Asal Usul Nama dan Sejarah Cilacap, Kabupaten Terluas di Provinsi Jawa Tengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cilacap merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah . Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat dan juga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di bagian selatannya.
Menjadi kabupaten yang mempunyai wilayah terluas di Jawa Tengah, Cilacap memiliki sejarah yang menarik untuk dibahas. Di antaranya berkaitan dengan asal usul nama dan berdirinya Cilacap menjadi wilayah administratif.
Cacab hingga saat ini dikenal oleh masyarakat Cilacap sebagai cara menanam satu tanaman di lahan berair, sedangkan awalan ci- ‘air’ dipengaruhi oleh bahasa Sunda.
Masyarakat Cilacap sendiri memang sebagian ada yang penduduknya berasal dari orang Sunda, sehingga mereka juga turut mempengaruhi tradisi dan budaya yang ada di Cilacap termasuk nama daerahnya.
Pada akhir zaman Majapahit, wilayah yang akan menjadi cikal bakal dari kabupaten ini sempat terbagi menjadi beberapa wilayah di antaranya sebagai berikut :
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran, dan;
- Wilayah Ki Gede Ayah serta wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Pakuan Pajajaran pernah diserang oleh Kerajaan Banten dan Cirebon yang kemudian mengalami keruntuhan pada tahun 1579. Sehingga sebagian wilayahnya diserahkan kepada Kerajaan Cirebon yang letaknya di sebelah barat.
Sedangkan untuk wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang berada di wilayah bagian timur, kemudian diserahkan kepada kerajaan Islam Pajang.
Pada tahun 1587-1755, Kerajaan Pajang diganti menjadi Kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati. Sehingga wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram.
Masuknya kompeni Belanda di wilayah Cilacap pada 21 Februari 1682, juga menemukan terjemahan perjalanan darat kerajaan itu dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen.
Dalam terjemahan tersebut, tersirat nama-nama yang dilalui yang menjadi cikal bakal nama daerah Cilacap. Sebut saja Dayeuhluhur dan Limbangan.
Pada saat kedudukan Belanda di Cilacap, perwakilan pihak kolonial yang menjadi Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas menganggap bahwa Banyumas Selatan memiliki daerah yang terlalu luas.
Berdasarkan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10, Dayeuhluhur dipisahkan dari Banyumas dan menjadi satu afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap.
Pemisahan tersebut akhirnya ditetapkan oleh Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda melalui surat yang tertanggal pada 21 Maret 1956 Nomor 21 yang menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).
Menjadi kabupaten yang mempunyai wilayah terluas di Jawa Tengah, Cilacap memiliki sejarah yang menarik untuk dibahas. Di antaranya berkaitan dengan asal usul nama dan berdirinya Cilacap menjadi wilayah administratif.
Asal Usul Nama Cilacap
Nama “Cilacap” berasal dari kata ci ‘air’ dalam bahasa Sunda dan lacap atau tlatjap‘tanah yang menjorok ke laut’ atau cacab ‘mencebur di air’ dalam bahasa Jawa.Cacab hingga saat ini dikenal oleh masyarakat Cilacap sebagai cara menanam satu tanaman di lahan berair, sedangkan awalan ci- ‘air’ dipengaruhi oleh bahasa Sunda.
Masyarakat Cilacap sendiri memang sebagian ada yang penduduknya berasal dari orang Sunda, sehingga mereka juga turut mempengaruhi tradisi dan budaya yang ada di Cilacap termasuk nama daerahnya.
Sejarah Cilacap
Mengutip dari laman resmi pemerintahannya, adanya daerah Cilacap dimulai sejak adanya pemerintahan Kerajaan Majapahit masih menguasai seluruh wilayah Jawa.Pada akhir zaman Majapahit, wilayah yang akan menjadi cikal bakal dari kabupaten ini sempat terbagi menjadi beberapa wilayah di antaranya sebagai berikut :
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran, dan;
- Wilayah Ki Gede Ayah serta wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Pakuan Pajajaran pernah diserang oleh Kerajaan Banten dan Cirebon yang kemudian mengalami keruntuhan pada tahun 1579. Sehingga sebagian wilayahnya diserahkan kepada Kerajaan Cirebon yang letaknya di sebelah barat.
Sedangkan untuk wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang berada di wilayah bagian timur, kemudian diserahkan kepada kerajaan Islam Pajang.
Pada tahun 1587-1755, Kerajaan Pajang diganti menjadi Kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati. Sehingga wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram.
Masuknya kompeni Belanda di wilayah Cilacap pada 21 Februari 1682, juga menemukan terjemahan perjalanan darat kerajaan itu dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen.
Dalam terjemahan tersebut, tersirat nama-nama yang dilalui yang menjadi cikal bakal nama daerah Cilacap. Sebut saja Dayeuhluhur dan Limbangan.
Pada saat kedudukan Belanda di Cilacap, perwakilan pihak kolonial yang menjadi Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas menganggap bahwa Banyumas Selatan memiliki daerah yang terlalu luas.
Berdasarkan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10, Dayeuhluhur dipisahkan dari Banyumas dan menjadi satu afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap.
Pemisahan tersebut akhirnya ditetapkan oleh Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda melalui surat yang tertanggal pada 21 Maret 1956 Nomor 21 yang menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).
(bim)