Halaqoh Kebangsaan di Semarang, BNPT Ajak Lawan Intoleransi dan Radikalisme
Rabu, 19 Oktober 2022 - 22:17 WIB
Dikatakannya, paham radikalisme dan intoleransi ini telah dikondisikan secara sistematis dan terstruktur. Oleh karenanya perlu konsolidasi agar nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia tidak bisa memporak-porandakan NKRI.
“Tentunya Ini menjadi sebuah hal yang harus diwaspadai agar tidak mudah di propaganda dengan nilai yang tidak sesuai jati diri Indonesia. Namun kita sampai hari ini harus bersyukur karena Indonesia memiliki daya tahan yang baik dalam mengahadapi berbagai rintangan hingga krisis,” tegas mantan Kepala Divisi Humas Polri ini
Boy Rafli menambahkan, peringatan Hari Santri pada 22 Oktober diharapkan jadi momentum untuk terus semakin meningkatkan kesejahteraan pondok pesantren.
“Agar semangat untuk terus meningkatkan kesejahteraan, menurut hemat kami perlu dilakukan langkah-langkah komunikasi dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah dan juga kalangan dunia usaha yang memiliki kepedulian,” katanya.
Ketua Panitia Penyelenggara Halaqah Kebangsaan IMAP Jateng-DIY, KH Shohibul Ulum Nafi'a sangat mengapresiasi atas adanya Halaqah Kebangsaan ini. Ia menyampaikan pihaknya siap untuk bersinergi dengan BNPT dalam rangka melawan ideologi paham radikalisme.
“Memang bagi kami perlu sekali untuk menambah wawasan pengetahuan terkait dengan masalah penanggulangan (radikalisme dan terorisme). Kadang dari kita ini belajar dari pondok tahu betul tentang kaitan pendidikan agama, namun masih kurang akses untuk bisa membantu terkait pencegahan," ujarnya.
Dia berpesan kepada santri-santri yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren untuk senantiasa memahami arti jihad. Menurutnya, jihad tidak harus berperang, melainkan mendalami ilmu pengetahuan sudah termasuk jihad.
“Dalam kaidah kami, yang namanya belajar ilmu itu sudah merupakan sebuah jihad. Banyak generasi sekarang yang ikut faham yang tidak jelas dengan label jihad demi kedamaian negara tapi tak memberi rasa aman. Karena bagaimanapun ketika negara ini aman kita bisa melakukan apapun dengan aman,” tandasnya.
“Tentunya Ini menjadi sebuah hal yang harus diwaspadai agar tidak mudah di propaganda dengan nilai yang tidak sesuai jati diri Indonesia. Namun kita sampai hari ini harus bersyukur karena Indonesia memiliki daya tahan yang baik dalam mengahadapi berbagai rintangan hingga krisis,” tegas mantan Kepala Divisi Humas Polri ini
Boy Rafli menambahkan, peringatan Hari Santri pada 22 Oktober diharapkan jadi momentum untuk terus semakin meningkatkan kesejahteraan pondok pesantren.
“Agar semangat untuk terus meningkatkan kesejahteraan, menurut hemat kami perlu dilakukan langkah-langkah komunikasi dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah dan juga kalangan dunia usaha yang memiliki kepedulian,” katanya.
Ketua Panitia Penyelenggara Halaqah Kebangsaan IMAP Jateng-DIY, KH Shohibul Ulum Nafi'a sangat mengapresiasi atas adanya Halaqah Kebangsaan ini. Ia menyampaikan pihaknya siap untuk bersinergi dengan BNPT dalam rangka melawan ideologi paham radikalisme.
“Memang bagi kami perlu sekali untuk menambah wawasan pengetahuan terkait dengan masalah penanggulangan (radikalisme dan terorisme). Kadang dari kita ini belajar dari pondok tahu betul tentang kaitan pendidikan agama, namun masih kurang akses untuk bisa membantu terkait pencegahan," ujarnya.
Dia berpesan kepada santri-santri yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren untuk senantiasa memahami arti jihad. Menurutnya, jihad tidak harus berperang, melainkan mendalami ilmu pengetahuan sudah termasuk jihad.
“Dalam kaidah kami, yang namanya belajar ilmu itu sudah merupakan sebuah jihad. Banyak generasi sekarang yang ikut faham yang tidak jelas dengan label jihad demi kedamaian negara tapi tak memberi rasa aman. Karena bagaimanapun ketika negara ini aman kita bisa melakukan apapun dengan aman,” tandasnya.
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda