Kisah Kesaktian Panembahan Senopati

Jum'at, 27 November 2015 - 05:00 WIB
Kisah Kesaktian Panembahan Senopati
Kisah Kesaktian Panembahan Senopati
A A A
Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama adalah pendiri Kesultanan Mataram. Dia dikisakan memiliki kesaktian. Berikut ceritanya.

Panembahan Senopati menjadi raja pertama di Kesultanan Mataram atau Kerajaan Mataram Islam pada 1587-1601. Dia adalah putra sulung pasangan Ki Ageng Pemanahan dan Nyai Sabinah.

Diukutip dari Wikipedia, menurut naskah-naskah babad, ayah Senopati adalah keturunan Brawijaya, raja terakhir Majapahit. Ibunya adalah keturunan Sunan Giri, anggota Walisongo.

Dia berhasil meletakkan dasar-dasar kerajaan Mataram. Sama seperti kebanyakan raja lainnya, Panembahan Senopati pun dikisahkan sakti mandraguna.

Dalam Buku Babad Tanah Jawi: Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647 yang disusun WL Olthof di Belanda tahun 1941 dan dialihbahasakan oleh HR Sumarsono (Penerbit Narasi), dikisahkan ada seorang menteri bernama Ki Bocar yang ingin menjajal kesaktian Panembahan Senopati.

Dia tidak mau dikuasai Senopati, seperti teman-temannya yang mendukung Panembahan Senopati yang ingin menguasai Kerajaan Pajang.

Nah, ternyata, Senopati sudah tahu bahwa Ki Bocar yang memiliki keris si Kebo Dengan mau menandinginya.

Singkat cerita, Senopati kembali ke rumahnya. Dia menyiapkan strategi. Senopati memerintahkan kepada prajurit yang menjaga pintu gerbang agar Ki Bocar dibiarkan saja jika ingin masuk rumahnya.

Hari berganti malam. Ki Bocar berniat menculik Senopati. Kerisnya dicoba, mata kerisnya diberi kapuk, lalu lenyap. Ki Bocar masuk sendirian. Prajurit yang berjaga di pintu pura-pura tidak mengetahui kedatangan Ki Bocar.

Di dalam rumah, Senopati sedang makan dan duduk membelakangi pintu. Tanpa buang waktu, Ki Bocar segera menerjang, menikam Senopati. Senopati diam. Senjata Ki Bocar tidak mempan. Senopati bahkan tidak menoleh dan tetap menikmati makan malamnya.

Ujung keris Ki Bocar tumpul. Ki Bocar kelelahan, lalu jatuh ke tanah dan bersedekap. Kerisnya pun menancap ke tanah.

Ki Bocar lemas, lalu bersujud serta bertobat. Melihat hal itu, Senopati menoleh seraya berkata,"Kakang Bocar saya ampuni kesalahanmu dan percayalah padaku."

Setelah berjanji setia, Ki Bocar pun pulang.

Kisah lain tentang kesaktian Panembahan Senopati adalah saat selesai bertemu Nyi Roro Kidul, Senopati bermaksud kembali ke Mataram. Dia lalu pamit.

Senopati berjalan di air seperti di daratan. Setelah sampai di Parangtritis, Senopati terkejut melihat Sunan Kalijaga duduk tafakur di bawah Parangtritis. Senopati pun segera mohon ampun karena memamerkan kesaktian berjalan di air.

Senopati lalu diingatkan Sunan Kalijaga untuk berhenti memamerkan kedigdayaan yang dimiliki.

Cerita lain tentang kesaktian Panembahan Senopati adalah saat Mataram menaklukkan Madiun. Panembahan Madiun memiliki putri bernama Retna Jumilah atau Retno Jumilah.

Dia bersedia bersuami jika ada menantu disembah mertuanya. Syarat lainnya, siapa pun yang tidak luka jika ditoreh dengan pisau cukur yang dia miliki, bisa menjadi suaminya.

Ketika Senopati menggempur Madiun, Panembahan Madiun yang terdesak ingin meloloskan diri bersama anak dan istrinya. Namun, kepada Retno Jumilah, dia meminta agar tetap tinggal di situ. Sebab, lumrah jika pihak yang kalah perang akan dijarah semua barang termasuk putrinya. Dia pun meyakinkan bahwa Senopati berusaha mengusai Madiun karena ingin memperistri Retno Jumilah.

Retno Jumilah menangis. Dia pingsan. Melihat itu, Panembahan Madiun meminta kepada abdi perempuan untuk memberikan keris wasiat si Gumarang kepada putrinya jika sang putri siuman.

Setelah siuman, sang putri diberi keris tersebut. Dia memakai keris, menghunus pistol, menyiapkan serampang (tombak yang ujungnya bercabang tiga untuk senjata atau untuk menangkap ikan). Dia melempar serampang ke dada Senopati. Ajaibnya, tidak mempan.

Lalu, sang putri mencabut keris untuk membuktikan kesaktian Senopati. Tapi, Senopati mengeluarkan jurus meminta belas kasihan dari sang putri. Keris pun terjatuh.

Sang putri punya satu permintaan lagi. Jika Senopati tidak luka saat ditebas dengan pisau pencukur, sang putri rela dipersunting.

Senopati lalu diiris. Tapi, kulitnya tidak terluka sama sekali. Bahkan pisau itu menjadi tumpul. Akhirnya, Retno pun diperistri Senopati. Keris wasiat itu lalu diganti namanya menjadi Kiai Gupita.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.2963 seconds (0.1#10.140)