Kiai Sepuh NU Bertemu Rumuskan Sikap Pesantren Hadapi Covid-19

Jum'at, 26 Juni 2020 - 10:16 WIB
loading...
Kiai Sepuh NU Bertemu Rumuskan Sikap Pesantren Hadapi Covid-19
Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama melakukan pertemuan khusus menyikapi kondisi pesantren dalam menghadapi situasi pandemik Covid-19. (Foto/Ist)
A A A
KEDIRI - Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama melakukan pertemuan khusus menyikapi kondisi pesantren dalam menghadapi situasi pandemik Covid-19.

Hal tersebut dilakukan mengingat saat ini adalah masa penerimaan santri baru dan beberapa pesantren sudah mulai membuka kembali aktivitasnya.

Rapat penting yang dimoderatori Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf tersebut berlangsung di Aula Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada Kamis (25/06/2020). Hadir beberapa kiai khos dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Di antaranya dari Jawa Timur ada Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, KH Anwar Mansur, KH Kafabihi Mahrus, KH Hasan Mutawakil Alallah, KH Idris Hamid, KH Agus Ali Masyhuri, KH Anwar Iskandar, KH Ubaidilah Faqih dan KH R Azzaim Ibrahimy. Sedangkan dari Jawa Tengah ada KH Ubaidilah Shodaqoh dan KH Muadz.

Rapat tersebut dilaksanakan sebagai respons atas situasi di lapangan, dimana sudah banyak pesantren memulai aktivitasnya secara mandiri dan masih banyak lagi pesantren yang belum memulai aktivitasnya karena beberapa hal. Di antaranya kesiapan secara mandiri pesantren dalam menjalankan protokol Covid-19 dan masih adanya larangan oleh beberapa pemerintah daerah. (BACA JUGA: AHY Temui Airlangga Hartarto, Ini yang Dibahas)

"Dunia memberi pelajaran kepada kita bahwa krisis kesehatan Covid-19 saat ini juga merembet pada aspek ekonomi dan ancaman resesi. Ketika manajemen kesehatan dan ekonomi tidak teratasi maka ancamannya adalah kerusuhan (chaos)," ujar KH Anwar Iskandar dalam keterangan tertulis yang diterima, SINDOnews.

Menurutnya, pesantren juga mengalami ancaman ekonomi. Karena itu, perlu disuarakan dengan bijak dan arif agar kebijakan anggaran pemerintah berpihak pada pesantren.

Lebih lanjut KH. Anwar Iskandar menyampaikan harapannya agara pondok pesantren segera membuka aktivitasnya dengan menggunakan protokol kesehatan.

"Lebih penting lagi harus ada keberpihakan pemerintah kepada pesantren yang memang sangat terdampak. Saya merasa itu hal yang wajar dan hak kita (pesantren) untuk menerima fasilitas dari pemerintah," ungkapnya.

Sementara itu, kegamangan apakah pesantren harus semuanya membuka kembali aktivitasnya mendapatkan respon dari KH Hasan Mutawakil Alallah. Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong tersebut menyampaikan bahwa hendaknya pesantren diberikan kebijakan independen apakah pesantren tersebut membuka atau masih menutup aktivitasnya.

"PWNU Jawa Timur telah memberikan wewenang otonom kepada masing-masing pesantren apakah membuka atau masih menutup aktivitas pesantrennya," tuturnya.

Rais Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar mengatakan, bagi pesantren yang akan kembali membuka kegiatan belajarnya harus mendapat dukungan semua pihak. "Maka relasi hubungan dengan pemerintah harus saling percaya, saling memberi dan mendukung," papar Pemimpin Tertinggi NU tersebut.

Yang tak kalah penting, menurut KH Miftahul Akhyar, adalah memaksimalkan potensi internal NU, Lazisnu selama pandemi sudah bergerak baik, tinggal memunculkan muharrik baru.

KH. Yahya Cholil Staquf merespon forum dengan memberikan beberapa kesimpulan pada pertemuan tersebut.

Ada tiga hal penting yang disepakati oleh para kiai sepuh NU yang hadir. Pertama adalah memberikan dukungan penuh kepada pesantren yang membuka kembali aktivitas pesantrennya dengan petunjuk protokol kesehatan yang ketat. (BACA JUGA: Kapolda Sumut Tantang Irwasda dan Dirlantas Menjadi Komandan Hebat)

Kedua, meminta kepada Lazisnu yang selama ini sudah bergerak dengan gerakan filantropinnya yang luar biasa untuk menciptakan skema bantuan yang fokus membantu pesantren dalam menerapkan protokol kesehatan.

Ketiga, mendorong pemerintah untuk lebih menekankan pada kebijakan kuratif dalam program penangan Covid-19 seperti membangun sarana fasilitas kesehatan yang lebih baik.

Mengenai keputusan beberapa pondok pesantren yang membuka aktivitasnya apakah tidak beresiko menciptakan klaster baru, KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan bahwa pesantren telah secara ketat menerapkan protokol kesehatan.

"Pesantren telah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Dimulai isolasi mandiri santri sebelum ke pondoknya, juga rapid test yang banyak dilakukan ponpes secara mandiri. Kita jangan hanya bicara klaster, tapi bicaralah tentang dukungan fasilitas kepada pesantren. Itu yang kita upayakan," pungkasnya.
(vit)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1633 seconds (0.1#10.140)