Mandor Pembangunan Masjid Raya Seikh Zayed Solo Belum Dibayar, Ini Penjelasan Waskita Karya
loading...
A
A
A
SOLO - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengungkap adanya utang pembelian makanan di warung Restu Bunda, oleh para pekerja pembangunan Masjid Raya Seikh Zayed Solo. Tak main-main, nilai utang tersebut mencapai Rp100 juta.
Persoalan utang biaya makan para pekerja pembangunan Masjid Raya Seikh Zayed Solo tersebut, diduga akibat para mandor pekerja pembangunan masjid termegah di Kota Solo tersebut, belum menerima pencairan dana dari PT. Waskita Karya selaku kontraktor.
Informasi itu, disampaikan oleh salah seorang pemilik warung Restu Bunda, Dian Ika Sari yang terletak tepat di depan Masjid Al Zayed. Dia mengatakan, saat ini ada tiga mandor yang masih memiliki utang kepadanya untuk keperluan makan sehari-hari para pekerja.
"Jumlahnya keseluruhan utangnya mencapai Rp100 juta. Utang tersebut bukan hanya untuk makan para pekerja, tetapi juga pembelian rokok, serta makanan tambahan saat lembur," ungkap Dian.
Wanita berkacamata itu mengungkapkan, pada awal pembangunan Masjid Raya Al Zayed Solo, yakni pada pertengahan tahun 2020 pembayaran dari para mandor cukup lancar. Pembayaran mulai tersendat ketika memasuki pertengahan 2021 hingga akhir 2022.
"Pembayaran ada perjanjian di awal, yakni akan dibayar perusahaan setiap dua minggu sekali. Kenyataannya tidak dua minggu sekali, tetapi sampai empat minggu sekali. Saat terbayarkan, uangnya tidak cukup untuk membayar warung dan anak buah," ujarnya.
Baca Juga
Persoalan utang biaya makan para pekerja pembangunan Masjid Raya Seikh Zayed Solo tersebut, diduga akibat para mandor pekerja pembangunan masjid termegah di Kota Solo tersebut, belum menerima pencairan dana dari PT. Waskita Karya selaku kontraktor.
Informasi itu, disampaikan oleh salah seorang pemilik warung Restu Bunda, Dian Ika Sari yang terletak tepat di depan Masjid Al Zayed. Dia mengatakan, saat ini ada tiga mandor yang masih memiliki utang kepadanya untuk keperluan makan sehari-hari para pekerja.
"Jumlahnya keseluruhan utangnya mencapai Rp100 juta. Utang tersebut bukan hanya untuk makan para pekerja, tetapi juga pembelian rokok, serta makanan tambahan saat lembur," ungkap Dian.
Wanita berkacamata itu mengungkapkan, pada awal pembangunan Masjid Raya Al Zayed Solo, yakni pada pertengahan tahun 2020 pembayaran dari para mandor cukup lancar. Pembayaran mulai tersendat ketika memasuki pertengahan 2021 hingga akhir 2022.
"Pembayaran ada perjanjian di awal, yakni akan dibayar perusahaan setiap dua minggu sekali. Kenyataannya tidak dua minggu sekali, tetapi sampai empat minggu sekali. Saat terbayarkan, uangnya tidak cukup untuk membayar warung dan anak buah," ujarnya.