Akhir Tragis Raja Jayanegara Penguasa Majapahit, Dibunuh Abdi Dalem karena Lecehkan Istri Orang
Jum'at, 04 November 2022 - 08:33 WIB
Sembilan tahun pascaperistiwa Kuti, putri Tribuanarunggadewi dan Rajadewi Maharajasa yang merupakan dua putri keturunan Raja Kertanegara, tidak diizinkan menikah oleh Raja Jayanegara. Alasannya karena keduanya hendak dikawini oleh Jayanegara. Tindakan tak senonoh itu diterima kedua putri Kertanegara.
Tindakan Jayanegara ini didengar oleh Dharmaputra Tanca. Tanca pun mengadukannya kepada Gajah Mada, yang kala itu menjadi Mahapatih. Para jejaka dan laki-laki menghendaki sang putri disingkirkan oleh Raja Jayanegara. Kebetulan Jayanegara kala itu menderita sakit bisul. Beliau tidak dapat keluar dari istana, dan harus selalu berbaring di atas tempat tidur.
Tanca pun dipanggil untuk mengobatinya, ia dipercaya lantaran memiliki kemampuan mengobati penyakit. Tanca pun memasuki kamar tidur untuk mengobati Jayanegara. Bengkak pada kaki raja harus dibedah, satu dua kali tidak berhasil dibedah.
Tanca mendapatkan perintah untuk melakukan pembedahan dengan taji. Dia pun menghadap raja di tempat tidur. Raja ditusuk dengan taji Tanca. Satu, dua kali tapi tidak mempan. Raja lalu diminta jimatnya, dan meletakkan di tempat tidur. Baru setelah itu tusukan taji mempan. Tanca menusukan berulang kali hingga raja tewas di tempat tidur. Tanca segera dibunuh Gajah Mada. Maka, mati lah Tanca,’’ (Padmopuspita, 1966,: 82-3).
Menurut kitab Babad Dalem dari Bali, kematian raja Jayanegara atau Kala Gemet sebenarnya sudah dirancang Gajah Mada. Sang Patih sering kali mendapat laporan bahwa raja suka mengganggu dan berhubungan dengan perempuan-perempuan yang telah bersuami. Perbuatan itu merupakan nista. Dalam kitab Kutaramanawadharmasastra Majapahit menyatakan, bahwa hukuman bagi orang yang mengganggu perempuan yang bersuami sangat berat.
Raja Jayanegara mati akibat tikaman Tanca. Gajah Mada yang mengetahui kejadian tersebut langsung bangkit dan menusuk Tanca, hingga tewas. Kejadian pembunuhan sang raja Jayanegara tercatat pada tahun 1328 Masehi atau 1250 Saka.
Sumber: dok.sindonews/inews/okezone
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
Tindakan Jayanegara ini didengar oleh Dharmaputra Tanca. Tanca pun mengadukannya kepada Gajah Mada, yang kala itu menjadi Mahapatih. Para jejaka dan laki-laki menghendaki sang putri disingkirkan oleh Raja Jayanegara. Kebetulan Jayanegara kala itu menderita sakit bisul. Beliau tidak dapat keluar dari istana, dan harus selalu berbaring di atas tempat tidur.
Tanca pun dipanggil untuk mengobatinya, ia dipercaya lantaran memiliki kemampuan mengobati penyakit. Tanca pun memasuki kamar tidur untuk mengobati Jayanegara. Bengkak pada kaki raja harus dibedah, satu dua kali tidak berhasil dibedah.
Tanca mendapatkan perintah untuk melakukan pembedahan dengan taji. Dia pun menghadap raja di tempat tidur. Raja ditusuk dengan taji Tanca. Satu, dua kali tapi tidak mempan. Raja lalu diminta jimatnya, dan meletakkan di tempat tidur. Baru setelah itu tusukan taji mempan. Tanca menusukan berulang kali hingga raja tewas di tempat tidur. Tanca segera dibunuh Gajah Mada. Maka, mati lah Tanca,’’ (Padmopuspita, 1966,: 82-3).
Menurut kitab Babad Dalem dari Bali, kematian raja Jayanegara atau Kala Gemet sebenarnya sudah dirancang Gajah Mada. Sang Patih sering kali mendapat laporan bahwa raja suka mengganggu dan berhubungan dengan perempuan-perempuan yang telah bersuami. Perbuatan itu merupakan nista. Dalam kitab Kutaramanawadharmasastra Majapahit menyatakan, bahwa hukuman bagi orang yang mengganggu perempuan yang bersuami sangat berat.
Raja Jayanegara mati akibat tikaman Tanca. Gajah Mada yang mengetahui kejadian tersebut langsung bangkit dan menusuk Tanca, hingga tewas. Kejadian pembunuhan sang raja Jayanegara tercatat pada tahun 1328 Masehi atau 1250 Saka.
Sumber: dok.sindonews/inews/okezone
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
(nic)
tulis komentar anda