Tanah di Pegunungan Larompong Selatan Terbelah Sepanjang Ratusan Meter
loading...
A
A
A
LUWU - Sebuah video yang menunjukkan adanya fenomena tanah terbelah di area pegunungan di desa Gandang Batu, kecamatan Larompong Selatan, kabupaten Luwu beredar luas di masyarakat.
Terkait kebenaran video ini, SINDOnews melakukan klarifikasi ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu. Sekretaris BPBD Luwu, Aminuddin Alwi mengatakan video tersebut bukan hoaks. Alwi membenarkan video tersebut, diambil oleh seseorang di daerah pegunungan di Larompong Selatan.
"Ada beberapa orang juga mengirimkan video tersebut ke saya. Saya kemudian laporkan ke Bupati Luwu," ujarnya.
"Setelah kami dapat perintah, BPBD Luwu langsung turun mengkroscek ke lapangan untuk memastikan kondisi di lapangan. Hasilnya sesuai isi video tersebut, jadi video ini bukan hoaks," ujarnya.
Berdasarkan pengamatan BPBD di lapangan, memang terjadipergerakan tanah di pegunungan di desa Gandang Batu kecamatan Larompong Selatan.
"Yang sudah dilihat langsung anggota kami panjangnya sekira 300 meter, namun patahan tanah ini masih panjang hingga ke area hutan lebat. Anggota kami tidak melanjutkan perjalanan karena medannya sulit ditembus," sebut Aminuddin.
Dari laporan warga setempat ke BPBD Luwu, tanah terbelah atau patahan tanah di area tersebut memiliki panjang sekitar 1 kilometer ke arah dalam hutan lebat di pegunungan tersebut.
Hasil pengamatan BPBD di lapangan juga telah dikoordinasikan ke Bappeda Luwu sebagai pihak yang ditunjuk Bupati Luwu mengkoordinir tim ahli dari Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk meneliti dan mengkaji banjir di Kabupaten Luwu saat ini.
"Saya juga sudah berkoordinasi dengan Bappeda termasuk tim ahli dari Unhas yang tengah mengkaji banjir di Luwu," lanjutnya.
Dikonfirmasi terpisah, Bachrianto, salah seorang staf ahli lingkungan dalam tim tersebut membenarkankejadian tersebut.
"Kami tim dari Unhas yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten Luwu untuk mengkaji sejumlah aspek terkait banjir di Luwu juga menerima informasi video di atas, bahkan kami diminta untuk sekalian meninjau lokasi untuk mengetahui seperti apa fenomena ini," ujarnya.
"Hari ini (minggu) tim kami sudah turun, ada Muhlis Mustamin selalu fasilitator tim kajian banjir. Tujuan awal kami ke sana mengambil gambar, mengamati, menghitung jarak dan lain-lain data yang dibutuhkan," lanjutnya.
Data yang dibutuhkan tim ini yakni posisi lintang agar bisa menganalisa di peta.
"Kita akan lihat hubungannya dengan pegunungan yang lain baru nanti ada analisa geologi. Soal potensi longsor akan kami kaji khusus," ujarnya.
Bachrianto saat melihat video tersebut mengungkapkan kehawatirannya fenomena tersebut mirip di Luwu Utara. Banjir yang terjadi di Luwu Utara berdasarkan kajian sejumlah pakar disebutkan akibat terjadinya banyak longsor di samping karena curah hujan yang cukup tinggi.
"Khusus di Larompong Selatan ini, untuk kajian potensi longsor mungkin kita akan memberi gambaran umum, karena kita sementara fokus pada persoalan banjir, untuk potensi geologi tentu lebih jauh dalam lagi. Kita akan lihat di peta apakah ada patahan yang berhubungan langsung dengan patahan di Larompong Selatan," kuncinya.
Terkait kebenaran video ini, SINDOnews melakukan klarifikasi ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu. Sekretaris BPBD Luwu, Aminuddin Alwi mengatakan video tersebut bukan hoaks. Alwi membenarkan video tersebut, diambil oleh seseorang di daerah pegunungan di Larompong Selatan.
"Ada beberapa orang juga mengirimkan video tersebut ke saya. Saya kemudian laporkan ke Bupati Luwu," ujarnya.
"Setelah kami dapat perintah, BPBD Luwu langsung turun mengkroscek ke lapangan untuk memastikan kondisi di lapangan. Hasilnya sesuai isi video tersebut, jadi video ini bukan hoaks," ujarnya.
Berdasarkan pengamatan BPBD di lapangan, memang terjadipergerakan tanah di pegunungan di desa Gandang Batu kecamatan Larompong Selatan.
"Yang sudah dilihat langsung anggota kami panjangnya sekira 300 meter, namun patahan tanah ini masih panjang hingga ke area hutan lebat. Anggota kami tidak melanjutkan perjalanan karena medannya sulit ditembus," sebut Aminuddin.
Dari laporan warga setempat ke BPBD Luwu, tanah terbelah atau patahan tanah di area tersebut memiliki panjang sekitar 1 kilometer ke arah dalam hutan lebat di pegunungan tersebut.
Hasil pengamatan BPBD di lapangan juga telah dikoordinasikan ke Bappeda Luwu sebagai pihak yang ditunjuk Bupati Luwu mengkoordinir tim ahli dari Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk meneliti dan mengkaji banjir di Kabupaten Luwu saat ini.
"Saya juga sudah berkoordinasi dengan Bappeda termasuk tim ahli dari Unhas yang tengah mengkaji banjir di Luwu," lanjutnya.
Dikonfirmasi terpisah, Bachrianto, salah seorang staf ahli lingkungan dalam tim tersebut membenarkankejadian tersebut.
"Kami tim dari Unhas yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten Luwu untuk mengkaji sejumlah aspek terkait banjir di Luwu juga menerima informasi video di atas, bahkan kami diminta untuk sekalian meninjau lokasi untuk mengetahui seperti apa fenomena ini," ujarnya.
"Hari ini (minggu) tim kami sudah turun, ada Muhlis Mustamin selalu fasilitator tim kajian banjir. Tujuan awal kami ke sana mengambil gambar, mengamati, menghitung jarak dan lain-lain data yang dibutuhkan," lanjutnya.
Data yang dibutuhkan tim ini yakni posisi lintang agar bisa menganalisa di peta.
"Kita akan lihat hubungannya dengan pegunungan yang lain baru nanti ada analisa geologi. Soal potensi longsor akan kami kaji khusus," ujarnya.
Bachrianto saat melihat video tersebut mengungkapkan kehawatirannya fenomena tersebut mirip di Luwu Utara. Banjir yang terjadi di Luwu Utara berdasarkan kajian sejumlah pakar disebutkan akibat terjadinya banyak longsor di samping karena curah hujan yang cukup tinggi.
"Khusus di Larompong Selatan ini, untuk kajian potensi longsor mungkin kita akan memberi gambaran umum, karena kita sementara fokus pada persoalan banjir, untuk potensi geologi tentu lebih jauh dalam lagi. Kita akan lihat di peta apakah ada patahan yang berhubungan langsung dengan patahan di Larompong Selatan," kuncinya.
(luq)