Indonesia Laboratorium Antropologi Terbesar Dunia
Senin, 14 Februari 2022 - 21:07 WIB
“Dengan status sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dihuni lebih dari 300 suku bangsa dan sekitar 64 ribuan lebih peninggalan purbakala di Indonesia, kalau anak bangsa tidak mau mempelajari dan mengkajinya, lama kelamaan kita akan kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa,” ungkapnya.
Kharis melanjutkan, bahwa kajian sejarah dan budaya semacam ini harus terus digalakkan untuk dapat melihat jejak-jejak sejarah dan peran tokoh di masa lalu dalam membangun peradaban.
“Apalagi tema kali ini, dari sebuah desa di Kabupaten Boyolali disorot perannya bagi ke Indonesiaan, pasti ada sesuatu yang istimewa untuk digali dan diambil pelajaran. Dr. Kasori dan Bopo Benny nanti akan membedah dan menguraikan lebih mendalam. Selamat mengikuti sarasehan!,” pungkasnya.
Sementara itu, Kasori Mudjahid dalam paparannya lebih menyoroti bagaimana peran Pengging dalam penyebaran Islam.
“Dalam sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa, Pengging memiliki posisi tersendiri diantara yang lain yaitu peran sentral penyambung kerajaan Majapahit dan Mataram Islam,” kata Kasori.
Menurut Kasori, justru yang harus lebih didalami adalah bagaimana Islam bisa hidup dan berkembang di tengah masyarakat Hindu yang lebih dahulu mendiami tanah seribu mata air tersebut. “Jawabannya adalah akulturasi budaya,” timpalnya.
Berikutnya Benny Hatmantoro dalam paparannya menyatakan bahwa jejak penyambung antara Majapahit dan Mataram Islam juga terlihat dalam ciri-cari tangguhnya.
“Mari kita sejajarkan keris tangguh Majapahit dengan tangguh pengging agemanipun mas Budhi Hartanto. Kalau dilihat sekilas akan sulit membedakan, tetapi kalau sudah dipegang akan terasa bedanya,” kata Benny sambil menunjukkan kedua keris tersebut.
“Ciri Ciri Keris Tangguh Pengging pasikutannya sedang ramping, garapannya rapi, Jika keris luk, luknya rengkol sekali. Besinya hitam, berkesan basah. Pamornya bersahaja, lumer pandes. Gulu melednya panjang,” pungkas Benny.
Kharis melanjutkan, bahwa kajian sejarah dan budaya semacam ini harus terus digalakkan untuk dapat melihat jejak-jejak sejarah dan peran tokoh di masa lalu dalam membangun peradaban.
“Apalagi tema kali ini, dari sebuah desa di Kabupaten Boyolali disorot perannya bagi ke Indonesiaan, pasti ada sesuatu yang istimewa untuk digali dan diambil pelajaran. Dr. Kasori dan Bopo Benny nanti akan membedah dan menguraikan lebih mendalam. Selamat mengikuti sarasehan!,” pungkasnya.
Sementara itu, Kasori Mudjahid dalam paparannya lebih menyoroti bagaimana peran Pengging dalam penyebaran Islam.
“Dalam sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa, Pengging memiliki posisi tersendiri diantara yang lain yaitu peran sentral penyambung kerajaan Majapahit dan Mataram Islam,” kata Kasori.
Menurut Kasori, justru yang harus lebih didalami adalah bagaimana Islam bisa hidup dan berkembang di tengah masyarakat Hindu yang lebih dahulu mendiami tanah seribu mata air tersebut. “Jawabannya adalah akulturasi budaya,” timpalnya.
Berikutnya Benny Hatmantoro dalam paparannya menyatakan bahwa jejak penyambung antara Majapahit dan Mataram Islam juga terlihat dalam ciri-cari tangguhnya.
“Mari kita sejajarkan keris tangguh Majapahit dengan tangguh pengging agemanipun mas Budhi Hartanto. Kalau dilihat sekilas akan sulit membedakan, tetapi kalau sudah dipegang akan terasa bedanya,” kata Benny sambil menunjukkan kedua keris tersebut.
“Ciri Ciri Keris Tangguh Pengging pasikutannya sedang ramping, garapannya rapi, Jika keris luk, luknya rengkol sekali. Besinya hitam, berkesan basah. Pamornya bersahaja, lumer pandes. Gulu melednya panjang,” pungkas Benny.
(sms)
tulis komentar anda