Wilayah Kerajaan Keling Usai Kalahkan Majapahit di Era Raja Girindrawardhana
loading...
A
A
A
Seandainya Girindrawardhana Dyah Ranawijaya benar raja Majapahit, namanya pasti disebut dalam Pararaton sesudah Sang mokta ring kadaton i çaka çunya-nora-yuganing-wong. Kenyataannya ialah Pararaton tidak menyebutnya. Hal itu merupakan suatu petunjuk bahwa Dyah Ranawijaya memang bukan raja Majapahit.
Dyah Ranawijaya juga bukan raja Kediri seperti anggapan N.J.Krom, karena dalam gelar itu nama Kediri juga disebut sejajar dengan Janggala. Dasar anggapan Krom seperti berikut.
Dalam prasasti Jiyu I dan Jiyu III dinyatakan bahwa Bhatara Keling Girindrawardhana Dyah Ranawijaya memberikan perintah kepada Brahmaraja Ganggadhara, untuk menyelenggarakan pesta sradha sempurna demi memperingati mangkatnya Cri Paduka ring Dahanapura, Sang Mokta ing Indranibhawana.
Tokoh ini diidentifikasikan oleh Krom dengan Bhre Daha dalam Pararaton yang naik tahta pada tahun Saka 1359 atau sama dengan 1437 Masehi dan mangkat pada tahun Saka 1386 atau sama dengan 1464 Masehi. Sementara Krom mengidentifikasikan Wilwatikta adalah negara yang direbut Daha sama dengan Kadiri.
Daha sama dengan Kadiri, tempat asal Dyah Ranawijaya. Dengan demikian timbul pendapat bahwa Kediri telah merebut Wilwatikta atau Majapahit. Girindrawardhana ialah nama dinasti Kediri yang tampil kembali dan berhasil menguasai Majapahit.
W.F.Stutterheim juga beranggapan bahwa dinasti Girindrawardhana bersemayam di Kediri dan berhasil mengusir Dinasti Kertarajasa pada tahun 1478. Tarikh itu bertepatan dengan tarikh penundukan Majapahit oleh tentara Islam dalam babad. Bahwa Majapahit ditundukkan oleh tentara Islam pada tahun 1478, seperti dinyatakan dalam babad, sebenarnya tidak tepat.
Yang benar ialah bahwa Majapahit dikuasai oleh orang-orang yang tidak berhak atas tahta Majapahit. Mereka itu bukan orang Muslim. Meskipun Majapahit telah jatuh di tangan orang yang tidak berhak, namun kerajaan itu masih tetap bertahan. Kapan sesungguhnya kerajaan itu berakhir, hal itu tidak diketahui. Berdasarkan sumber berita Portugis, Majapahit runtuh antara tahun 1514 dan 1528.
Lihat Juga: Kisah Kitab Kuno Nagarakretagama Deskripsikan Kerajaan Besar yang Berkuasa di Pulau Jawa
Dyah Ranawijaya juga bukan raja Kediri seperti anggapan N.J.Krom, karena dalam gelar itu nama Kediri juga disebut sejajar dengan Janggala. Dasar anggapan Krom seperti berikut.
Dalam prasasti Jiyu I dan Jiyu III dinyatakan bahwa Bhatara Keling Girindrawardhana Dyah Ranawijaya memberikan perintah kepada Brahmaraja Ganggadhara, untuk menyelenggarakan pesta sradha sempurna demi memperingati mangkatnya Cri Paduka ring Dahanapura, Sang Mokta ing Indranibhawana.
Tokoh ini diidentifikasikan oleh Krom dengan Bhre Daha dalam Pararaton yang naik tahta pada tahun Saka 1359 atau sama dengan 1437 Masehi dan mangkat pada tahun Saka 1386 atau sama dengan 1464 Masehi. Sementara Krom mengidentifikasikan Wilwatikta adalah negara yang direbut Daha sama dengan Kadiri.
Daha sama dengan Kadiri, tempat asal Dyah Ranawijaya. Dengan demikian timbul pendapat bahwa Kediri telah merebut Wilwatikta atau Majapahit. Girindrawardhana ialah nama dinasti Kediri yang tampil kembali dan berhasil menguasai Majapahit.
Baca Juga
W.F.Stutterheim juga beranggapan bahwa dinasti Girindrawardhana bersemayam di Kediri dan berhasil mengusir Dinasti Kertarajasa pada tahun 1478. Tarikh itu bertepatan dengan tarikh penundukan Majapahit oleh tentara Islam dalam babad. Bahwa Majapahit ditundukkan oleh tentara Islam pada tahun 1478, seperti dinyatakan dalam babad, sebenarnya tidak tepat.
Yang benar ialah bahwa Majapahit dikuasai oleh orang-orang yang tidak berhak atas tahta Majapahit. Mereka itu bukan orang Muslim. Meskipun Majapahit telah jatuh di tangan orang yang tidak berhak, namun kerajaan itu masih tetap bertahan. Kapan sesungguhnya kerajaan itu berakhir, hal itu tidak diketahui. Berdasarkan sumber berita Portugis, Majapahit runtuh antara tahun 1514 dan 1528.
Lihat Juga: Kisah Kitab Kuno Nagarakretagama Deskripsikan Kerajaan Besar yang Berkuasa di Pulau Jawa
(don)