Hari Perempuan Internasional, Momen Adegan Wanita Surabaya yang Bikin Lelaki Kepanasan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Setiap 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional . Peringatan hari perempuan juga mengingatkan pada masa pertengahan 1954 di Indonesia.
Yakni di mana seorang perempuan Indonesia telah menghebohkan publik lantaran adegannya di film dianggap kelewat berani. Dan bukan hanya adegan panasnya di layar perak, namun skandal foto-foto bugilnya juga menyusul beredar luas.
Sosok perempuan film itu bernama Nurnaningsih, kelahiran 5 Desember 1925 di Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur.
Nurnaningsih memulai karir sebagai aktris film pada tahun 1950-an. Film Krisis (1953) yang disutradarai Usmar Ismail menjadi debut pertamanya. Pada film yang mengangkat tema korupsi di masa revolusi itu, Nurnaningsih berperan sebagai Ros.
Baca juga: Asal Usul Nama dan Sejarah Probolinggo, Wilayah yang dijadikan Perang Paregreg
Ia beradu peran dengan Tina Melinda, Rd Sukarno, Udjang, Rida Umami dan Wahid Chan. Saat itu sosoknya belum begitu dikenal. Namun setahun kemudian atau tahun 1954, namanya mendadak jadi buah bibir.
Dalam film Harimau Tjampa yang disutradarai D. Djajakusuma dengan produser Usmar Ismail, adegan yang dilakoni Nurnaningsih telah menyentak mata publik. Dalam adegan dewasa itu, tubuh moleknya nyaris telanjang.
“Ini merupakan penampilan berani pertama dari bintang film pribumi Indonesia,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).
Nama Nurnaningsih sebagai bintang film panas kian melambung tinggi. Entah apa yang terjadi. Pada pertengahan tahun 1954, foto-foto bugilnya tiba-tiba beredar luas.
Foto karya seorang fotografer tak terkenal itu beredar secara gelap di kota-kota besar. Peredaran terbesar berada di Jakarta. Di Kota Siantar, Sumatera foto-foto dengan pose cabul itu, laris diperjualbelikan.
“Nurnaningsih sempat diinterogasi kepolisian Jakarta pada awal Oktober 1954 karena dianggap menyebarkan pornografi”.
Dalam keterangannya, Nurnaningsih mengatakan foto-foto itu dibuat untuk beberapa teman pelukis yang membutuhkannya sebagai model, yakni semacam studi obyek bagi pelukis.
Untuk setiap fotonya, Nurnaningsih mendapat honor 200 rupiah. Foto-foto bugil itu harusnya hanya dicetak di buku dan tidak diedarkan secara umum. Namun ada pihak yang diduga sengaja menyalahgunakan.
Polisi pun lebih fokus memburu pihak yang mengedarkan. Dalam perkembangannya, terungkap sejumlah foto yang beredar ternyata hasil rekayasa. Kepala Nurnaningsih ditempel pada tubuh telanjang orang lain.
Sebagai publik figur bintang panas, kehadiran Nurnaningsih telah menimbulkan reaksi pro dan kontra. Saat berkunjung ke Medan pada 24 November 1955, para penggemar membludak menyambutnya.
Nurnaningsih datang untuk memenuhi undangan Ikatan Seni Drama dan Film Indonesia (Isdrafin). Ia ikut bermain dalam sandiwara tiga babak Korban Revolusi (Korban Korupsi) karya Rustam Effendi.
Di tengah keriuhan para fansnya, tiba-tiba sejumlah orang muncul dan menghujatnya. Mereka juga menyambitkan batu yang untungnya tidak sampai mengenai Nurnaningsih.
Terkait adegannya yang berani di film, di depan awak media Nurnaningsih mengatakan ia tidak pernah berniat memerosotkan kesenian. Yang ia lakukan justru untuk menyingkirkan pandangan kolot yang masih terdapat dalam kesenian di Indonesia.
Nurnaningsih juga menyatakan tidak menolak untuk dipotret bugil kembali. “Jika itu untuk tujuan seni dan keindahan, bukan untuk melakukan pelanggaran kesusilaan demi mendapatkan keuntungan”.
