Kisah Bung Tomo Sowan Kiai Hasyim Asyari Sebelum Bakar Semangat Pertempuan Heroik 10 November 1945
Senin, 28 Maret 2022 - 05:56 WIB
Aktivitasnya sebagai wartawan, membuat Bung Tomo memiliki hubungan dengan dengan keluarga pendiri NU tersebut. Saat-saat situasi genting terjadi di Surabaya, Bung Tomo acap kali datang ke kediaman Kiai Hasim Asyari untuk meminta nasihat.
Hubungan dengan keluarga Pondok Pesantren Tebuireng tersebut, semakin menguat saat Bung Tomo direkomendasikan oleh Kiai A Wahid Hasyim, dan Bung Hatta, untuk masuk ke dalam Gerakan Rakyat Baru sebagai pengganti Jawa Hokoo Kai (Kebaktian Jawa).
Dalam buku "Kiai Hasjim Asjari Bapak Umat Islam Indonesia" yang diterbitkan pada tahun 1950, disebutkan bahwa Bung Tomo, dan Jenderal Besar Sudirman beberapa kali bertandang ke Tebuireng, untuk bertemu Kiai Hasyim Asyari.
Bahkan saat bulan puasa Ramadhan, tepatnya tanggal 21 Juli 1947, sekitar pukul 21.00, Bung Tomo mendatangi kediaman Kiai Hasyim Asy'ari di Tebuireng. Tak sendirian, Bung Tomo datang bersama utusan Jenderal Sudirman, yang menyampaikan sepucuk surat penting terkait aksi-aksi milter Belanda di wilayah Jawa Timur.
Selang beberapa hari kemudian, Bung Tomo kembali menemui Kiai Hasyim Asy'ari, untuk melaporkan kondisi di wilayah Karesidenan Malang, di mana serangan militer Belanda, mengakibatkan banyak anggota Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang gugur. Dalam pertemuan ini, Bung Tomo juga menyampaikan surat dari Jenderal Sudirman, yang isinya memohon kepada Kiai Hasyim Asy'ari agar mengeluarkan komando Jihad Fi Sabilillah.
Kedekatan-kedekatan inilah, yang membuat Bung Tomo selalu membakar semangat dengan Takbir. Hal itu dapat dilihat dari pidatonya yang berapi-api menjelang pertempuran besar 10 November 1945. Pidato itu hingga kini masih terngiang di seluruh sanubari rakyat Indonesia:
Kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya. Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia. Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah ini tentara Inggris. Ini jawaban kita. Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian. Hai tentara Inggris! Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu.
Baca Juga
Hubungan dengan keluarga Pondok Pesantren Tebuireng tersebut, semakin menguat saat Bung Tomo direkomendasikan oleh Kiai A Wahid Hasyim, dan Bung Hatta, untuk masuk ke dalam Gerakan Rakyat Baru sebagai pengganti Jawa Hokoo Kai (Kebaktian Jawa).
Dalam buku "Kiai Hasjim Asjari Bapak Umat Islam Indonesia" yang diterbitkan pada tahun 1950, disebutkan bahwa Bung Tomo, dan Jenderal Besar Sudirman beberapa kali bertandang ke Tebuireng, untuk bertemu Kiai Hasyim Asyari.
Bahkan saat bulan puasa Ramadhan, tepatnya tanggal 21 Juli 1947, sekitar pukul 21.00, Bung Tomo mendatangi kediaman Kiai Hasyim Asy'ari di Tebuireng. Tak sendirian, Bung Tomo datang bersama utusan Jenderal Sudirman, yang menyampaikan sepucuk surat penting terkait aksi-aksi milter Belanda di wilayah Jawa Timur.
Selang beberapa hari kemudian, Bung Tomo kembali menemui Kiai Hasyim Asy'ari, untuk melaporkan kondisi di wilayah Karesidenan Malang, di mana serangan militer Belanda, mengakibatkan banyak anggota Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang gugur. Dalam pertemuan ini, Bung Tomo juga menyampaikan surat dari Jenderal Sudirman, yang isinya memohon kepada Kiai Hasyim Asy'ari agar mengeluarkan komando Jihad Fi Sabilillah.
Kedekatan-kedekatan inilah, yang membuat Bung Tomo selalu membakar semangat dengan Takbir. Hal itu dapat dilihat dari pidatonya yang berapi-api menjelang pertempuran besar 10 November 1945. Pidato itu hingga kini masih terngiang di seluruh sanubari rakyat Indonesia:
Baca Juga
Kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya. Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia. Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah ini tentara Inggris. Ini jawaban kita. Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian. Hai tentara Inggris! Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu.
tulis komentar anda