Hadiri Soropadan Festival 2023, Ganjar: Introduksi Teknologi Kunci Gaet Milenial Tekuni Pertanian
loading...
A
A
A
"Rumusnya tadi dari penyuluh bagus banget, 'pak teknologi, gak ada yang lain'. Dan memang sudah saatnya percepatan alih daya teknologi pertanian ditingkatkan," ujarnya.
Kata Ganjar, introduksi teknologi dalam pertanian tidak hanya terkait alat dan mesin pertanian (alsintan) saja, tapi sampai dengan seluruh prosesnya. Di antaranya disebutkan, dalam proses on farm saat ini sudah menggunakan sekolah iklim, lalu gunakan teknologi digital untuk pemantauan.
"Kemudian, perpaduan antara irigasi, pupuk, obat, bisa jadi satu. Bahkan dengan pola pertanian green house sangat bisa menarik anak muda untuk bertani, sehingga mereka punya komoditas," ujarnya.
Ganjar juga menyoroti potensi ekonomi hortikultura untuk menarik anak muda milenial dan Gen Z semangat bertani. Sebab, hortikultura tak pernah terpengaruh musim.
"Kita mendekati El Nino ini, masih selalu bertahan. Bahkan, sejumlah komoditas buah-buahan sangat laku di pasaran. Kalau kita arahkan anak muda ke sana, rasa-rasanya akan tertarik," kata dia.
Memang, sambung Ganjar, untuk lebih membuat milenial dan Gen Z tertarik, harus ada stimulan, pelatihan, dan juga pendampingan. Juga ditambah dengan introduksi teknologi digital dalam dunia pertanian.
Di sisi lain, kata Ganjar, ketersediaan pupuk juga harus diperhatikan. Ia mengakui, secara nasional ketersediaan pupuk menjadi perhatian banyak kalangan.
"Iya, memang ada kekurangan pupuk. Sehingga, kita harus serisu betul memperhatikan ini," ucapnya.
Kata Ganjar, kekurangan pupuk dalam negeri karena sejumlah faktor. Antara lain karena bahan dasar pupuk tidak tersedia dalam negeri, maka harus menjalin kerja sama dengan negara lain yang mempunyai sumber daya tersebut. Di sisi lain, gerakan pupuk organik mesti ditingkatkan di kalangan petani.
"Setidaknya ya separuh-separuh. Tapi kita juga memproyeksikan menuju organik, karena sekarang sudah semakin canggih. Kalau dulu pakai pupuk organik menggunakan kuantitas yang besar, sekarang dengan fermentasi, dengan teknologi, sudah masuk dalam bentuk cair. Dan itu sekarang mesti digenjot," paparnya.
Kata Ganjar, introduksi teknologi dalam pertanian tidak hanya terkait alat dan mesin pertanian (alsintan) saja, tapi sampai dengan seluruh prosesnya. Di antaranya disebutkan, dalam proses on farm saat ini sudah menggunakan sekolah iklim, lalu gunakan teknologi digital untuk pemantauan.
"Kemudian, perpaduan antara irigasi, pupuk, obat, bisa jadi satu. Bahkan dengan pola pertanian green house sangat bisa menarik anak muda untuk bertani, sehingga mereka punya komoditas," ujarnya.
Ganjar juga menyoroti potensi ekonomi hortikultura untuk menarik anak muda milenial dan Gen Z semangat bertani. Sebab, hortikultura tak pernah terpengaruh musim.
"Kita mendekati El Nino ini, masih selalu bertahan. Bahkan, sejumlah komoditas buah-buahan sangat laku di pasaran. Kalau kita arahkan anak muda ke sana, rasa-rasanya akan tertarik," kata dia.
Memang, sambung Ganjar, untuk lebih membuat milenial dan Gen Z tertarik, harus ada stimulan, pelatihan, dan juga pendampingan. Juga ditambah dengan introduksi teknologi digital dalam dunia pertanian.
Di sisi lain, kata Ganjar, ketersediaan pupuk juga harus diperhatikan. Ia mengakui, secara nasional ketersediaan pupuk menjadi perhatian banyak kalangan.
"Iya, memang ada kekurangan pupuk. Sehingga, kita harus serisu betul memperhatikan ini," ucapnya.
Kata Ganjar, kekurangan pupuk dalam negeri karena sejumlah faktor. Antara lain karena bahan dasar pupuk tidak tersedia dalam negeri, maka harus menjalin kerja sama dengan negara lain yang mempunyai sumber daya tersebut. Di sisi lain, gerakan pupuk organik mesti ditingkatkan di kalangan petani.
"Setidaknya ya separuh-separuh. Tapi kita juga memproyeksikan menuju organik, karena sekarang sudah semakin canggih. Kalau dulu pakai pupuk organik menggunakan kuantitas yang besar, sekarang dengan fermentasi, dengan teknologi, sudah masuk dalam bentuk cair. Dan itu sekarang mesti digenjot," paparnya.