Yakni di mana seorang perempuan Indonesia telah menghebohkan publik lantaran adegannya di film dianggap kelewat berani. Dan bukan hanya adegan panasnya di layar perak, namun skandal foto-foto bugilnya juga menyusul beredar luas.
Sosok perempuan film itu bernama Nurnaningsih, kelahiran 5 Desember 1925 di Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur.
Nurnaningsih memulai karir sebagai aktris film pada tahun 1950-an. Film Krisis (1953) yang disutradarai Usmar Ismail menjadi debut pertamanya. Pada film yang mengangkat tema korupsi di masa revolusi itu, Nurnaningsih berperan sebagai Ros.
Baca juga: Asal Usul Nama dan Sejarah Probolinggo, Wilayah yang dijadikan Perang Paregreg
Ia beradu peran dengan Tina Melinda, Rd Sukarno, Udjang, Rida Umami dan Wahid Chan. Saat itu sosoknya belum begitu dikenal. Namun setahun kemudian atau tahun 1954, namanya mendadak jadi buah bibir.
Dalam film Harimau Tjampa yang disutradarai D. Djajakusuma dengan produser Usmar Ismail, adegan yang dilakoni Nurnaningsih telah menyentak mata publik. Dalam adegan dewasa itu, tubuh moleknya nyaris telanjang.
“Ini merupakan penampilan berani pertama dari bintang film pribumi Indonesia,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).
Nama Nurnaningsih sebagai bintang film panas kian melambung tinggi. Entah apa yang terjadi. Pada pertengahan tahun 1954, foto-foto bugilnya tiba-tiba beredar luas.
Foto karya seorang fotografer tak terkenal itu beredar secara gelap di kota-kota besar. Peredaran terbesar berada di Jakarta. Di Kota Siantar, Sumatera foto-foto dengan pose cabul itu, laris diperjualbelikan.
“Nurnaningsih sempat diinterogasi kepolisian Jakarta pada awal Oktober 1954 karena dianggap menyebarkan pornografi”.
Dalam keterangannya, Nurnaningsih mengatakan foto-foto itu dibuat untuk beberapa teman pelukis yang membutuhkannya sebagai model, yakni semacam studi obyek bagi pelukis.
Untuk setiap fotonya, Nurnaningsih mendapat honor 200 rupiah. Foto-foto bugil itu harusnya hanya dicetak di buku dan tidak diedarkan secara umum. Namun ada pihak yang diduga sengaja menyalahgunakan.
Polisi pun lebih fokus memburu pihak yang mengedarkan. Dalam perkembangannya, terungkap sejumlah foto yang beredar ternyata hasil rekayasa. Kepala Nurnaningsih ditempel pada tubuh telanjang orang lain.
Sebagai publik figur bintang panas, kehadiran Nurnaningsih telah menimbulkan reaksi pro dan kontra. Saat berkunjung ke Medan pada 24 November 1955, para penggemar membludak menyambutnya.
Nurnaningsih datang untuk memenuhi undangan Ikatan Seni Drama dan Film Indonesia (Isdrafin). Ia ikut bermain dalam sandiwara tiga babak Korban Revolusi (Korban Korupsi) karya Rustam Effendi.
Di tengah keriuhan para fansnya, tiba-tiba sejumlah orang muncul dan menghujatnya. Mereka juga menyambitkan batu yang untungnya tidak sampai mengenai Nurnaningsih.
Terkait adegannya yang berani di film, di depan awak media Nurnaningsih mengatakan ia tidak pernah berniat memerosotkan kesenian. Yang ia lakukan justru untuk menyingkirkan pandangan kolot yang masih terdapat dalam kesenian di Indonesia.
Nurnaningsih juga menyatakan tidak menolak untuk dipotret bugil kembali. “Jika itu untuk tujuan seni dan keindahan, bukan untuk melakukan pelanggaran kesusilaan demi mendapatkan keuntungan”.
(msd)