Kisah Kedahsyatan Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, Berisi Prajurit Wanita yang Luwes namun Mematikan

Selasa, 14 Februari 2023 - 07:01 WIB
loading...
Kisah Kedahsyatan Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, Berisi Prajurit Wanita yang Luwes namun Mematikan
Pasukan Estri Ladrang Mangungkung. Foto/Dok. puromangkunegaran.com
A A A
Suaranya merdu saat menyanyikan tembang-tembang Jawa, dengan iringan gamelan klasik. Gerakan tarian yang dibawakannya juga sangat luwes, khas wanita Jawa yang lemah lembut. Tapi siapa sangka wanita-wanita itu adalah prajurit tempur yang sangat mematikan di medan laga.



Wanita-wanita Jawa ini, tergabung dalam Pasukan Estri Ladrang Mangungkung. Mereka merupakan prajurit-prajurit wanita pilihan dari Mangkunegaran, yang dibentuk oleh Pangeran Sambernyawa pada tahun 1742 di Kartasura.



Dilansir dari puromangkunegaran.com, Pasukan Estri Ladrang Mangungkung selalu setia berada di samping Pangeran Sambernyawa. Mereka mengawal Pangeran Sambernyawa, saat berada di medan laga menghadapi pasukan Kompeni Belanda, hingga saat Pangeran Sambernyawa memimpin Praja Mangkunegaran, dengan gelar KGPAA Mangkunegara I.



Gagasan dan praktik yang dilakukan Pangeran Sambernyawa, dengan membentuk Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, tentunya menjadi sebuah terobosan baru di tengah tradisi Jawa. Di mana para kaum perempuan, yang sebelumnya lebih banyak mengurus rumah tangga dan melayani suami, kini justru tampil di garis depan pertempuran.

Jauh sebelum TNI memiliki korps wanita, di Nusantara telah lahir Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, yang tak hanya piwai bertempur di medan laga, dengan segala kemampuan menggunakan senjata serta ilmu kanuragan. Mereka juga sangat luwes dalam berkesenian dan mengurus pekerjaan rumah.

Dalam puromangkunegaran.com disebutkan, anggota Pasukan Estri Ladrang Mangungkung digembleng oleh Pangeram Sambernyawa dengan berbagai ilmu dan strategi perang, termasuk perang gerilya. Yakni dhedemitan, weweludhan, dan jejemblungan.

Ilmu perang gerilya dhedhemitan, memiliki arti harafiah berlaku seperti hantu yang kasat mata dalam setiap pergerakannya. Hal ini membuat musuh sangat sulit mendeteksi keberadaan prajurit wanita dari Mangkunegaran tersebut.

Sementara ilmu perang weweludan, bermakna setiap prajurit harus memiliki kemampuan layaknya belut. yakni sangat licin dalam pergerakannya, sehingga tidak mudah ditangkap oleh musuh di medan perang.



Sedangkan ilmu perang jejemblungan, memiliki arti bergerak seperti orang gila yang tidak memiliki rasa takut sedikitpun saat menghadapi berbagai jenis lawan dan tintangan di medan tempur.

Layaknya prajurit elite milik TNI di masa kini, para prajurit wanita yang tergabung dalam Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, bergerak dalam senyap tanpa mampu dideteksi oleh lawan, memiliki kekuatan lebih dalam bertempur, dan mampu melakukan serangan kilat yang mematikan, serta dengan cepat bersembunyi di tempat aman untuk mempertahankan diri.

Berbagai penggemblengan dilakukan Pangeran Sambernyawa kepada para prajurit wanita yang tergabung dalam Pasukan Estri Ladrang Mangungkung. Mereka dilatih untuk menguasai berbagai senjata, baik panah, pedang, keris, senapan, hingga meriam.

Pasukan wanita ini, juga dilatih untuk mahir berkuda, sehingga dapat dengan gesit bergerak di tengah pertempuran, dan secara cepat masuk ke daerah pertahanan lawan. Mereka juga dilatih membaca, menulis, berksenian, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, hingga bercocok tanam untuk bertahan hidup dalam jangka waktu panjang.

