Banjir Bandang di Luwu Utara Karena Faktor Alam dan Pembukaan Lahan di Hulu DAS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banjir Bandang menerjang enam kecamatan di Kabupaten Luwuk Utara. Bencana ini diakibatkan faktor cuaca dan manusia. Kabupaten Luwu Utara terendam lumpur setinggi 1-4 meter. Akses jalan banyak tertutup dan beberapa jembatan penghubung desa dan kecamatan terputus.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menerangkan, berdasarkan analisis sementara Ditjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan ada dua faktor utama penyebab banjir ini, yakni alam dan manusia.
“Curah hujan dengan intensitas tinggi di DAS Balease menjadi salah satu pemicu banjir bandang tersebut. Termonitor curah hujan lebih dari 100 mm per hari dan kemiringan lereng bagian hulu DAS Balease sangat curam,” ujarnya, Jumat (17/7/2020).
(Baca juga: Kecewa, Mahasiswa Ini Sebarkan Foto dan Video Mesumnya di Semak ke FB )
Dia mengungkapkan Desa Balebo yang dilewati DAS ini berada di kemiringan lebih dari 45 derajat. Berdasarkan data BNPB, ada enam kecamatan yang terdampak banjir bandang, yakni Massamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, dan Malangke Barat.
Kondisi tanah, menurut Raditya, berkontribusi terhadap terjadinya luncuran material air dan lumpur. Jenis tanah dystropepts atau inceptisols dan batuan di lereng curam itu mudah longsor.
(Baca juga: Hujan 4 Jam Kota Sorong Dikepung Banjir, Pasien RSAL Dievakuasi )
Faktor alam lainnya, daerah tangkapan air (DTA) di Desa Balebo, Kecamatan Massamba berada pada kategori banjir limpasan tinggi sampai ekstrem. Sedangkan, DTA di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, dan Desa Malangke, Kecamatan Malangke, sebagian besar berada pada kategori banjir genangan tinggi.
Banjir ini tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia. Raditya menyebut adanya pembukaan lahan di daerah hulu DAS Balease dan Penggunaan lahan yang masif untuk perkebunan kelapa sawit.
“Terkait dengan pembukaan lahan ini, salah satu rekomendasi dari KLHK adalah pemulihan lahan terbuka di daerah hulu,” pungkasnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menerangkan, berdasarkan analisis sementara Ditjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan ada dua faktor utama penyebab banjir ini, yakni alam dan manusia.
“Curah hujan dengan intensitas tinggi di DAS Balease menjadi salah satu pemicu banjir bandang tersebut. Termonitor curah hujan lebih dari 100 mm per hari dan kemiringan lereng bagian hulu DAS Balease sangat curam,” ujarnya, Jumat (17/7/2020).
(Baca juga: Kecewa, Mahasiswa Ini Sebarkan Foto dan Video Mesumnya di Semak ke FB )
Dia mengungkapkan Desa Balebo yang dilewati DAS ini berada di kemiringan lebih dari 45 derajat. Berdasarkan data BNPB, ada enam kecamatan yang terdampak banjir bandang, yakni Massamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, dan Malangke Barat.
Kondisi tanah, menurut Raditya, berkontribusi terhadap terjadinya luncuran material air dan lumpur. Jenis tanah dystropepts atau inceptisols dan batuan di lereng curam itu mudah longsor.
(Baca juga: Hujan 4 Jam Kota Sorong Dikepung Banjir, Pasien RSAL Dievakuasi )
Faktor alam lainnya, daerah tangkapan air (DTA) di Desa Balebo, Kecamatan Massamba berada pada kategori banjir limpasan tinggi sampai ekstrem. Sedangkan, DTA di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, dan Desa Malangke, Kecamatan Malangke, sebagian besar berada pada kategori banjir genangan tinggi.
Banjir ini tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia. Raditya menyebut adanya pembukaan lahan di daerah hulu DAS Balease dan Penggunaan lahan yang masif untuk perkebunan kelapa sawit.
“Terkait dengan pembukaan lahan ini, salah satu rekomendasi dari KLHK adalah pemulihan lahan terbuka di daerah hulu,” pungkasnya.
(msd)