Misteri Petilasan Raden Wijaya, Makam Raja Majapahit yang Sering Didatangi Pejabat

Senin, 23 Januari 2023 - 22:36 WIB
loading...
Misteri Petilasan Raden Wijaya, Makam Raja Majapahit yang Sering Didatangi Pejabat
Makam Raden Wijaya nyaris tidak pernah sepi didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Teristimewa pada hari-hari yang dianggap keramat, seperti Jumat Legi dan malam satu Suro. Foto ilustrasi
A A A
JAKARTA - Makam Raden Wijaya nyaris tidak pernah sepi didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Teristimewa pada hari-hari yang dianggap keramat, seperti Jumat Legi dan malam satu Suro, makam yang berada di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur (Jatim) itu dipadati pengunjung dari kawasan Mojokerto, hingga Bali.

Tidak hanya warga biasa, tercatat makam ini pernah dikunjungi pejabat daerah, tokoh nasional seperti DPR, menteri kabinet hingga presiden. Beberapa presiden yang pernah berziarah ke makam ini antara lain Soekarno, Soeharto, Gus Dur dan Susilo Bambang Yudhoyono.



Tempat yang memiliki banyak cerita mistis ini dipercaya sebagai petilasan Raden Wijaya. Karena itu tidak sedikit orang datang ke tempat ini. Mereka datang berdoa karena mereka percaya bahwa di tempat ini akan terkabulkan.

Keberadaan makam atau situs Siti Inggil (tanah tinggi) ini diyakini menjadi tempat pembaringan terakhir Raden Wijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit yang berkuasa pada 1293-1309 Masehi.

Kendati diyakini demikian, ternyata ada keraguan apakah benar Raden Wijaya yang menganut kepercayaan Hindu mengikuti tradisi dimakamkan, mengingat Hindu hanya mengenal kremasi.

Juru kunci Situs Siti Inggil, Sukirno menuturkan keberadaan situs Siti Inggil bukan merupakan tempat persemayanan terakhir Raden Wijaya. Namun yang dimakankan di tempat ini hanya sebagian dari abu jenazah Raden Wijaya.

“Tempat ini dipercayai dapat mengabulkan doa yang berkaitan dengan jabatan atau kedudukan. Banyak yang datang ke sini, mulai dari kepala daerah, dewan hingga presiden,” ucapnya Sukirno, dikutip dari iNew.Id.

Situs Siti Inggil merupakan petilasan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jawawardhana atau Brawijaya I yang menjadi tonggak awal lahirnya Majapahit di tahun 1293 M.

Pada era Majapahit yang mengenal agama Hindu tidak mengubur jenazah. Masyarakat pada masa Majapahit mengenalnya dengan istilah mukso (menghilang) atau diperabukan.

Abu inilah yang kemudian disimpan di candi ataupun dihanyutkan ke laut. Situs ini juga dikenal dengan sebutan Lemah Geneng, artinya sama dengan Siti Inggil yaitu tempat yang tinggi atau tanah yang tinggi.

Di dalam kompleks Siti Inggil berbentuk makam dengan panjang sekitar 2 meter lebih ini, ada lima nisan, yakni nisan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Kemudian makam Ghayatri (permaisuri Raden Wijaya) dan dua selirnya yang bernama Dhoro Pethak dan Dhoro Jinggo, serta Abdi Kinasih.

Selir pertama disebut Ndoro Petak karena kulitnya putih dan ia berasal dari Tiongkok. Sedangkan selir kedua disebut Ndoro Jinggo sebab kulitnya kuning dan ia perempuan terhormat dari Kamboja. Selain itu ada juga makam dari Abdi Kinasih atau Abdi Dalem dari Hayam Wuruk dan permaisuri.

Petilasan Raden Wijaya ini dipercaya sebagai tempat pertama kali Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Konon, di sinilah Raden Wijaya melakukan semedi atau bertapa.

Di tempat ini Raden Wijaya mendapatkan wangsit atau bisikan gaib untuk mendirikan Kerajaan Majapahit. Pada kompleks Siti Inggil juga terdapat dua makam, selain posisinya di luar kompleks bangunan utama, dua makam ini berada tepat di sebelah kiri sebelum memasuki bangunan petilasan yang selalu terkunci.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6106 seconds (0.1#10.140)