Asal Usul Nama dan Sejarah Banjarnegara, Wilayah yang Dijuluki Kota Dawet Ayu

Kamis, 16 Maret 2023 - 12:40 WIB
loading...
A A A
Kala itu para petinggi pemerintahan berpikiran bahwa Irigasi yang baik akan menghidupkan sawah baru, sekaligus panen padi dan palawija akan lebih sering setiap setahun.

Selain itu KRT Tambakyuda juga dikenal sebagai ahli metalurgi atau logam, terutama senjata tradisional keris. Beliau diketahui menguasai pengetahuan sekitar 24 pamor keris, di antaranya : Pamor Beraswutah, Randuru, Sekarpala, Sulur Ringin, Udan Mas, Pandan Binetot dan Ombaking Banyu.

Adipati ini juga menguasai ilmu penempaan besi, diantaranya besi ‘mangangkang‘ yang berwarna hitam keunguan, dan pemakainya akan dicintai oleh banyak orang atau bisa menjadi penawar racun.

KRT Reksawijaya : “Bupati Emansipasi”

Pada tahun 1714, Bupati telah mengirim sekelompok ibu-ibu pengrajin payung ke Pusat Kerajinan Payung di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten untuk pelatihan cara membuat Payung (songsong) Kebesaran.

Payung (songsong) Kebesaran adalah payung khusus yang melambangkan pangkat dan kedudukan seseorang. Dalam budaya Kerajaan Jawa ada beberapa warna payung kebesaran yaitu Emas, Putih, Hijau dan Hitam.

Semasa Bupati Banjar Petambakan ke-9 ini, sebagian perempuan sudah dibekali kecakapan hidup dan didorong memiliki usaha agar menambah kesejahteraan keluarga. Semacam kegiatan PKK (saat ini) untuk memberdayakan keluarga dan meningkatkan kesejahteraannya.


Periode Banjar Watu Lembu

Pada masa pemerintahan Banjar Watu Lembu pada tahun 1780-1831, ditandai dengan adanya pemindahan pusat pemerintah Kabupaten dari timur sungai, dipindahkan ke sebelah barat Sungai Merawu (situsnya diperkirakan di sekitar Balai Desa Banjarkulon).

Tidak seperti periode Banjar Pertambakan, periode Banjar Watu Lembu hanya diperintah oleh dua masa kepemimpinan saja yakni, KRT Mangunyudo (1780-1812) dan KRT Kertoyudo.

Pada era kepemimpinan Bupati KRT Mangunyuda, beliau sangat konsen untuk membangun wilayah, salah satunya adalah pernah melakukan kerjasama dengan Bupati Purbalingga ke-2, KRT Dipokusumo untuk bersama-sama memajukan bidang perencanaan, perdagangan, pertukangan, perkebunan dan pertanian.

Selain itu pada tahun 1784, KRT Mangunyuda juga mengikuti pelatihan manajemen para bupati di Surabaya dengan tujuan agar kepala daerah memiliki visi bisnis dan pemasaran. Kala itu, Bupati Mangunyuda berkepentingan memasarkan produk unggulan daerah Banjar, di antaranya gula kelapa.

Kepemimpinannya berakhir lantaran dirinya gugur dalam pertempuran saat melawan kolonialisme untuk membela Raja Surakarta Hadiningrat. Sehingga beliau dijuluki Mangunyuda Sedo Loji, karena meninggal di Loji bersama pasukannya. Bahkan angka Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara juga berpatokan pada peristiwa ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1052 seconds (0.1#10.140)