Kisruh Istilah Malang Halal City, Ini Tanggapan DPP Partai Perindo
Jum'at, 18 Februari 2022 - 14:17 WIB
JAKARTA - Kisruh kampanye bertajuk "Malang Halal City", yang menghadirkan banyak kontroversi di tengah masyarakat, mendapatkan tanggapan serius dari Ketua DPP Partai Perindo Christophorus Taufik.
Politisi asli Arek Malang ini menilai, terjadinya kesalahpahaman yang berbuntut viral mengenai intoleransi di Kota Malang, merupakan buah dari kesalahan diksi. Christophorus mengatakan, diksi yang dipakai dalam "Malang Halal City" menimbulkan salah persepsi di tengah masyarakat.
"Memang diksi yang dipakai itu bisa menimbulkan salah persepsi. Hingga akhirnya hal itu kan justru kemudian disejajarkan dengan toleransi," ujar Christophorus saat ditemui MPI, Jumat (18/2/2022).
Christophorus menganggap, jika adanya pemilihan yang benar dalam imbuhan kalimat, tentunya akan meminimalisir kesalahpahaman dari masyarakat. "Sebenernya kalau pemilihann diksinya benar, kesalahpahaman ini bisa diminimalisir," ucapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, jika ditelaah lebih lanjut mengenai "Malang Halal City" tidak ada masalah, hanya kurangnya penyampaian dari pemerintah setempat, padahal maksud dan tujuan pemerintah ialah membuat spot untuk destinasi halal.
"Artinya para saudara-saudara umat muslim, kalau datang ke tempat itu sudah dipastikan dia akan mendapatkan pelayanan yang memenuhi kriteria halal dari sisi tenpat ibadah, makanan dan sebagainya," katanya.
Lanjutnya, jika label halal disejajarkan dengan nama kota memang akan berbuah menjadi masalah, diksi tersebut tentunya akan membuat kontroversi. "Jadi sepanjang itu bentuknya wisata halal dan spot halal di Kota Malang, untuk tujuan wisata halal menurut saya seharusnya tidak masalah, tetapi ketika itu dilekatkan dengan nama kotanya maka akan menjadi masalah," ujarnya.
Politisi asli Arek Malang ini menilai, terjadinya kesalahpahaman yang berbuntut viral mengenai intoleransi di Kota Malang, merupakan buah dari kesalahan diksi. Christophorus mengatakan, diksi yang dipakai dalam "Malang Halal City" menimbulkan salah persepsi di tengah masyarakat.
"Memang diksi yang dipakai itu bisa menimbulkan salah persepsi. Hingga akhirnya hal itu kan justru kemudian disejajarkan dengan toleransi," ujar Christophorus saat ditemui MPI, Jumat (18/2/2022).
Christophorus menganggap, jika adanya pemilihan yang benar dalam imbuhan kalimat, tentunya akan meminimalisir kesalahpahaman dari masyarakat. "Sebenernya kalau pemilihann diksinya benar, kesalahpahaman ini bisa diminimalisir," ucapnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, jika ditelaah lebih lanjut mengenai "Malang Halal City" tidak ada masalah, hanya kurangnya penyampaian dari pemerintah setempat, padahal maksud dan tujuan pemerintah ialah membuat spot untuk destinasi halal.
Baca Juga
"Artinya para saudara-saudara umat muslim, kalau datang ke tempat itu sudah dipastikan dia akan mendapatkan pelayanan yang memenuhi kriteria halal dari sisi tenpat ibadah, makanan dan sebagainya," katanya.
Lanjutnya, jika label halal disejajarkan dengan nama kota memang akan berbuah menjadi masalah, diksi tersebut tentunya akan membuat kontroversi. "Jadi sepanjang itu bentuknya wisata halal dan spot halal di Kota Malang, untuk tujuan wisata halal menurut saya seharusnya tidak masalah, tetapi ketika itu dilekatkan dengan nama kotanya maka akan menjadi masalah," ujarnya.
(eyt)
tulis komentar anda