Sejarah Selokan Mataram: Dibangun untuk Menyelamatkan Rakyat dari Romusha Jepang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selokan Mataram mungkin masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, dulunya saluran air tersebut dibangun untuk menyelamatkan rakyat dari kerja paksa yang dilakukan penjajah Jepang.
Dalam sejarah bangsa, Jepang pernah menduduki dan menjajah Indonesia setelah sekutu menyerah. Perlahan, mereka mulai mendatangi dan menguasai wilayah di Tanah Air dengan tujuan untuk dimanfaatkan, tak terkecuali daerah Yogyakarta.
Saat itu, Yogyakarta tengah dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Bersiap menghadapi kedatangan Jepang, Sultan telah menyiapkan berbagai strategi. Salah satunya adalah dengan membangun sebuah selokan.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan DIY, Rabu (3/5/2023), Sultan mengusulkan untuk mengerahkan rakyatnya guna membangun sebuah selokan. Adapun proyek tersebut menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak yang kemudian disebut sebagai selokan Mataram.
Selokan ini memiliki panjang sekitar 31,2 kilometer dengan pusatnya yang berada di desa Bligo dan karang talun. Saat itu, kehadiran saluran irigasi diperlukan untuk menyuburkan wilayah Yogyakarta yang kekeringan.
Namun, usulan tersebut sejatinya dilakukan Sultan Hamengkubuwono IX agar rakyatnya terhindar dari Romusha. Pada akhirnya, Jepang pun menyetujui proyek selokan itu.
Jepang sendiri memberikan nama saluran tersebut sebagai kanal Yoshihiro. Penamaannya mengacu pada nama jenderal perang Nippon yang bernama Shimazu Yoshihiro.
Strategi Sri Sultan Hamengkubuwono IX tersebut telah menghindarkan rakyatnya dari Romusha. Tak hanya itu, manfaat dari proyek tersebut juga terus dirasakan warga sekitarnya sampai sekarang.
Seiring waktu, selokan Mataram tidak hanya digunakan sebagai saluran irigasi saja. Dalam hal ini, pemanfaatannya juga dilakukan untuk pengairan kolam ikan, PLTA, hingga tempat wisata sekalipun.
Lihat Juga: Kisah Purnawarman, Raja Tarumanegara Penunggang Gajah yang Miliki Kekuatan Bak Dewa Wisnu
Dalam sejarah bangsa, Jepang pernah menduduki dan menjajah Indonesia setelah sekutu menyerah. Perlahan, mereka mulai mendatangi dan menguasai wilayah di Tanah Air dengan tujuan untuk dimanfaatkan, tak terkecuali daerah Yogyakarta.
Saat itu, Yogyakarta tengah dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Bersiap menghadapi kedatangan Jepang, Sultan telah menyiapkan berbagai strategi. Salah satunya adalah dengan membangun sebuah selokan.
Sejarah Selokan Mataram
Salah satu bentuk penjajahan Jepang adalah dengan kerja paksa yang biasa dikenal sebagai Romusha. Mengingat kejinya sistem tersebut, Sri Sultan memiliki sebuah strategi untuk mencegah rakyatnya menjadi korban Romusha.Mengutip laman Dinas Kebudayaan DIY, Rabu (3/5/2023), Sultan mengusulkan untuk mengerahkan rakyatnya guna membangun sebuah selokan. Adapun proyek tersebut menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak yang kemudian disebut sebagai selokan Mataram.
Selokan ini memiliki panjang sekitar 31,2 kilometer dengan pusatnya yang berada di desa Bligo dan karang talun. Saat itu, kehadiran saluran irigasi diperlukan untuk menyuburkan wilayah Yogyakarta yang kekeringan.
Namun, usulan tersebut sejatinya dilakukan Sultan Hamengkubuwono IX agar rakyatnya terhindar dari Romusha. Pada akhirnya, Jepang pun menyetujui proyek selokan itu.
Jepang sendiri memberikan nama saluran tersebut sebagai kanal Yoshihiro. Penamaannya mengacu pada nama jenderal perang Nippon yang bernama Shimazu Yoshihiro.
Strategi Sri Sultan Hamengkubuwono IX tersebut telah menghindarkan rakyatnya dari Romusha. Tak hanya itu, manfaat dari proyek tersebut juga terus dirasakan warga sekitarnya sampai sekarang.
Seiring waktu, selokan Mataram tidak hanya digunakan sebagai saluran irigasi saja. Dalam hal ini, pemanfaatannya juga dilakukan untuk pengairan kolam ikan, PLTA, hingga tempat wisata sekalipun.
Lihat Juga: Kisah Purnawarman, Raja Tarumanegara Penunggang Gajah yang Miliki Kekuatan Bak Dewa Wisnu
(bim)