Kisah Kiai Sholeh Darat, Ulama Semarang yang Mampu Ubah Bongkahan Batu Jadi Emas

Kamis, 10 Maret 2022 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Kiai Sholeh Darat, Ulama Semarang yang Mampu Ubah Bongkahan Batu Jadi Emas
Kiai Sholeh Darat, ulama besar Semarang yang mampu ubah batu jadi emas.Foto/ist
A A A
Kiai Sholeh Darat bernama asli Muhammad Sholeh bin Umar Al Samarani merupakan ulama besar yang lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kabupaten Jepara, masa pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1820.

Kiai Sholeh Darat adalah putra dari Kiai Umar yang merupakan pasukan perang Pangeran Diponegoro (1825-1830). Sedangkan nama Al Samarani di belakang nama Kiyai Sholeh Darat, untuk menunjukkan daerah asal ulama.

Baca juga: Sejarah Dakwah Sunan Drajat dan Ajaran Papali Pitu

Ulama yang terkenal dengan panggilan Mbah Sholeh Darat hidup sezaman dengan dua waliyullah besar lainnya, yakni Syekh Nawawi Al-Bantani dari Banten dan Mbah Kholil Bangkalan, Madura. Kiai Sholeh Darat dikenal dengan karomahnya, mengubah bongkahan batu menjadi emas.

Peneliti sejarah M Rizka Chamami mengungkapkan, setidaknya ada tiga keunikan pada sosok ulama besar Kiai Sholeh Darat. Yang pertama, beliau adalah orang Jawa yang betul-betul njawani, hal itu terlihat dari kejawaannya dari hasil karya-karyanya kitab yang berbahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab Pegon.

Arab Pegon adalah tulisan dengan abjad atau huruf arab atau huruf Hijaiyah, tapi menggunakan bahasa lokal seperti bahasa Jawa, Madura, Sunda, Melayu dan bahasa Indonesia.

Yang kedua, kata Wakil Ketua Komunitas Pecinta Kiai Sholeh Darat (Kopi Soda) Semarang itu, menyebut Kiai Sholeh Darat dikenal dengan komitmennya untuk membangun nalar nusantara karena pada waktu itu ikut ayahnya berjuang menghadapi Belanda.

Hal ini menunjukkan kecintaannya kepada Nusantara dengan benci kepada penjajah Belanda. Bahkan, beliau menulis sebuah kitab yang salah satu dari isinya "Barang Siapa meniru gaya-gaya Belanda, maka orang itu sama dengan mereka (Belanda-red), termasuk memakai sesuatu benda seperti Belanda, misalnya celana, topi, dan dasi. Beliau menjelaskan hal tersebut di Kitab Majmu'at asy -Syariah Al Kafiyah li al Awam," bebernya.

Menurut M Rizka, hal tersebut bisa menumbuhkan kecintaan dan mendorong jiwa kebangsaan membuat masyarakat beragama dengan baik, termasuk menerjemahkan Alquran sesuai visi dan misi kebangsaan.

Baca juga: Karomah Sunan Drajat Diselamatkan Ikan Cucut dan Talang saat Perahu Dihantam Badai

Tak salah dengan ilmu yang dimilikinya yang telah melahirkan tokoh besar seperti pendiri NU Kiai Hasyim Asyari (1926), yang menjadi muridnya sekitar tahun 1890. Selain itu, tokoh Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan (1912 ) juga pernah mengaji pada Kiai Sholeh Darat.

Bahkan, RA Kartini juga terpoleskan ilmunya saat mengaji di Pendopo Kabupaten Demak. Sementara jejak Kiai Sholeh Darat pada saat menuntut ilmu ada di beberapa tempat, termasuk di Mekkah.

Seperti di Jepara tempat kelahirannya, Kudus, Purworejo, Kaliwungu, dan Semarang yang dulunya sebuah langgar untuk mengajar sekaligus sebagai rumah di Dadapsari, Semarang Utara, saat ini menjadi masjid Sholeh Darat.