Dalam catatan puromangkunegaran.com disebutkan, Pasukan Estri Ladrang Mangungkung beranggotakan 60 prajurit wanita pilihan. Mereka selalu mengendarai kuda, dan memiliki senapan, dan wedung yang merupakan senjata khusus untuk para wanita.



Saat berumahtangga, para wanita prajurit Pasukan Estri Ladrang Mangungkung ini, memiliki peran ganda. Selain sebagai istri, dia juga harus menjalankan tugas-tugas keprajuritan, termasuk menjadi teliksandi atau mata-mata dan pengawal.

Dalam perkembangannya, para prajurit wanita pilihan ini, juga bertugas mengawal keselamatan istri KGPAA Mangkunegara I, serta para wanita keluarga Mangkunegaran. Selama berada di Istana Mangkunegaran, mereka juga memiliki tugas menghibur tamu-tamu kerajaan lewat sajian nyanyian, tarian, hingga bermain gamelan.

Prajurit wanita ini memiliki kemampuan menjadi sinden, wiyogo atau pemain gamelan, serta memainkan berbagai tarian, seperti tarian bedhaya, srimpi, munggeng kelir, hingga taledhekan.

Sebagai prajurit tempur, para wanita yang tergabung dalam Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, juga memiliki jiwa korsp yang kuat. Mereka sangat setia kawan, dan sangat disegani oleh lawan-lawannya.

Setelah Pangeran Sambernayawa atau KGPAA Mangkunegara I mangkat, keberadaan Pasukan Estri Ladrang Mangungkung ini tetap dipertahankan. Mereka bahkan tergabung dalam pasukan yang lebih besar, yakni Legiun Mangkunegaran yang dibentuk dan dikembangkan oleh Mangkunegara II, pada tahun 1808.



Mangkunegara II memiliki visi yang sangat kuat dalam pembentukan pasukan elite tempur Legiun Mangkunegaran. Tak hanya mengadopsi Grande Armee, pembentukan Legiun Mangkunegaran juga mengadopsi Legionnaire atau Legiun, sebuah organisasi militer Perancis, yang berarti pasukan bala tentara.

Pasukan tempur dari Tanah Jawa ini, mengadopsi militer Perancis secara fisik, persenjataan, taktik, dan organisasi. Mangkunegara II juga mendatangkan pelatih profesional yang merupakan perwira-perwira militer Belanda, Perancis, dan Inggris untuk menggembleng para prajurit Legiun Mangkunegaran.

Para prajurit yang tergabung dalam Legiun Mangkunegaran, mendapatkan pelatihan untuk pergerekan pasukan dengan mobilitas tinggi menggunakan kuda, baik untuk pasukan infanteri, kavaleri, maupun artileri. Mereka memiliki kemampuan bertahan dalam pertempuran jangka panjang, dan keahlian anti gerilya.

Jurnalis senior Iwan Santosa dalam bukunya yang berjudul "Legiun Mangkunegaran (1808-1942)", menyebutkan pembentukan Legiun Mangkunegaran tak lepas dari peran serta Kaisar Perancis, Napoleon Bonaparte, tepatnya saat Perancis menguasai Hindia Belanda.

Legiun Mangkunegaran menjelma menjadi kekuatan pasukan militer paling modern di Asia. Iwan Santosa dalam tulisannya menyebutkan, Legiun Mangkunegaran merupakan pembaruan radikal di bidang militer yang terjadi jauh sebelum adanya restorasi Meiji di Jepang, dan tumbangnya Dinasti Qing di China.



Legiun Mangkunegaran termasuk di dalamnya Pasukan Estri Ladrang Mangungkung, telah terlibat dalam banyak pertempuran. Mulai dari perang Jawa tahun 1825-1830, perang Aceh tahun 1873, menumpas bajak laut di Bangka, pada tahun 1919-1920.

Pasukan ini juga terlibat dalam pertempuran sengit untuk mempertahankan Jawa, dari serangan Jepang, saat pecah perang dunia kedua pada tahun 1942. Legiun Mangkunegaran, mampu bertahan sampai masa kekuasaan Mangkunegara VII.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2080 seconds (0.1#10.140)