Kiai Sepuh NU Bertemu Rumuskan Sikap Pesantren Hadapi Covid-19
Jum'at, 26 Juni 2020 - 10:16 WIB
Sementara itu, kegamangan apakah pesantren harus semuanya membuka kembali aktivitasnya mendapatkan respon dari KH Hasan Mutawakil Alallah. Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong tersebut menyampaikan bahwa hendaknya pesantren diberikan kebijakan independen apakah pesantren tersebut membuka atau masih menutup aktivitasnya.
"PWNU Jawa Timur telah memberikan wewenang otonom kepada masing-masing pesantren apakah membuka atau masih menutup aktivitas pesantrennya," tuturnya.
Rais Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar mengatakan, bagi pesantren yang akan kembali membuka kegiatan belajarnya harus mendapat dukungan semua pihak. "Maka relasi hubungan dengan pemerintah harus saling percaya, saling memberi dan mendukung," papar Pemimpin Tertinggi NU tersebut.
Yang tak kalah penting, menurut KH Miftahul Akhyar, adalah memaksimalkan potensi internal NU, Lazisnu selama pandemi sudah bergerak baik, tinggal memunculkan muharrik baru.
KH. Yahya Cholil Staquf merespon forum dengan memberikan beberapa kesimpulan pada pertemuan tersebut.
Ada tiga hal penting yang disepakati oleh para kiai sepuh NU yang hadir. Pertama adalah memberikan dukungan penuh kepada pesantren yang membuka kembali aktivitas pesantrennya dengan petunjuk protokol kesehatan yang ketat. (BACA JUGA: Kapolda Sumut Tantang Irwasda dan Dirlantas Menjadi Komandan Hebat)
Kedua, meminta kepada Lazisnu yang selama ini sudah bergerak dengan gerakan filantropinnya yang luar biasa untuk menciptakan skema bantuan yang fokus membantu pesantren dalam menerapkan protokol kesehatan.
Ketiga, mendorong pemerintah untuk lebih menekankan pada kebijakan kuratif dalam program penangan Covid-19 seperti membangun sarana fasilitas kesehatan yang lebih baik.
Mengenai keputusan beberapa pondok pesantren yang membuka aktivitasnya apakah tidak beresiko menciptakan klaster baru, KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan bahwa pesantren telah secara ketat menerapkan protokol kesehatan.
"Pesantren telah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Dimulai isolasi mandiri santri sebelum ke pondoknya, juga rapid test yang banyak dilakukan ponpes secara mandiri. Kita jangan hanya bicara klaster, tapi bicaralah tentang dukungan fasilitas kepada pesantren. Itu yang kita upayakan," pungkasnya.
"PWNU Jawa Timur telah memberikan wewenang otonom kepada masing-masing pesantren apakah membuka atau masih menutup aktivitas pesantrennya," tuturnya.
Rais Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar mengatakan, bagi pesantren yang akan kembali membuka kegiatan belajarnya harus mendapat dukungan semua pihak. "Maka relasi hubungan dengan pemerintah harus saling percaya, saling memberi dan mendukung," papar Pemimpin Tertinggi NU tersebut.
Yang tak kalah penting, menurut KH Miftahul Akhyar, adalah memaksimalkan potensi internal NU, Lazisnu selama pandemi sudah bergerak baik, tinggal memunculkan muharrik baru.
KH. Yahya Cholil Staquf merespon forum dengan memberikan beberapa kesimpulan pada pertemuan tersebut.
Ada tiga hal penting yang disepakati oleh para kiai sepuh NU yang hadir. Pertama adalah memberikan dukungan penuh kepada pesantren yang membuka kembali aktivitas pesantrennya dengan petunjuk protokol kesehatan yang ketat. (BACA JUGA: Kapolda Sumut Tantang Irwasda dan Dirlantas Menjadi Komandan Hebat)
Kedua, meminta kepada Lazisnu yang selama ini sudah bergerak dengan gerakan filantropinnya yang luar biasa untuk menciptakan skema bantuan yang fokus membantu pesantren dalam menerapkan protokol kesehatan.
Ketiga, mendorong pemerintah untuk lebih menekankan pada kebijakan kuratif dalam program penangan Covid-19 seperti membangun sarana fasilitas kesehatan yang lebih baik.
Mengenai keputusan beberapa pondok pesantren yang membuka aktivitasnya apakah tidak beresiko menciptakan klaster baru, KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan bahwa pesantren telah secara ketat menerapkan protokol kesehatan.
"Pesantren telah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Dimulai isolasi mandiri santri sebelum ke pondoknya, juga rapid test yang banyak dilakukan ponpes secara mandiri. Kita jangan hanya bicara klaster, tapi bicaralah tentang dukungan fasilitas kepada pesantren. Itu yang kita upayakan," pungkasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda