Kisah Kiai Sholeh Darat, Ulama Semarang yang Mampu Ubah Bongkahan Batu Jadi Emas

Kamis, 10 Maret 2022 - 05:00 WIB
Baca juga: Karomah Sunan Drajat Diselamatkan Ikan Cucut dan Talang saat Perahu Dihantam Badai



Tak salah dengan ilmu yang dimilikinya yang telah melahirkan tokoh besar seperti pendiri NU Kiai Hasyim Asyari (1926), yang menjadi muridnya sekitar tahun 1890. Selain itu, tokoh Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan (1912 ) juga pernah mengaji pada Kiai Sholeh Darat.

Bahkan, RA Kartini juga terpoleskan ilmunya saat mengaji di Pendopo Kabupaten Demak. Sementara jejak Kiai Sholeh Darat pada saat menuntut ilmu ada di beberapa tempat, termasuk di Mekkah.

Seperti di Jepara tempat kelahirannya, Kudus, Purworejo, Kaliwungu, dan Semarang yang dulunya sebuah langgar untuk mengajar sekaligus sebagai rumah di Dadapsari, Semarang Utara, saat ini menjadi masjid Sholeh Darat.

Karomah

Mengutip Laduni.Id, darah perjuangan Kiai Sholeh Darat tak lepas dari orang tuanya, yakni Kiai Umar. Dalam sejarahnya, Kiai Umar termasuk panglima perang dari pasukan Pangeran Diponegoro untuk wilayah Semarang dan sekitarnya. Kiai Umar bukan saja mengaji dengan para santrinya, tetapi juga mengangkat senjata untuk mengusir penjajah yang menyengsarakan rakyat Nusantara.

Begitupun darah perjuangan Kiai Umar juga mengalir dalam diri Kiai Sholeh Darat. Mengajar santri tetap istiqomah, tetapi pergerakan melawan penjajah tidak pernah ditinggalkan. Terbukti santri-santrinya seperti KH Hasyim Asy’ari juga sangat gigih dalam melawan penjajah, bahkan sampai masuk penjara. Kiai Sholeh Darat bukan saja mengajarkan santrinya ilmu agama, tetapi juga ilmu perjuangan yang sudah mengalir dalam dirinya dari sang ayah, Kiai Umar.

Kiai Sholeh Darat Semarang merupakan sosok ulama’ besar pada abad ke-19. Murid-muridnya menjadi ulama’ besar yang sangat berpengaruh dalam gerak sejarah NKRI. Etos dan semangat Kiai Sholeh Darat dalam pendidikan sangat besar, sebesar perjuangannya dalam melawan penjajah. Murid-murid Kiai Sholeh Darat akhirnya berjuang dengan lahir batin untuk lahirnya negara bernama Indonesia ini.

Para ulama’ abad ke-19 memang mempunyai darah perjuangan sangat besar yang terilhami dari Pangeran Diponegoro. Walaupun akhirnya kalah dalam Perang Jawa, 1825-1830, tetapi semangat perjuangan yang dialirkan Pangeran Diponegoro tidak pernah kalah sedikitpun dari para laskar perjuangan yang pernah bersamanya, termasuk Kiai Umar Semarang.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More