Minimalisir Droplet COVID-19, Mahasiswi UNS Ciptakan Padasan Sistem Injak
Kamis, 18 Juni 2020 - 20:22 WIB
SOLO - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Solo, Desi Nugraheni membuat padasan (alat penampungan air untuk cuci tangan) menggunakan sistem injak guna meminimalisir droplet penyebaran COVID-19 .
Padasan sistem injak ini dibuat Desi saat mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Penanganan COVID-19 UNS batch 1 di Desa Mojoagung, Karangrayung, Grobogan, Jateng. Ide pembuatan padasan buatan mahasiswa semester 6 program studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) tersebut berawal dari tugas mata kuliah Kampung Kota. “Kemudian saya terpikir untuk membuat padasan yang dapat meminimalisir sentuhan dalam penggunaannya. Sehingga perpindahan virus dapat diminimalisir,” kata Desi Nugraheni, Kamis (18/6/2020). (Baca juga: Balita 2 Tahun Akan Diisolasi, Keluarga Menangis Histeris)
Dia kemudian mulai mengotak-atik desain di sketchup. Lalu oleh dosennya disarankan agar direalisasikan sebagai kegiatan KKN. “Saya juga melihat di sekitar tempat tinggal belum ada tempat cuci tangan dengan sistem tanpa sentuh, saya pikir sepertinya akan menarik jika bisa dibuat,” ucapnya. (Baca juga: Bule Amerika Dihajar Massa Gara-gara Curi Cincin Emas di Kuta Bali)
Cara pembuatan padasan sama seperti pengerjaan furnitur berbahan kayu. Desi memanfaatkan material kayu bekas yang ada di rumah, kemudian ditambah ember kecil untuk buangan air, selang, ember bekas cat beserta keran yang mudah ditekan. Lalu dia merangkainya sesuai desain yang telah dibuat. Untuk menyambungkan batang penekan dengan meja kayu, pada batang penekan dilubangi, kemudian ditahan dengan paku sehingga bisa naik turun sesuai dengan injakan dan per.
Desi memanfaatkan beberapa material yang ada di rumah. Dalam pembuatannya, dirinya dibantu oleh tukang untuk memotong kayu. “Kalau secara umum untuk memproduksi 1 buah padasan memerlukan biaya sekitar Rp57 ribu," tambah Desi. Cara kerja padasan yaitu dengan menginjak pijakan pada bagian bawah menggunakan kaki.
Sehingga air akan mengalir tanpa harus menyentuh gagang keran. Sistemnya yaitu terdapat batang kayu yang diposisikan di atas keran secara horizontal, kemudian disambung dengan batang kayu vertikal panjang yang menghubungkan ke pijakan pada bagian bawah. Saat pijakan diinjak, maka kayu yang terhubung ke atas keran akan menekan keran ke bawah dan air pun bisa mengalir.
Lalu untuk menutup keran, terdapat per yang disambungkan antar badan meja kayu dengan batang kayu penekan. Sistem ini juga diaplikasikan pada sabun cair. Dalam proses sosialisasi, Desi mengunggah foto maupun video padasan melalui akun instagram. Alat yang dibuat saat ini diserahkan ke balai desa agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Padasan sistem injak ini dibuat Desi saat mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Penanganan COVID-19 UNS batch 1 di Desa Mojoagung, Karangrayung, Grobogan, Jateng. Ide pembuatan padasan buatan mahasiswa semester 6 program studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) tersebut berawal dari tugas mata kuliah Kampung Kota. “Kemudian saya terpikir untuk membuat padasan yang dapat meminimalisir sentuhan dalam penggunaannya. Sehingga perpindahan virus dapat diminimalisir,” kata Desi Nugraheni, Kamis (18/6/2020). (Baca juga: Balita 2 Tahun Akan Diisolasi, Keluarga Menangis Histeris)
Dia kemudian mulai mengotak-atik desain di sketchup. Lalu oleh dosennya disarankan agar direalisasikan sebagai kegiatan KKN. “Saya juga melihat di sekitar tempat tinggal belum ada tempat cuci tangan dengan sistem tanpa sentuh, saya pikir sepertinya akan menarik jika bisa dibuat,” ucapnya. (Baca juga: Bule Amerika Dihajar Massa Gara-gara Curi Cincin Emas di Kuta Bali)
Cara pembuatan padasan sama seperti pengerjaan furnitur berbahan kayu. Desi memanfaatkan material kayu bekas yang ada di rumah, kemudian ditambah ember kecil untuk buangan air, selang, ember bekas cat beserta keran yang mudah ditekan. Lalu dia merangkainya sesuai desain yang telah dibuat. Untuk menyambungkan batang penekan dengan meja kayu, pada batang penekan dilubangi, kemudian ditahan dengan paku sehingga bisa naik turun sesuai dengan injakan dan per.
Desi memanfaatkan beberapa material yang ada di rumah. Dalam pembuatannya, dirinya dibantu oleh tukang untuk memotong kayu. “Kalau secara umum untuk memproduksi 1 buah padasan memerlukan biaya sekitar Rp57 ribu," tambah Desi. Cara kerja padasan yaitu dengan menginjak pijakan pada bagian bawah menggunakan kaki.
Sehingga air akan mengalir tanpa harus menyentuh gagang keran. Sistemnya yaitu terdapat batang kayu yang diposisikan di atas keran secara horizontal, kemudian disambung dengan batang kayu vertikal panjang yang menghubungkan ke pijakan pada bagian bawah. Saat pijakan diinjak, maka kayu yang terhubung ke atas keran akan menekan keran ke bawah dan air pun bisa mengalir.
Lalu untuk menutup keran, terdapat per yang disambungkan antar badan meja kayu dengan batang kayu penekan. Sistem ini juga diaplikasikan pada sabun cair. Dalam proses sosialisasi, Desi mengunggah foto maupun video padasan melalui akun instagram. Alat yang dibuat saat ini diserahkan ke balai desa agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
(shf)
tulis komentar anda