Rentetan Kudeta Berdarah di Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno, Ada yang Terjadi saat Pesta Pernikahan
Sabtu, 07 Januari 2023 - 07:56 WIB
Selanjutnya pemberontakan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni terhadap kekuasaan Rakai Pikatan Mpu Manuku.
Diteruskan pemberontakan Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Limus Dyah Dewendra terhadap kekuasaan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.
Kemudian penyerangan Rakai Watukura Dyah Balitung terhadap Dyah Saladu dan Dyah Dewendra, pemberontakan Rakai Hino Mpu Daksa terhadap kekuasaan Dyah Balitung, dan pemberontakan Rakai Sumba Dyah Wawa terhadap kekuasaan Rakai Layang Dyah Tulodong.
Pemerintahan Mataram Kuno di bawah Dyah Wawa pun berakhir saat letusan hebat Gunung Merapi terjadi pada 928 Masehi.
Sejak itu, Mpu Sindok yang merupakan Rakryan Mapatih Hino memindahkan ibukota Medang dari bumi Mataram (Jawa Tengah) ke Tamlang dan berakhir di Watugaluh (Jawa Timur) pada 929.
Mengingat Dyah Wawa menjadi korban bencana Merapi, Mpu Sindok kemudian menobatkan diri sebagai raja Medang.
Tidak disebutkan secara pasti apakah semasa pemerintahan Mpu Sindok, terjadi makar. Prasasti Waharu (931) hanya sekilas menyinggung bahwa Medang pernah mendapat serangan dari musuh negara.
Apakah musuh negara itu datang dari para pemberontak atau kerajaan lain, tidak ada sumber sejarah yang menyebutkannya dengan gamblang.
Sedangkan pada masa pemerintahan raja perempuan, Sri Isanatunggawijaya dan Sri Makuthawangsawardhana tidak diketahui apakah Medang dilanda aksi makar.
Baca Juga
Diteruskan pemberontakan Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Limus Dyah Dewendra terhadap kekuasaan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.
Kemudian penyerangan Rakai Watukura Dyah Balitung terhadap Dyah Saladu dan Dyah Dewendra, pemberontakan Rakai Hino Mpu Daksa terhadap kekuasaan Dyah Balitung, dan pemberontakan Rakai Sumba Dyah Wawa terhadap kekuasaan Rakai Layang Dyah Tulodong.
Pemerintahan Mataram Kuno di bawah Dyah Wawa pun berakhir saat letusan hebat Gunung Merapi terjadi pada 928 Masehi.
Sejak itu, Mpu Sindok yang merupakan Rakryan Mapatih Hino memindahkan ibukota Medang dari bumi Mataram (Jawa Tengah) ke Tamlang dan berakhir di Watugaluh (Jawa Timur) pada 929.
Mengingat Dyah Wawa menjadi korban bencana Merapi, Mpu Sindok kemudian menobatkan diri sebagai raja Medang.
Tidak disebutkan secara pasti apakah semasa pemerintahan Mpu Sindok, terjadi makar. Prasasti Waharu (931) hanya sekilas menyinggung bahwa Medang pernah mendapat serangan dari musuh negara.
Apakah musuh negara itu datang dari para pemberontak atau kerajaan lain, tidak ada sumber sejarah yang menyebutkannya dengan gamblang.
Sedangkan pada masa pemerintahan raja perempuan, Sri Isanatunggawijaya dan Sri Makuthawangsawardhana tidak diketahui apakah Medang dilanda aksi makar.
tulis komentar anda