FGD IWO Malang Bahas Artificial Intelligence, Indonesia Butuh Regulasi
loading...
![FGD IWO Malang Bahas...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2023/04/16/704/1074581/fgd-iwo-malang-bahas-artificial-intelligence-indonesia-butuh-regulasi-mnq.webp)
Direktur MNC Group, Christophorus Taufik (kiri) menjadi pembicara Focus Group Discussion (FGD) Sharing Knowledge Journalism dalam Bayang-Bayang Artificial Intelligence di Kota Batu. Foto/IST
A
A
A
KOTA BATU - Pengurus Daerah Ikatan Wartawan Online (IWO) Malang Raya menyelenggarakan Focus Group Discussion bertajuk Sharing Knowledge Journalism Dalam Bayang-Bayang Artificial Intelligence, di Ballroom Samara Hotel and Resort, Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Batu, Kota Batu, Sabtu (15/4/2023).
Kegiatan yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama itu menghadirkan seorang Digital Enthusiast sekaligus Direktur MNC Group, Christophorus Taufik.
Sekretaris IWO Malang Raya, Dyah Arum Sari yang didapuk sebagai moderator dan memimpin jalannya diskusi menyampaikan narasi pemantik.
“Penggunaan artificial intelligence untuk membantu kinerja jurnalistik memang tak terbantahkan. Dan jika tanpa kehati-hatian dalam pemanfaatannya berpotensi menjadi bumerang. Ibarat pisau bernata dua, kecerdasan buatan atau artificial intelligence menghadirkan kemudahan dalam berbagai bidang termasuk jurnalisme,” bebernya.
Namun, apakah kecerdasan buatan akan menggeser peran wartawan? atau sebatas membantu pekerjaannya? Karena itu, pihaknya mengundang Direktur MNC Group yang merupakan Digital Enthusiast, Christophorus Taufik.
"Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) tidak sekadar dalam penggunaan aplikasi. Namun, bagaimana memahami, menganalisisnya menjadi informasi yang berguna, dan dikembangkan untuk memudahkan kehidupan manusia. Kita pun perlu mengetahui kekurangan dan kelebihan artificial intelligence,” kata Christophorus Taufik yang juga merupakan Ketua DPP Partai Perindo itu.
Menurut Chris, kehadiran platform-platform tersebut membuat jurnalis harus melakukan banyak penyesuaian, karena sangat mungkin fenomena AI ini membawa sejumlah perubahan masif yang mengubah sistem tatanan yang lama menjadi sebuah sistem baru.
"Pekerjaan kita, dunia jurnalistik harus didesain ulang metodenya agar bisa bertahan. Semua tantangan pasti ada peluangnya,” sambungnya.
Diakuinya, perkembangan teknologi Artificial Intelligence di Indonesia perlu mendapat perhatian guna mengenali risiko, penyadaran akan risiko dan perencanaan penanggulangan dampak negatif ke depan.
Chris bahkan menilai pemerintah perlu merumuskan regulasi sebagai respons atas transformasi AI yang semakin massif, sekaligus menjadi pedoman bagi para jurnalis dan pemilik media. "Regulasi di Indonesia masih minim ketimbang negara lainnya seperti Australia yang lebih dulu menerapkan regulasi terkait pemanfaatan AI,” tegasnya.
Senada, Ketua IWO Malang Raya, Rudi Harianto mengatakan bahwa IWO sengaja menghadirkan narasumber yang berkompeten dan berpengalaman di bidangnya. "Forum ini sangat penting sebagai sarana peningkatan kreativitas dan kapasitas para jurnalis yang tergabung dalam Ikatan Wartawan Online,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Rudi berkeyakinan bahwa penguatan sumber daya manusia mutlak diperlukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada.
"Kita harus update dan upgrade agar mempunyai karya jurnalistik untuk pemilik media siber dan untuk wartawan. Pemanfaatan kecerdasan buatan kian menggejala di segala sektor. Saya sepakat dengan yang disampaikan oleh Pak Chris yang merupakan Pembina IWO Malang Raya. Bahwa di Indonesia, dibutuhkan regulasi yang spesifik tentang bagaimana mengatur penggunaan teknologi kecerdasan buatan tersebut,” pungkasnya.
Kegiatan yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama itu menghadirkan seorang Digital Enthusiast sekaligus Direktur MNC Group, Christophorus Taufik.
Sekretaris IWO Malang Raya, Dyah Arum Sari yang didapuk sebagai moderator dan memimpin jalannya diskusi menyampaikan narasi pemantik.
“Penggunaan artificial intelligence untuk membantu kinerja jurnalistik memang tak terbantahkan. Dan jika tanpa kehati-hatian dalam pemanfaatannya berpotensi menjadi bumerang. Ibarat pisau bernata dua, kecerdasan buatan atau artificial intelligence menghadirkan kemudahan dalam berbagai bidang termasuk jurnalisme,” bebernya.
Namun, apakah kecerdasan buatan akan menggeser peran wartawan? atau sebatas membantu pekerjaannya? Karena itu, pihaknya mengundang Direktur MNC Group yang merupakan Digital Enthusiast, Christophorus Taufik.
"Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) tidak sekadar dalam penggunaan aplikasi. Namun, bagaimana memahami, menganalisisnya menjadi informasi yang berguna, dan dikembangkan untuk memudahkan kehidupan manusia. Kita pun perlu mengetahui kekurangan dan kelebihan artificial intelligence,” kata Christophorus Taufik yang juga merupakan Ketua DPP Partai Perindo itu.
Menurut Chris, kehadiran platform-platform tersebut membuat jurnalis harus melakukan banyak penyesuaian, karena sangat mungkin fenomena AI ini membawa sejumlah perubahan masif yang mengubah sistem tatanan yang lama menjadi sebuah sistem baru.
"Pekerjaan kita, dunia jurnalistik harus didesain ulang metodenya agar bisa bertahan. Semua tantangan pasti ada peluangnya,” sambungnya.
Diakuinya, perkembangan teknologi Artificial Intelligence di Indonesia perlu mendapat perhatian guna mengenali risiko, penyadaran akan risiko dan perencanaan penanggulangan dampak negatif ke depan.
Chris bahkan menilai pemerintah perlu merumuskan regulasi sebagai respons atas transformasi AI yang semakin massif, sekaligus menjadi pedoman bagi para jurnalis dan pemilik media. "Regulasi di Indonesia masih minim ketimbang negara lainnya seperti Australia yang lebih dulu menerapkan regulasi terkait pemanfaatan AI,” tegasnya.
Senada, Ketua IWO Malang Raya, Rudi Harianto mengatakan bahwa IWO sengaja menghadirkan narasumber yang berkompeten dan berpengalaman di bidangnya. "Forum ini sangat penting sebagai sarana peningkatan kreativitas dan kapasitas para jurnalis yang tergabung dalam Ikatan Wartawan Online,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Rudi berkeyakinan bahwa penguatan sumber daya manusia mutlak diperlukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada.
"Kita harus update dan upgrade agar mempunyai karya jurnalistik untuk pemilik media siber dan untuk wartawan. Pemanfaatan kecerdasan buatan kian menggejala di segala sektor. Saya sepakat dengan yang disampaikan oleh Pak Chris yang merupakan Pembina IWO Malang Raya. Bahwa di Indonesia, dibutuhkan regulasi yang spesifik tentang bagaimana mengatur penggunaan teknologi kecerdasan buatan tersebut,” pungkasnya.
(nic)