Turunkan Angka Stunting, BKKBN Sulsel Perkuat Program Bangga Kencana
Rabu, 16 Maret 2022 - 20:45 WIB
Dari total 2.158.956 jumlah KK, BKKBN Sulsel berhasil mendata sebanyak 2.146.280 KK, yang mencakup data tentang individu keluarga, baik terkait umur, perkawinan, jumlah anak, kesertaan KB, kondisi rumah, serta data keluarga berpotensi stunting, khususnya pada dua hal yaitu yang memiliki jamban dan sanitasi.
Dari 9 indikator kinerja BKKBN Sulsel sesuai hasil pendataan keluarga, 8 indikator berada posisi sangat baik, dan baik. Hanya 1 indikator, yaitu unmet need atau kebutuhan KB yang belum terpenuhi yang capaiannya hanya 40 persen.
Sementara, salah satu strategi BKKBN dalam rangka mempercepat penurunan stunting adalah angka unmet need harus diturunkan.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga jarak pasca salin. Mereka yang baru melahirkan harus menggunakan KB agar pemberian asi ekslusif kepada bayi bisa maksimal selama dua tahun. Termasuk juga pengasuhan tumbuh kembang amak di akan maksimal jika jarak persalinan dijaga.
"Oleh karena itu, percepatan penurunan stunting akan kami mulai dari hulu. Sasaran yang akan kami intervensi pertama adalah catin (calon pengantin) yang akan diintervensi selama tiga bulan sebelum menikah. Kemudian kedua adalah ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Kami akan fokus intervensi balita," tegasnya.
Dia menambahkan, dari total 24 kabupaten/kota di Sulsel, Kota Makassar menjadi daerah dengan angka stunting paling rendah, yakni 4 persen. Sementara yang tertinggi adalah Kabupaten Jeneponto, hampir 38 persen.
"Paling tinggi itu Jeneponto 37,9 persen. Itu tinggi sekali. Jai bagi kabupaten kota yang angka stuntingnya masih sangat tinggi, harus kerja keras," jelas dia.
Meski begitu, sambung dia, BKKBN Sulsel akan terus mengintervensi seluruh kabupaten kota, tak terbatas pada daerah dengan angka stunting yang tinggi.
Dari 9 indikator kinerja BKKBN Sulsel sesuai hasil pendataan keluarga, 8 indikator berada posisi sangat baik, dan baik. Hanya 1 indikator, yaitu unmet need atau kebutuhan KB yang belum terpenuhi yang capaiannya hanya 40 persen.
Sementara, salah satu strategi BKKBN dalam rangka mempercepat penurunan stunting adalah angka unmet need harus diturunkan.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga jarak pasca salin. Mereka yang baru melahirkan harus menggunakan KB agar pemberian asi ekslusif kepada bayi bisa maksimal selama dua tahun. Termasuk juga pengasuhan tumbuh kembang amak di akan maksimal jika jarak persalinan dijaga.
"Oleh karena itu, percepatan penurunan stunting akan kami mulai dari hulu. Sasaran yang akan kami intervensi pertama adalah catin (calon pengantin) yang akan diintervensi selama tiga bulan sebelum menikah. Kemudian kedua adalah ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Kami akan fokus intervensi balita," tegasnya.
Dia menambahkan, dari total 24 kabupaten/kota di Sulsel, Kota Makassar menjadi daerah dengan angka stunting paling rendah, yakni 4 persen. Sementara yang tertinggi adalah Kabupaten Jeneponto, hampir 38 persen.
"Paling tinggi itu Jeneponto 37,9 persen. Itu tinggi sekali. Jai bagi kabupaten kota yang angka stuntingnya masih sangat tinggi, harus kerja keras," jelas dia.
Meski begitu, sambung dia, BKKBN Sulsel akan terus mengintervensi seluruh kabupaten kota, tak terbatas pada daerah dengan angka stunting yang tinggi.
tulis komentar anda