Kisah Bung Hatta Hentikan Kebiasaan Tentara Jepang Tempeleng Kepala Orang Indonesia
Jum'at, 05 Agustus 2022 - 14:00 WIB
Kolonial Belanda menyerah pada tentara Jepang pada 8 Maret 1942.
Di Kalijati, Jawa Barat, Jenderal Ter Poorten menyerahkan kekuasaan tanpa syarat kepada Jenderal Hitoshi Imamura. Di waktu yang sama itu Hatta diajak kerja sama. Ia tak mampu menolak karena mengingat sifat kejam fasisme Jepang.
Di sisi lain, dengan bekerja sama Hatta berfikir sebuah kesempatan menyusun kekuatan sekaligus meringankan beban penderitaan rakyat.
Sutan Sjahrir lolos dari ajakan kerjasama, karena Jepang kurang mengenal namanya sebagai pemimpin nasional. Ia kemudian memilih bergerak di bawah tanah.
Sementara Soekarno atau Bung Karno masih berada di Bengkulu. Bung Hatta sejak awal menganalisa Jepang tak akan lama berkuasa. Tanpa harus berperang di Pulau Jawa, dugaannya Sekutu akan mudah menundukkan Jepang.
Cukup dengan menyerang pangkalan Jepang di Cina Selatan, daerah-daerah pendudukan Jepang akan lepas, termasuk Indonesia.
Pandangan-pandangan militer Hatta membuat dirinya berturut-turut dipercaya sebagai penasihat militer Pemerintah Jepang di Indonesia. Selama 1942-1943 ia menjadi salah satu dari pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (1942-1943).
Hatta juga dipercaya sebagai salah satu pemimpin Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai).
Kemudian juga menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Tyuo Sangi-in), Penasihat (Sanyo) Departemen Perekonomian sekaligus merangkap Ketua Dewan Penasihat-Penasihat (Dewan Sanyo).
Saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta juga menjadi anggota BPUPKI (1945) dan Wakil Ketua PPKI (1945).
Di Kalijati, Jawa Barat, Jenderal Ter Poorten menyerahkan kekuasaan tanpa syarat kepada Jenderal Hitoshi Imamura. Di waktu yang sama itu Hatta diajak kerja sama. Ia tak mampu menolak karena mengingat sifat kejam fasisme Jepang.
Di sisi lain, dengan bekerja sama Hatta berfikir sebuah kesempatan menyusun kekuatan sekaligus meringankan beban penderitaan rakyat.
Sutan Sjahrir lolos dari ajakan kerjasama, karena Jepang kurang mengenal namanya sebagai pemimpin nasional. Ia kemudian memilih bergerak di bawah tanah.
Sementara Soekarno atau Bung Karno masih berada di Bengkulu. Bung Hatta sejak awal menganalisa Jepang tak akan lama berkuasa. Tanpa harus berperang di Pulau Jawa, dugaannya Sekutu akan mudah menundukkan Jepang.
Cukup dengan menyerang pangkalan Jepang di Cina Selatan, daerah-daerah pendudukan Jepang akan lepas, termasuk Indonesia.
Pandangan-pandangan militer Hatta membuat dirinya berturut-turut dipercaya sebagai penasihat militer Pemerintah Jepang di Indonesia. Selama 1942-1943 ia menjadi salah satu dari pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (1942-1943).
Hatta juga dipercaya sebagai salah satu pemimpin Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai).
Kemudian juga menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Tyuo Sangi-in), Penasihat (Sanyo) Departemen Perekonomian sekaligus merangkap Ketua Dewan Penasihat-Penasihat (Dewan Sanyo).
Saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta juga menjadi anggota BPUPKI (1945) dan Wakil Ketua PPKI (1945).
Lihat Juga :
tulis komentar anda