Keanehan Masjid Tiban yang Pernah Berpindah Lokasi secara Misterius
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berada di tengah hutan Kosambi yang hening, penampilan Masjid Tiban menghadirkan aura mistis. Masjid Tiban memang menyimpan sejarah dan misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Masjid Tiban yang berada di Desa Terkesi, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan ini muncul pada zaman Kerajaan Demak masa kepemimpinan Raden Patah. Konon, masjid ini dibangun oleh Sunan Kalijaga bersama santri.
Sunan dan santri membangun masjid ini untuk melaksanakan ibadah salat selama proses pencarian kayu jati di tengah hutan. Maka tentu saja setelah pencarian kayu selesai, Masjid Tiban ditinggalkan sendirian tanpa penghuni di tengah hutan.
Dari sinilah asal muasal kisah misterius yang menyertai keberadaannya. Rentetan peristiwa mencengangkan pun terjadi pada masjid peninggalan Sunan Kalijaga itu.
Kiai Alif Yauma, sebagaimana dikutip iNews.id, menjelaskan bahwa setelah Masjid Tiban ditinggalkan oleh Sunan Kalijaga karena tugas sudah selesai, masjid menjadi tidak berpenghuni dan tidak digunakan lagi.
Nah anehnya, ketika ditinggalkan, masjid ini tiba-tiba menghilang dan berpindah tempat yang berjarak dua kilometer dengan lokasi awal ia dibangun. Namun, di lokasi kedua ini, Masjid Tiban juga sepi dan tidak digunakan masyarakat sekitar untuk beribadah.
Keanehan pun berlanjut, di mana Masjid Tiban berpindah tempat untuk kedua kalinya dan lokasinya berada, berpindah agak ke bawah hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari lokasinya yang kedua.
Warga yang saat itu tinggal di sekitar masjid dikagetkan dengan kemunculan masjid tersebut. Hingga akhirnya masjid mulai ramai digunakan warga untuk melaksanakan ibadah.
Tidak hanya itu, pada saat bersamaan kemunculan masjid, muncul juga sumber mata air yang besar dan jerih di samping masjid yang digunakan untuk berwudhu. Hingga kini sumber mata air ini tidak pernah kering sepanjang tahun dan dimanfaatkan warga sekitar.
Menurut pengurus Masjid Tiban, lokasi kedua di mana Masjid Tiban berpindah kini menjadi sebuah kunden atau tempat makam ulama setempat.
Hingga saat ini peninggalan Wali Songo yang masih terjaga adalah gapura masuk masjid, belik atau sumber air di sekitar masjid dan mustoko berwarna kuning yang menjadi ciri khas Masjid Demak masih menancap atas masjid.
Masjid Tiban sudah mengalami renovasi sebanyak tiga kali karena seluruh kayu dan bangunan masjid sudah lapuk dan dikhawatirkan roboh. Kayu bekas bangunan Masjid Tiban tersebut kini tersimpan di atap masjid.
Warga mengaku tidak berani untuk mengambil atau melihat kayu tersebut karena ada hal misterius atau keanehan yang terjadi jika kayu tersebut dipindahkan dari atap masjid.
Warga mengaku, saat ini masjid selalu dimanfaatkan untuk beribadah, membaca Alquran dan mengkaji kitab kuning setiap hari bersama warga dan para sesepuh desa.
Bahkan dalam keseharian masjid tidak pernah kosong dengan kegiatan di bulan suci Ramadhan ini. kegiatan masjid menjadi semakin padat dengan berbagai macam kegiatan keagamaan mulai dari bada zuhur hingga subuh.
Lihat Juga: Nestapa Warga Monggot Grobogan Puluhan Tahun Tak Punya WC, Terpaksa Buang Air Besar di Hutan
Masjid Tiban yang berada di Desa Terkesi, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan ini muncul pada zaman Kerajaan Demak masa kepemimpinan Raden Patah. Konon, masjid ini dibangun oleh Sunan Kalijaga bersama santri.
Baca Juga
Sunan dan santri membangun masjid ini untuk melaksanakan ibadah salat selama proses pencarian kayu jati di tengah hutan. Maka tentu saja setelah pencarian kayu selesai, Masjid Tiban ditinggalkan sendirian tanpa penghuni di tengah hutan.
Dari sinilah asal muasal kisah misterius yang menyertai keberadaannya. Rentetan peristiwa mencengangkan pun terjadi pada masjid peninggalan Sunan Kalijaga itu.
Kiai Alif Yauma, sebagaimana dikutip iNews.id, menjelaskan bahwa setelah Masjid Tiban ditinggalkan oleh Sunan Kalijaga karena tugas sudah selesai, masjid menjadi tidak berpenghuni dan tidak digunakan lagi.
Nah anehnya, ketika ditinggalkan, masjid ini tiba-tiba menghilang dan berpindah tempat yang berjarak dua kilometer dengan lokasi awal ia dibangun. Namun, di lokasi kedua ini, Masjid Tiban juga sepi dan tidak digunakan masyarakat sekitar untuk beribadah.
Keanehan pun berlanjut, di mana Masjid Tiban berpindah tempat untuk kedua kalinya dan lokasinya berada, berpindah agak ke bawah hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari lokasinya yang kedua.
Warga yang saat itu tinggal di sekitar masjid dikagetkan dengan kemunculan masjid tersebut. Hingga akhirnya masjid mulai ramai digunakan warga untuk melaksanakan ibadah.
Tidak hanya itu, pada saat bersamaan kemunculan masjid, muncul juga sumber mata air yang besar dan jerih di samping masjid yang digunakan untuk berwudhu. Hingga kini sumber mata air ini tidak pernah kering sepanjang tahun dan dimanfaatkan warga sekitar.
Menurut pengurus Masjid Tiban, lokasi kedua di mana Masjid Tiban berpindah kini menjadi sebuah kunden atau tempat makam ulama setempat.
Hingga saat ini peninggalan Wali Songo yang masih terjaga adalah gapura masuk masjid, belik atau sumber air di sekitar masjid dan mustoko berwarna kuning yang menjadi ciri khas Masjid Demak masih menancap atas masjid.
Masjid Tiban sudah mengalami renovasi sebanyak tiga kali karena seluruh kayu dan bangunan masjid sudah lapuk dan dikhawatirkan roboh. Kayu bekas bangunan Masjid Tiban tersebut kini tersimpan di atap masjid.
Warga mengaku tidak berani untuk mengambil atau melihat kayu tersebut karena ada hal misterius atau keanehan yang terjadi jika kayu tersebut dipindahkan dari atap masjid.
Warga mengaku, saat ini masjid selalu dimanfaatkan untuk beribadah, membaca Alquran dan mengkaji kitab kuning setiap hari bersama warga dan para sesepuh desa.
Bahkan dalam keseharian masjid tidak pernah kosong dengan kegiatan di bulan suci Ramadhan ini. kegiatan masjid menjadi semakin padat dengan berbagai macam kegiatan keagamaan mulai dari bada zuhur hingga subuh.
Lihat Juga: Nestapa Warga Monggot Grobogan Puluhan Tahun Tak Punya WC, Terpaksa Buang Air Besar di Hutan
(don)