Qunuu, Tradisi saat Ramadan yang Tetap Dijaga Masyarakat Gorontalo di Manado
loading...
A
A
A
MANADO - Malam sudah larut, namun keakraban dalam silaturahmi masyarakat Gorontalo, yang tinggal di Kota Manado, Sulawesi Utara, masih terus terjaga di tengah kesederhanaan. Mereka menggelar acara Qunuu, sebagai wujud menjaga tradisi yang telah diwarisi secara turun-temurun.
Tradisi Qunuu selalu digelar di bulan puasa Ramadan, oleh masyarakat Gorontalo. Tradisi itu tetap digelar, meskipun mereka berada di perantauan. Qunuu merupakan tradisi yang digelar pada hari ke-15 puasa Ramadan.
Waktu pertengahan puasa Ramadan, dipilih untuk menggelar tradisi ini, dengan tujuan agar puasa Ramadan di 15 hari terakhir menuju Idul Fitri semakin khusyuk. "Kita masih menjaga tradisi Qunuu, meskipun berada di perantauan," ungkap salah satu warga Gorontalo di Kota Manado, Amir Duda.
Pria yang akrab dis apa Bang Kumis itu mengatakan, tradisi Qunuu yang dilaksanakan pada hari ke-15 Ramadan, adalah tradisi yang sudah ada di Gorontalo, sejak dari zaman dahulu kala yang dilaksanakan di Kecamatan Batudaa.
"Tradisi ini kami lakukan bukan hanya dimaknai untuk memperbanyak ibadah dan amalan, serta beritikaf di masjid, tapi juga dimanifestasikan dalam sebuah tradisi makan pisang dan kacang yang dilakoni oleh setiap keluarga," ujar Amir.
Kata Kunut yang merupakan serapan dari Qunut dalam bahasa Arab, memiliki beberapa arti dan makna, di antaranya berdiri lama, diam, selalu taat, tunduk, doa dan khusyuk. Kunut juga merupakan doa yang dibaca seorang muslim saat salat subuh.
Pada bulan suci Ramadan, menurut Amir, Qunuu dimulai pada 15 Ramadan yang memiliki makna ajakan untuk umat Islam lebih khusyuk lagi dalam beribadah dan berpuasa, melakukan itikaf di masjid, bermuhasabah dan memperbanyak amalan-amalan.
Amalan-amalan itu dilakukan dalam bentuk ibadah ritual, serta amal shaleh lainnya seperti bersedekah, dan menyantuni anak yatim. Amir menambahkan, sebagai tradisi yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya, maka tradisi Qunuu yang digelar dengan menikmati suguhan pisang dan kacang, mengandung nilai-nilai untuk dimaknai dengan logika berpikir yang konstruktif.
"Budaya sebagaimana asal katanya yang berarti akal budi, atau manifestasi dari kekuatan akal yang selanjutnya menjelma dalam berbagai bentuk ekspresi, termasuk pertunjukan, selalu mengandung nilai-nilai pengajaran, memiliki muatan edukasi bagi eksistensi kemanusiaan," kata Amir.
Baca Juga
Tradisi Qunuu selalu digelar di bulan puasa Ramadan, oleh masyarakat Gorontalo. Tradisi itu tetap digelar, meskipun mereka berada di perantauan. Qunuu merupakan tradisi yang digelar pada hari ke-15 puasa Ramadan.
Waktu pertengahan puasa Ramadan, dipilih untuk menggelar tradisi ini, dengan tujuan agar puasa Ramadan di 15 hari terakhir menuju Idul Fitri semakin khusyuk. "Kita masih menjaga tradisi Qunuu, meskipun berada di perantauan," ungkap salah satu warga Gorontalo di Kota Manado, Amir Duda.
Pria yang akrab dis apa Bang Kumis itu mengatakan, tradisi Qunuu yang dilaksanakan pada hari ke-15 Ramadan, adalah tradisi yang sudah ada di Gorontalo, sejak dari zaman dahulu kala yang dilaksanakan di Kecamatan Batudaa.
"Tradisi ini kami lakukan bukan hanya dimaknai untuk memperbanyak ibadah dan amalan, serta beritikaf di masjid, tapi juga dimanifestasikan dalam sebuah tradisi makan pisang dan kacang yang dilakoni oleh setiap keluarga," ujar Amir.
Kata Kunut yang merupakan serapan dari Qunut dalam bahasa Arab, memiliki beberapa arti dan makna, di antaranya berdiri lama, diam, selalu taat, tunduk, doa dan khusyuk. Kunut juga merupakan doa yang dibaca seorang muslim saat salat subuh.
Pada bulan suci Ramadan, menurut Amir, Qunuu dimulai pada 15 Ramadan yang memiliki makna ajakan untuk umat Islam lebih khusyuk lagi dalam beribadah dan berpuasa, melakukan itikaf di masjid, bermuhasabah dan memperbanyak amalan-amalan.
Amalan-amalan itu dilakukan dalam bentuk ibadah ritual, serta amal shaleh lainnya seperti bersedekah, dan menyantuni anak yatim. Amir menambahkan, sebagai tradisi yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya, maka tradisi Qunuu yang digelar dengan menikmati suguhan pisang dan kacang, mengandung nilai-nilai untuk dimaknai dengan logika berpikir yang konstruktif.
"Budaya sebagaimana asal katanya yang berarti akal budi, atau manifestasi dari kekuatan akal yang selanjutnya menjelma dalam berbagai bentuk ekspresi, termasuk pertunjukan, selalu mengandung nilai-nilai pengajaran, memiliki muatan edukasi bagi eksistensi kemanusiaan," kata Amir.
(eyt)