Karomah
Mengutip Laduni.Id, darah perjuangan Kiai Sholeh Darat tak lepas dari orang tuanya, yakni Kiai Umar. Dalam sejarahnya, Kiai Umar termasuk panglima perang dari pasukan Pangeran Diponegoro untuk wilayah Semarang dan sekitarnya. Kiai Umar bukan saja mengaji dengan para santrinya, tetapi juga mengangkat senjata untuk mengusir penjajah yang menyengsarakan rakyat Nusantara.

Begitupun darah perjuangan Kiai Umar juga mengalir dalam diri Kiai Sholeh Darat. Mengajar santri tetap istiqomah, tetapi pergerakan melawan penjajah tidak pernah ditinggalkan. Terbukti santri-santrinya seperti KH Hasyim Asy’ari juga sangat gigih dalam melawan penjajah, bahkan sampai masuk penjara. Kiai Sholeh Darat bukan saja mengajarkan santrinya ilmu agama, tetapi juga ilmu perjuangan yang sudah mengalir dalam dirinya dari sang ayah, Kiai Umar.

Kiai Sholeh Darat Semarang merupakan sosok ulama’ besar pada abad ke-19. Murid-muridnya menjadi ulama’ besar yang sangat berpengaruh dalam gerak sejarah NKRI. Etos dan semangat Kiai Sholeh Darat dalam pendidikan sangat besar, sebesar perjuangannya dalam melawan penjajah. Murid-murid Kiai Sholeh Darat akhirnya berjuang dengan lahir batin untuk lahirnya negara bernama Indonesia ini.

Para ulama’ abad ke-19 memang mempunyai darah perjuangan sangat besar yang terilhami dari Pangeran Diponegoro. Walaupun akhirnya kalah dalam Perang Jawa, 1825-1830, tetapi semangat perjuangan yang dialirkan Pangeran Diponegoro tidak pernah kalah sedikitpun dari para laskar perjuangan yang pernah bersamanya, termasuk Kiai Umar Semarang.

Makanya, suatu ketika Kiai Sholeh Darat akan diberi hadiah banyak harta benda oleh Belanda. Pengaruh besar KH Sholeh Darat menjadi “tanda tanya” dalam diri pasukan Belanda. Hadiah itu untuk membujuk Kiai Sholeh Darat bisa kompromi dan bahkan bisa masuk barisan Belanda.

Karena mendapatkan “penghinaan” atas perjuangan yang sudah dilakukan, Kiai Sholeh Darat mengubah bongkahan batu di sampingnya menjadi emas di hadapan utusan Belanda. Tentu saja, utusan Belanda kaget, takut dan sesegera mungkin meninggalkan KH Sholeh Darat. Karomah yang langsung ditampakkan di hadapan Belanda ini membuat KH Sholeh Darat makin berpengaruh saat itu, sehingga Belanda tidak berani seenaknya dalam mempermainkan rakyat, apalagi kaum santri.

Karena karomah yang terlihat ini pula KH Sholeh Darat banyak menangis. Sebenarnya karomah yang dimiliki itu sangat pribadi, alias rahasia, tidak untuk dipertontonkan. Tetapi kondisi saat itu membuat Kiai Sholeh Darat membuka “rahasia” kewalian yang melekat dalam dirinya. Kiai Sholeh Darat seorang wali yang sangat besar karomahnya, sehingga beliau tidak berkenan karomah itu tampak di hadapan manusia secara umum.

Itulah Kiai Sholeh Darat. Darah perjuangannya menggelora dalam melawan penjajah. Apapun iming-iming harta dan jabatan, tak pernah membuat beliau tergiur. Kiai Sholeh Darat fokus mengajar santri dan berjuang membela rakyat dari penindasan. Beliau tidak mau terkenal, walaupun murid-muridnya menjadi tokoh besar yang berjasa bagi bangsa ini.

Diolah dari berbagai sumber
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2572 seconds (0.1#10.140)