Ketua DPRD Surabaya Sebut Aksi Sujud Risma Bentuk Permintaan Maaf
Rabu, 01 Juli 2020 - 06:39 WIB
SURABAYA - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini melakukan sujud di depan para dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat audiensi di Balai Kota Surabaya pada Senin (29/6/2020). Saat itu, Ketua Pinere RSUD dr Soetomo, dr Sudarsono menyampaikan, rumah sakitnya overload karena masih banyak warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan.
(Baca juga: Tangisnya Pecah Saat Sujud di Kaki Dokter, Ini Ungkapan Hati Risma )
Menurut Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, apa yang dilakukan Risma (panggilan Tri Rismaharini) adalah aksi spontan permintaan maaf sebagai pemimpin ketika ada sebagian masyarakat yang belum taat protokol kesehatan. Sehingga membuat para tenaga medis di RSUD dr Soetomo kewalahan.
"Kan itu konteks pertemuannya, para dokter meminta masyarakat disiplin. Kalau di hulu atau di masyarakatnya disiplin, di hilir alias penanganan kuratifnya di rumah sakit bisa dikelola dengan baik, tidak overload. Nah saya rasa karena itu Bu Risma itu minta maaf karena belum bisa membuat semua warga disiplin taat protokol kesehatan," kata Adi, Selasa (30/6/2020).
Menurut Adi, sebagai pemimpin, sikap Risma itu merupakan sikap yang baik. Semua kesalahan yang mungkin warga lakukan terkait kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan, dia yang tanggung. (Baca juga: Prihatin Pandemi COVID-19, 2 Warga Jepara Kelilingi Alun-alun )
"Jadi tidak menyalahkan masyarakat, tapi meminta maaf karena belum semua warga taat protokol kesehatan. Bu Risma tidak ingin warganya yang disalahkan. Maka beban itu dia tanggung di pundaknya. Pemimpin kan memang harus begitu," imbuh Adi.
Selain itu, lanjut Adi, permintaan maaf Risma lewat aksi sujud itu juga sebagai bentuk tanggung jawab moral bahwa dia sebagai pemimpin belum bisa membantu optimal ke RSUD dr Soetomo. Hal itu karena permasalahan wewenang.
"Saya melihatnya itu sebagai bentuk permintaan maaf Bu Risma, bahwa dia sudah mencoba membantu, tapi kan tidak bisa masuk ke RSUD dr Soetomo karena bukan wewenangnya," ujar mantan jurnalis ini.
Di sisi lain, Adi menilai penanganan COVID-19 di Surabaya sudah berjalan baik, meski dalam sejumlah sisi perlu ditingkatkan. Upaya test, tracing, dan treatment dilakukan dengan terintegrasi. (Baca juga: Pelaku Pembakaran Mobil Mewah Via Vallen Pura-pura Gila )
"Semakin banyak tes, semakin kita bongkar fenomena gunung es COVID-19, lalu diperkuat tracing-nya dan treatment-nya. Tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Surabaya termasuk yang tertinggi. Hanya saja, itu tidak cukup. Semua harus kompak taat protokol, karena disiplin adalah vaksin terefektif dari virus corona," pungkasnya.
(Baca juga: Tangisnya Pecah Saat Sujud di Kaki Dokter, Ini Ungkapan Hati Risma )
Menurut Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, apa yang dilakukan Risma (panggilan Tri Rismaharini) adalah aksi spontan permintaan maaf sebagai pemimpin ketika ada sebagian masyarakat yang belum taat protokol kesehatan. Sehingga membuat para tenaga medis di RSUD dr Soetomo kewalahan.
"Kan itu konteks pertemuannya, para dokter meminta masyarakat disiplin. Kalau di hulu atau di masyarakatnya disiplin, di hilir alias penanganan kuratifnya di rumah sakit bisa dikelola dengan baik, tidak overload. Nah saya rasa karena itu Bu Risma itu minta maaf karena belum bisa membuat semua warga disiplin taat protokol kesehatan," kata Adi, Selasa (30/6/2020).
Menurut Adi, sebagai pemimpin, sikap Risma itu merupakan sikap yang baik. Semua kesalahan yang mungkin warga lakukan terkait kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan, dia yang tanggung. (Baca juga: Prihatin Pandemi COVID-19, 2 Warga Jepara Kelilingi Alun-alun )
"Jadi tidak menyalahkan masyarakat, tapi meminta maaf karena belum semua warga taat protokol kesehatan. Bu Risma tidak ingin warganya yang disalahkan. Maka beban itu dia tanggung di pundaknya. Pemimpin kan memang harus begitu," imbuh Adi.
Selain itu, lanjut Adi, permintaan maaf Risma lewat aksi sujud itu juga sebagai bentuk tanggung jawab moral bahwa dia sebagai pemimpin belum bisa membantu optimal ke RSUD dr Soetomo. Hal itu karena permasalahan wewenang.
"Saya melihatnya itu sebagai bentuk permintaan maaf Bu Risma, bahwa dia sudah mencoba membantu, tapi kan tidak bisa masuk ke RSUD dr Soetomo karena bukan wewenangnya," ujar mantan jurnalis ini.
Di sisi lain, Adi menilai penanganan COVID-19 di Surabaya sudah berjalan baik, meski dalam sejumlah sisi perlu ditingkatkan. Upaya test, tracing, dan treatment dilakukan dengan terintegrasi. (Baca juga: Pelaku Pembakaran Mobil Mewah Via Vallen Pura-pura Gila )
"Semakin banyak tes, semakin kita bongkar fenomena gunung es COVID-19, lalu diperkuat tracing-nya dan treatment-nya. Tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Surabaya termasuk yang tertinggi. Hanya saja, itu tidak cukup. Semua harus kompak taat protokol, karena disiplin adalah vaksin terefektif dari virus corona," pungkasnya.
(eyt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda