Sejarah Paregreg, Perang Saudara Awali Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kamis, 06 Juli 2023 - 08:50 WIB
loading...
Sejarah Paregreg, Perang Saudara Awali Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Pasca Hayam Wuruk wafat terjadi perebutan kekuasaan antar saudara. Puncaknya pertumpahan darah di Perang Paregreg yang memicu runtuhnya kejayaan Majapahit. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Kerajaan Majapahit pernah menguasai hampir seluruh bagian Nusantara yang menyisakan sepenggal sejarah kelam. Pecahnya Perang Paregreg sebagai salah satu awal kehancuran kemaharajaan Majapahit yang berdiri sejak akhir abad ke-13 Masehi ini.

Perang Paregreg muncul karena pembagian dua wilayah Kerajaan Majapahit di sisi barat dan timur. Kendati sebenarnya pembagian wilayah ini telah ada sejak era Raden Wijaya pasca Perjanjian Songeneb usai pemberontakan Rangga Lawe.

Kemudian perbedaan wilayah itu berhasil disatukan oleh Jayanagara dan terus berlanjut di masa pemerintahan Hayam Wuruk. Namun di akhir pemerintahan Hayam Wuruk konon muncullah kembali Kerajaan Majapahit timur yang dipimpin Wijayarajasa.



Tetapi hubungan antara barat dan timur masih cukup harmonis. Hal ini dikarenakan Wijayarajasa yang menguasai Majapahit Timur masih merupakan mertua Hayam Wuruk yang berkuasa di Majapahit Barat, dikutip dari "Perang Bubat 1279 Saka : Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit".

Sepeninggal Wijayarajasa tahun 1398, tahta kekuasaan Majapahit Timur diduduki cucunya yakni Bhre Wirabhumi. Sementara sepeninggal Hayam Wuruk (1389), takhta kekuasaan Majapahit Barat diduduki oWikramawardhana yang merupakan putra menantunya.

Ketika Indudewi meninggal dunia, Bhre Wirabhumi mengangkat Nagarawardhani sebagai Bhre Lasem yang bergelar Bhre Lasem Sang Alemu. Sementara, Wikramawardhana mengangkat Kusumawardhani sebagai Bhre Lasem bergelar Bhre Lasem Sang Ahayu.



Inilah penyebab utama timbulnya perang dingin antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi. Perang dingin antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi tersebut berujung pada Perang Paregreg.

Menurut pemaknaan dari para sejarawan bahwa Perang Paregreg merupakan perang setahap demi setahap dalam tempo yang lambat. Pihak yang menang dalam Perang Paregreg pun silih berganti.

Kadang pertempuran dimenangkan oleh pihak Wikramawardhana atau Majapahit Barat dan kadang dimenangkan oleh pihak Bhre Wirabhumi dari Majapahit Timur.



Pada 1406, pasukan Majapahit Barat yang dipimpin Bhre Tumapel (putra Wikramawardhana) menyerbu kubu Bhre Wirabhumi. Dari penyerbuan Bhre Tumapel mengakibatkan pihak Bhre Wirabhumi menderita kekalahan.

Bhre Wirabhumi melarikan diri dengan menggunakan perahu pada malam hari. Sesudah tertangkap, Bhre Wirabhumi dipenggal kepalanya oleh Raden Gajah (Bhra Narapati) yang menjabat sebagai Ratu Angabhaya.

Oleh Raden Gajah, kepala Bhre Wirabhumi diserahkan pada Wikarmawardhana. Jenazah Bhre Wirabhumi kemudian dicandikan di Lung dengan nama Girisa Pura.

Pascaperang, Wikramawardhana memboyong Bhre Daha yang merupakan putri Bhre Wirabhumi untuk dijadikan istri menggantikan Kusumawardhani yang meninggal pada tahun 1440. Dari perkawinan itu lahirlah Sri Suhita yang kelak naik takhta pada tahun 1427.

Semasa menjabat sebagai raja, Sri Suhita membalas dendam pada Raden Gajah yang membunuh Bhre Wirabhumi kakeknya melalui hukuman penggal kepala pada tahun 1433.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1317 seconds (0.1#10.140)