Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad: 126 Juta Hektare Tanah di Indonesia Tak Subur

Senin, 07 Maret 2022 - 16:14 WIB
Diakui Prof. Mahfud, tanah dengan tingkat kesuburan rendah ini cukup merepotkan jika akan dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian. “Input teknologinya merepotkan. Pupuknya harus banyak, bahan organiknya harus banyak, karena mudah terdegradasi,” ujarnya.

Lebih lanjut Prof. Mahfud menjelaskan, langkah tepat untuk menangani tanah suboptimal adalah dengan menumbuhkan vegetasi. Tanah suboptimal yang dibiarkan terpapar matahari akan membuat unsur hara di dalamnya menjadi mengkristal. Akibatnya, tanah akan menjadi sulit diolah.

“Ini kejadian seperti di India, ada tanah punah. Jadi tanahnya sudah tidak bisa dijadikan area pertanian,” kata Prof. Mahfud.

Dengan luasan lahan optimal yang sempit praktis membuat produktivitas pertanian di Indonesia menjadi rendah. Prof. Mahfud mengatakan, salah satu sebab Indonesia banyak mengimpor pangan adalah karena produktivitas dalam negeri yang rendah dibandingkan negara lain.

Meski demikian, sektor perkebunan ternyata menyimpan potensi ekspor yang tinggi. Data Kementerian Pertanian RI 2019 menunjukkan ekspor perkebunan di Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan ekspor komoditas pangan. “Ini indikasi Indonesia lebih cocok untuk perkebunan,” ujarnya Prof. Mahfud.

Dia menjelaskan, beberapa komoditas perkebunan premium di Indonesia justru ditanam di lahan-lahan marginal, seperti rasuan duku di Sumatera Selatan, lada di Sulawesi Selatan, hingga kopi di Jambi.
(msd)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More