Nasib Si Lumbung Pangan Kampung Nimbokrang, Asa Itu Masih Ada
loading...
A
A
A
"Harapan kita lahan ini bisa kembali dimanfaatkan seperti dulu ditahun 80-an yang terkenal dengan padi kedelai dan jeruk. Memang yang membuat lahan seperti ini akibat permasalahan hak ulayat dengan masyarat adat,"kata Rasino.
Pihaknya berharap pemerintah bersama adat dan warga masyarakat Transmigrasi bisa duduk dan mencari jalan keluar terbaik atas persoalan tersebut. Intinya, persoalan ulayat hendaknya menjadi keseriusan Pemerintah daerah, sehingga Nimbokrang bisa kembali menjadi lumbung pangan Kabupaten Jayapura.
"Harus ada solusi, supaya lahan-lahan ini tidak dibiarkan begitu saja dan bisa menjadi lahan produktif, dan harapannya bisa menjadikan sumber ekonomi bagi warga masyarakat,"ucapanya.
Semua curah pikir warga Nimbokrang masih bergulat dengan nasib lahan-lahan yang sangat potensial ini. Asa ini rupanya juga menghantui Brigpol Yoyong Kuncoro sejak fungsi Babinkamtibmas itu disematnya.
"Saya sangat berharap lahan-lahan ini kembali bisa ditanami seperti dulu," kata dia, Jumat (24/7/2020).
Keinginannya itu diakuinya terus disampaikan kepada para pejabat dan dinas terkait termasuk pihak DPR Provinsi Papua dan Kabupaten Jayapura yang bertandang ke Kampung Nimbokrang. Selaku pengayom bersama Babinsa Koramil Genyem siap mengawal lahan-lahan tidur tersebut bisa dibuka kembali.
"Ini harus diperjuangkan, ya kami hanya bisa menyampaikan keluh ini ke pejabat atau DPR yang datang. Kami sebagai perpanjangan pimpinan bersama Babinsa siap mengawal. Kami sangat berharap lahan ini bisa ditanami kembali,"ucapnya lagi.
Untuk diketahui, Kampung Nimbokrang merupakan kampung administratif Distrik Nimbokrang. Pada era tahun 1980-an, kampung ini sangat dikenal masyarakat luas sebagai kampung lumbung pangan terbaik Kabupaten Jayapura. Penghasilan utama warganya adalah dari sektor pertanian, baik berupa tanaman Padi, Kedelai dan palawija lain, termasuk perkebunan jeruk.
Tak hanya pertanian, di kala itu dan masih eksis hingga saat ini adalah sektor peternakan. Warga juga cukup produktif dalam hal peternakan sapi. Namun seiring waktu, slogan lumbung pangan itu kini sirna, persoalan sengketa lahan garapan dengan pemilik ulayat membuat semangat bertani warga redam seketika.
Dan bahkan untuk terus membuat dapur ngebul, warga harus mencari sektor lain yang bisa mendatangkan income, sektor jasa dan industri misalkan.
Pihaknya berharap pemerintah bersama adat dan warga masyarakat Transmigrasi bisa duduk dan mencari jalan keluar terbaik atas persoalan tersebut. Intinya, persoalan ulayat hendaknya menjadi keseriusan Pemerintah daerah, sehingga Nimbokrang bisa kembali menjadi lumbung pangan Kabupaten Jayapura.
"Harus ada solusi, supaya lahan-lahan ini tidak dibiarkan begitu saja dan bisa menjadi lahan produktif, dan harapannya bisa menjadikan sumber ekonomi bagi warga masyarakat,"ucapanya.
Semua curah pikir warga Nimbokrang masih bergulat dengan nasib lahan-lahan yang sangat potensial ini. Asa ini rupanya juga menghantui Brigpol Yoyong Kuncoro sejak fungsi Babinkamtibmas itu disematnya.
"Saya sangat berharap lahan-lahan ini kembali bisa ditanami seperti dulu," kata dia, Jumat (24/7/2020).
Keinginannya itu diakuinya terus disampaikan kepada para pejabat dan dinas terkait termasuk pihak DPR Provinsi Papua dan Kabupaten Jayapura yang bertandang ke Kampung Nimbokrang. Selaku pengayom bersama Babinsa Koramil Genyem siap mengawal lahan-lahan tidur tersebut bisa dibuka kembali.
"Ini harus diperjuangkan, ya kami hanya bisa menyampaikan keluh ini ke pejabat atau DPR yang datang. Kami sebagai perpanjangan pimpinan bersama Babinsa siap mengawal. Kami sangat berharap lahan ini bisa ditanami kembali,"ucapnya lagi.
Untuk diketahui, Kampung Nimbokrang merupakan kampung administratif Distrik Nimbokrang. Pada era tahun 1980-an, kampung ini sangat dikenal masyarakat luas sebagai kampung lumbung pangan terbaik Kabupaten Jayapura. Penghasilan utama warganya adalah dari sektor pertanian, baik berupa tanaman Padi, Kedelai dan palawija lain, termasuk perkebunan jeruk.
Tak hanya pertanian, di kala itu dan masih eksis hingga saat ini adalah sektor peternakan. Warga juga cukup produktif dalam hal peternakan sapi. Namun seiring waktu, slogan lumbung pangan itu kini sirna, persoalan sengketa lahan garapan dengan pemilik ulayat membuat semangat bertani warga redam seketika.
Dan bahkan untuk terus membuat dapur ngebul, warga harus mencari sektor lain yang bisa mendatangkan income, sektor jasa dan industri misalkan.