Antisipasi Tawuran Pelajar di Surabaya, Sahabat Satpol PP Goes To School
Sabtu, 24 September 2022 - 07:59 WIB
"Jadi titik-titik rawan yang sering muncul terjadinya tawuran itu sudah kita petakan. Malah yang di Jalan Upa Jiwa Ngagel itu sebelumnya tidak pernah terjadi," jelasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tawuran antar pelajar yang terjadi di Jalan Upa Jiwa pada Kamis (22/9/2022) malam, awalnya disebabkan cekcok atau saling ejek melalui media sosial. Alhasil, kejadian tawuran itu pun tak terelakkan.
Dari insiden tersebut, petugas gabungan mengamankan 16 orang pelajar sekolah untuk dimintai keterangan. Sementara dua orang lainnya yang menjadi korban, juga turut diberikan perawatan.
"Karena ada dua orang korban yang terluka, sehingga (terduga pelaku tawuran) itu langsung kita arahkan ke Polsek Wonokromo. Jadi langsung ditangani APH (aparat penegak hukum) karena ada korbannya," ujarnya.
Menanggapi insiden itu, Eddy pun mengajak para orang tua agar peduli terhadap masing-masing anaknya. Baginya, orang tua memiliki peranan penting untuk memastikan anak-anak dalam kondisi aman.
"Misalnya kalau sudah pukul 21.00 WIB, anaknya tidak di rumah, maka orang tua harus menelepon ada di mana dan meminta segera pulang ke rumah. Kalau anaknya tidak bisa dihubungi, maka orang tua dapat menghubungi teman terdekat anaknya," jelasnya.
Beberapa kali saat rapat koordinasi bersama, Eddy telah menyampaikan kepada camat agar meneruskannya kepada para orang tua untuk memperhatikan anak-anaknya. Sebab, keamanan dan perlindungan anak itu juga menjadi tanggung jawab bersama.
"Jadi menjadi tanggung jawab semuanya. Baik itu pemerintah, orang tua, guru, maupun lingkungan harus saling membantu dalam rangka melindungi anak dan menciptakan ketentraman dan ketertiban," jelasnya.
Sementara di tempat terpisah, Ketua RT 3 RW 1 Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo Surabaya, Hery Prasetyo menilai, salah satu penyebab terjadinya tawuran antar pelajar adalah kurangnya kegiatan positif di sekolah. Selain itu disebabkan juga karena pengaruh negatif dari media sosial.
"Kalau sering berkegiatan positif di sekolah, maka untuk berpikir negatif itu berkurang. Penyebab lain adalah bagian dari dampak negatif dari sosial media, akhirnya terjadi tawuran," kata Pras, panggilan lekatnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tawuran antar pelajar yang terjadi di Jalan Upa Jiwa pada Kamis (22/9/2022) malam, awalnya disebabkan cekcok atau saling ejek melalui media sosial. Alhasil, kejadian tawuran itu pun tak terelakkan.
Dari insiden tersebut, petugas gabungan mengamankan 16 orang pelajar sekolah untuk dimintai keterangan. Sementara dua orang lainnya yang menjadi korban, juga turut diberikan perawatan.
Baca Juga
"Karena ada dua orang korban yang terluka, sehingga (terduga pelaku tawuran) itu langsung kita arahkan ke Polsek Wonokromo. Jadi langsung ditangani APH (aparat penegak hukum) karena ada korbannya," ujarnya.
Menanggapi insiden itu, Eddy pun mengajak para orang tua agar peduli terhadap masing-masing anaknya. Baginya, orang tua memiliki peranan penting untuk memastikan anak-anak dalam kondisi aman.
"Misalnya kalau sudah pukul 21.00 WIB, anaknya tidak di rumah, maka orang tua harus menelepon ada di mana dan meminta segera pulang ke rumah. Kalau anaknya tidak bisa dihubungi, maka orang tua dapat menghubungi teman terdekat anaknya," jelasnya.
Beberapa kali saat rapat koordinasi bersama, Eddy telah menyampaikan kepada camat agar meneruskannya kepada para orang tua untuk memperhatikan anak-anaknya. Sebab, keamanan dan perlindungan anak itu juga menjadi tanggung jawab bersama.
"Jadi menjadi tanggung jawab semuanya. Baik itu pemerintah, orang tua, guru, maupun lingkungan harus saling membantu dalam rangka melindungi anak dan menciptakan ketentraman dan ketertiban," jelasnya.
Sementara di tempat terpisah, Ketua RT 3 RW 1 Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo Surabaya, Hery Prasetyo menilai, salah satu penyebab terjadinya tawuran antar pelajar adalah kurangnya kegiatan positif di sekolah. Selain itu disebabkan juga karena pengaruh negatif dari media sosial.
"Kalau sering berkegiatan positif di sekolah, maka untuk berpikir negatif itu berkurang. Penyebab lain adalah bagian dari dampak negatif dari sosial media, akhirnya terjadi tawuran," kata Pras, panggilan lekatnya.
tulis komentar anda