100 Ribu Hewan di Sulsel Siap Dikurbankan Tahun Ini
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Stok hewan kurban di Sulsel menjelang Idul Adha 1441 Hijriah/2020 Masehi dijamin tercukupi. Ada sebanyak 100.007 ekor hewan kurban yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sulsel yang disiapkan untuk tahun ini. Baca : Idul Adha Tahun Ini, Sulsel Siapkan 42 Ribu Sapi Kurban
Dari data Dinas Peternakan Sulsel tahun 2020, dari total jumlah hewan kurban itu sebagian besar diantaranya jenis hewan ternak sapi 69.376 ekor. Kemudian 20.695 kambing, dan sisanya 9.936 ekor kerbau.
Kepala Dinas Peternakan Sulsel, Abdul Azis mengatakan, ketersediaan hewan kurban ini bahkan dianggap overstok. Pasalnya, jika melihat pengalaman tahun sebelumnya, hampir setengah diantaranya yang dikurban. "Insyaallah kita siap untuk hewan kurban tahun ini. Stok hewan kurban kita yang tersedia di Sulsel hampir 70.000 ekor," tutur Azis, kemarin.
Dia mengaku, Sulsel bahkan masih bisa mensuplai hewan ternak antar wilayah. Sebagai salah satu provinsi lumbung daging, Azis mengaku tiap tahun Sulsel mendistribusikan sekitar 26.000 sapi keluar daerah, biasanya ke pulau Kalimantan.
Itu di luar dari total 100 ribu hewan ternak untuk kurban yang disediakan dengan asumsi khusus konsumsi warga Sulsel sendiri. "Ini belum termasuk sapi Sulsel ke Kalimantan kurang lebih 26 ribu per tahun yang langsung teman-teman kabupaten/kota yang salurkan," lanjut dia.
Sementara jika merujuk data tahun 2019 lalu, Dinas Peternakan Sulsel mencatat ada 47.013 hewan ternak yang dikurbankan. Dengan rincian, 42.807 ekor diantaranya jenis sapi, 4.002 ekor kambing, dan 125 kerbau.
"Nanti setelah kurban baru kita lihat realisasinya hewan kurban yang dipotong tahun ini. Kita hanya menyiapkan. Tapi kan tentu lebih bagus kalau hewan yang dikurban lebih banyak dari tahun lalu," tambah Azis.
Diapun memastikan, pemeriksaan hewan ternak yang akan dikurbankan tetap melalui prosedur yang ketat. Untuk pemeriksaan hewan kurban, setidaknya dilakukan dalam dua tahap untuk memastikan kelayakannya.
Pemeriksaan pertama disebut antermorten. Dimana pemeriksaan awal kondisi hewan ternak secara fisik sebelum dipotong. Kemudian postmorten dengan melihat bagian dalam organ hewan yang telah disembelih.
"Itulah perlu kita lakukan pemeriksaan. Supaya betul-betul sapi yang kita kurbankan dalam keadaan sehat. Dirjen peternakan melalui dinas peternakan kabupaten/kota sudah diimbau melakukan pemeriksaan itu," tegasnya. Baca Juga : Warga Harus Tahu Hewan Kurban Wajib Kantongi Surat Sehat
Azis menuturkan, dinas kabupaten/kota pun sudah menyiapkan petugas untuk melalukan pengecekan dan pemeriksaan yang dimaksud. Meski begitu, dia berharap agar masyarakat atau kelompok warga yang hendak berkurban, proaktif melaporkan ke petugas setempat untuk dilakukan pemeriksaan kelayakan hewan lebih dulu.
Meski di tengah pandemi COVID-19, Azis memastikan hewan ternak tidak akan terdampak. Dia menegaskan, penularan virus korona hanya terjadi pada manusia, belum ada laporan sampai hewan ternak ikut terpapar.
"Jenis penyakitnya kan yang beda. Tidak ada ceritanya itu korona pada sapi. Intinya sampai sekarang tidak ada korona pada sapi," jelas dia. Makanya pemeriksaan untuk memastikan kelayakan sapi, hanya lewat pemeriksaan antemorten dan postmorten, bukan melalui pemeriksaan swab untuk diagnosis penyakit Covid-19.
