkir wisata Lembah Asri Serang ini merupakan rangkaian Festival Gunung Slamet keenam.

Desa Serang di lereng Gunung Slamet selama ini menjadi sentra penghasil buah dan sayuran, di antaranya yaitu strawbery, wortel dan tomat. Dari ribuan petani di Desa Derang ini dapat di hasilkan buah dan sayur mayur puluhan ton setiap pekan.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2442 seconds (0.1#10.140)