Kisah Tasripin, Konglomerat Semarang yang Ditakuti Serdadu Belanda Gara-gara Uang Koin Ratu Willem

Minggu, 15 Mei 2022 - 07:06 WIB
Seorang keturunan Tasripin, Sugibudi Santoso mengatakan jika pembangunan langgar itu terjadi sekitar tahun 1825. Awalnya masjid waktu itu hanya sebuah langgar kecil dengan bahan bangunan dari kayu jati.

“Sebelum direnovasi menjadi masjid seperti ini, dulunya hanya sebuah langgar kecil berukuran sekitar 4x8 meter. Saya sendiri kurang tahu kapan langgar ini dibangun oleh eyang Tasripin. Namun dari cerita yang saya dengar, kira-kira langgar dibangun sekitar tahun 1825,” katanya.

Pembangunan langgar itu dilakukan Tasripin sebagai tempat ibadah keluarganya. Sebab, seluruh keluarga Tasripin tinggal dalam satu kompleks yakni di sekitar Kampung Kulitan Kota Semarang.

“Selain untuk kegiatan ibadah keluarga, langgar ini waktu itu juga diperuntukkan bagi para pekerja atau buruh pabrik kulit milik eyang saya, karena waktu itu eyang memiliki pekerja yang cukup banyak untuk mengelola usahanya dari berbagai daerah di sekitar Semarang,” imbuhnya.

Sugibudi menambahkan, sekitar tahun 1998 tepatnya saat krisis moneter, langgar Tasripin tersebut mengalami pemugaran. Setelah pemugaran itu, hampir semua bangunan di tempat itu sudah tidak asli lagi.

“Setelah renovasi itu hampir semuanya dipugar, yang asli saat ini hanya beberapa saja seperti bedhug dan kenthongan masjid. Benda itu masih asli sejak langgar ini dibangun hingga sekarang, usianya ya ratusan tahun,” pungkasnya.
(shf)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More