"Kalau pemeriksaan pada sapi itu misalnya kan cuma untuk penyakit seperti antraks, misalnya. Itu yang perlu diwaspadai. Memastikan hewan ternak sehat. Kalau untuk corona kan tidak ada itu. Jadi tidak perlu ada swab segala macam, karena jenis penyakitnya beda," tandas Azis. Baca Lagi : Pemerintah Intensifkan Pengawasan Kesehatan Hewan Kurban di Makassar
Dari data Dinas Peternakan Sulsel tahun 2020, dari total jumlah hewan kurban itu sebagian besar diantaranya jenis hewan ternak sapi 69.376 ekor. Kemudian 20.695 kambing, dan sisanya 9.936 ekor kerbau.
Kepala Dinas Peternakan Sulsel, Abdul Azis mengatakan, ketersediaan hewan kurban ini bahkan dianggap overstok. Pasalnya, jika melihat pengalaman tahun sebelumnya, hampir setengah diantaranya yang dikurban. "Insyaallah kita siap untuk hewan kurban tahun ini. Stok hewan kurban kita yang tersedia di Sulsel hampir 70.000 ekor," tutur Azis, kemarin.
Dia mengaku, Sulsel bahkan masih bisa mensuplai hewan ternak antar wilayah. Sebagai salah satu provinsi lumbung daging, Azis mengaku tiap tahun Sulsel mendistribusikan sekitar 26.000 sapi keluar daerah, biasanya ke pulau Kalimantan.
Itu di luar dari total 100 ribu hewan ternak untuk kurban yang disediakan dengan asumsi khusus konsumsi warga Sulsel sendiri. "Ini belum termasuk sapi Sulsel ke Kalimantan kurang lebih 26 ribu per tahun yang langsung teman-teman kabupaten/kota yang salurkan," lanjut dia.
Sementara jika merujuk data tahun 2019 lalu, Dinas Peternakan Sulsel mencatat ada 47.013 hewan ternak yang dikurbankan. Dengan rincian, 42.807 ekor diantaranya jenis sapi, 4.002 ekor kambing, dan 125 kerbau.
"Nanti setelah kurban baru kita lihat realisasinya hewan kurban yang dipotong tahun ini. Kita hanya menyiapkan. Tapi kan tentu lebih bagus kalau hewan yang dikurban lebih banyak dari tahun lalu," tambah Azis.
Diapun memastikan, pemeriksaan hewan ternak yang akan dikurbankan tetap melalui prosedur yang ketat. Untuk pemeriksaan hewan kurban, setidaknya dilakukan dalam dua tahap untuk memastikan kelayakannya.
Pemeriksaan pertama disebut antermorten. Dimana pemeriksaan awal kondisi hewan ternak secara fisik sebelum dipotong. Kemudian postmorten dengan melihat bagian dalam organ hewan yang telah disembelih.
"Itulah perlu kita lakukan pemeriksaan. Supaya betul-betul sapi yang kita kurbankan dalam keadaan sehat. Dirjen peternakan melalui dinas peternakan kabupaten/kota sudah diimbau melakukan pemeriksaan itu," tegasnya. Baca Juga : Warga Harus Tahu Hewan Kurban Wajib Kantongi Surat Sehat
Azis menuturkan, dinas kabupaten/kota pun sudah menyiapkan petugas untuk melalukan pengecekan dan pemeriksaan yang dimaksud. Meski begitu, dia berharap agar masyarakat atau kelompok warga yang hendak berkurban, proaktif melaporkan ke petugas setempat untuk dilakukan pemeriksaan kelayakan hewan lebih dulu.
Meski di tengah pandemi COVID-19, Azis memastikan hewan ternak tidak akan terdampak. Dia menegaskan, penularan virus korona hanya terjadi pada manusia, belum ada laporan sampai hewan ternak ikut terpapar.
"Jenis penyakitnya kan yang beda. Tidak ada ceritanya itu korona pada sapi. Intinya sampai sekarang tidak ada korona pada sapi," jelas dia. Makanya pemeriksaan untuk memastikan kelayakan sapi, hanya lewat pemeriksaan antemorten dan postmorten, bukan melalui pemeriksaan swab untuk diagnosis penyakit Covid-19.
"Kalau pemeriksaan pada sapi itu misalnya kan cuma untuk penyakit seperti antraks, misalnya. Itu yang perlu diwaspadai. Memastikan hewan ternak sehat. Kalau untuk corona kan tidak ada itu. Jadi tidak perlu ada swab segala macam, karena jenis penyakitnya beda," tandas Azis. Baca Lagi : Pemerintah Intensifkan Pengawasan Kesehatan Hewan Kurban di Makassar
(sri)