BKKBN: Faktor Lingkungsn Penyebab Tingginya Stunting di 5 Daerah Ini
Selasa, 05 April 2022 - 00:46 WIB
JAKARTA - Sejumlah daerah di Indonesia masuk kategori daerah dengan kasus stunting tertinggi. Lima daerah dengan angka stunting dari urutan tertinggi adalah NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Aceh, NTB, dan Kalimantan Barat serta Kalimantan Selatan.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ), Hasto Wardoyo dalam dalam diskusi daring yang digelar FMB9 bertema "Percepatan Pencegahan Stunting" Senin (4/4/22).
"Ya memang kalo kita lihat daerah yang paling memprihatinkan angkanya masih cukup tinggi. Ini menjadi daerah-daerah yang tentu masuk lima besar tertinggi dari urutan tertinggi," bebernya.
Adapun penyebab tingginya masalah stunting di wilayah tersebut, kata Hasto, faktor sanitasi menjadi penyebab terbesar. Menurutnya, faktor lingkungan ini dikenal dengan sebutan faktor sensitif.
"Ya kalo kita lihat seperti kemarin kita ke NTT, faktor lingkungan kemudian menjadi suatu masalah yang penting sekali untuk diperhatikan seperti air bersih, rumah tidak layak huni, kemudian juga camban. faktor-faktor itu yang dikenal
faktor sensitif," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, jika faktor lingkungan ini tidak diperhatikan dengan baik, maka akan menyebabkan anak mudah sakit seperi diare, TBC dan seterusnya yang berakibat pada turunnya berat badan.
"Kalau faktor lingkungan kurang bagus, maka akan menjadikan anak mudah sakit seperti diare, TBC dan kalau sakit akhirnya berat badan tidak naik dan seterusnya. Kalau dua tiga bulan tidak naik, maka bulan-bulan berikutnya tinggi badannya tidak naik dan akhirnya tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Kemudian kita katakan stunting, begitu," ujarna.
Hasto mengakui, kendati sejumlah daerah di Pulau Jawa memiliki kasus yang banyak, namun persentasenya tidak tinggi. Hal ini karena daerah tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar."Kalau tadi kita melihat cuplikan untuk daerah-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat sebetulnya presentasinya tidak tinggi. Cuma jumlah kasusnya besar, karena penduduknya besar," imbuhnya.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ), Hasto Wardoyo dalam dalam diskusi daring yang digelar FMB9 bertema "Percepatan Pencegahan Stunting" Senin (4/4/22).
"Ya memang kalo kita lihat daerah yang paling memprihatinkan angkanya masih cukup tinggi. Ini menjadi daerah-daerah yang tentu masuk lima besar tertinggi dari urutan tertinggi," bebernya.
Adapun penyebab tingginya masalah stunting di wilayah tersebut, kata Hasto, faktor sanitasi menjadi penyebab terbesar. Menurutnya, faktor lingkungan ini dikenal dengan sebutan faktor sensitif.
"Ya kalo kita lihat seperti kemarin kita ke NTT, faktor lingkungan kemudian menjadi suatu masalah yang penting sekali untuk diperhatikan seperti air bersih, rumah tidak layak huni, kemudian juga camban. faktor-faktor itu yang dikenal
faktor sensitif," kata Hasto.
Hasto menjelaskan, jika faktor lingkungan ini tidak diperhatikan dengan baik, maka akan menyebabkan anak mudah sakit seperi diare, TBC dan seterusnya yang berakibat pada turunnya berat badan.
"Kalau faktor lingkungan kurang bagus, maka akan menjadikan anak mudah sakit seperti diare, TBC dan kalau sakit akhirnya berat badan tidak naik dan seterusnya. Kalau dua tiga bulan tidak naik, maka bulan-bulan berikutnya tinggi badannya tidak naik dan akhirnya tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Kemudian kita katakan stunting, begitu," ujarna.
Hasto mengakui, kendati sejumlah daerah di Pulau Jawa memiliki kasus yang banyak, namun persentasenya tidak tinggi. Hal ini karena daerah tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar."Kalau tadi kita melihat cuplikan untuk daerah-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat sebetulnya presentasinya tidak tinggi. Cuma jumlah kasusnya besar, karena penduduknya besar," imbuhnya.
tulis komentar anda