Mataram Berdarah! Rara Oyi Calon Istri Raja Diculik dan Disetubuhi Putra Mahkota
Minggu, 12 Desember 2021 - 09:44 WIB
Mataram Gempar
Tibalah waktu Amangkurat I datang ke Wira Reja untuk mengambil Rara Oyo. Betapa kagetnya saat dia tahu calon selir telah diambil Pangeran Pekik dan dinikahkan dengan Adipati Anom. Amarah Amangkurat I meledak.
Ki Ngabehi Wira Reja dibuang ke Prana Raga bersama anak dan istrinya. Di sana pun mereka akhirnya dibunuh. Amangkurat I lalu mendatangi Pangeran Pekik. Seluruh keluarganya berjumlah 40 orang dihabisi.
Murka itu belum selesai. Amangkurat I memanggil Adipati Anom dan memerintahkan untuk membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri. Jika tidak, dia tidak akan pernah dianggap anak. Adipati Anom sangat sakit hatinya mendengar perintah itu. Namun dia akhirnya membawa Rara Oyi.
Putri cantik jelita itu lantas dipangkunya. Adipati Anom menusukkan keris hingga sang pujaan hati itu meninggal. Setelah kematian Rara Oyi, Adipati Anom diusir ke Lipura. Harta kekayaan kadipaten habis dijarah dan rumah-rumah dibakar hingga jadi abu.
Sejarah mencatat, perilaku Amangkurat I sangat jauh dari ayahnya, Sultan Agung. Dia dikenal bengis, kerap menyiksa orang dan menebar maksiat. Berbeda dengan ayahnya yang gagah berani melawan kompeni, Amangkurat I justru berkomplot dengan VOC.
Adapun Adipati Anom setelah diampuni kesalahannya, kelak akan meneruskan takhta Kerajaan Mataram dan bergelar Amangkurat II. Dia semula bersekongkol dengan Trunojoyo dari Madura untuk mengambil kekuasaan dari ayahnya. Tapi kelak, dia giliran melawan Trunojoyo dengan balabantuan VOC
Menurut MC Ricklefs, Amangkurat II naik takhta pada 1677 dan memerintah hingga 1703. Ketika Trunojoyo ditangkap, dia lah yang menikam hingga tewas, di akhir 1679.
“Raja kemudian membangun sebuah keratin baru di Kartasura di tahun 1680. Di penghujung 1681, kebanyakan dari perlawanan yang masih ada telah dapat dikalahkan. Namun, VOC kemudian mendapati bahwa sejumlah kesepakatan yang telah dicapai di tahun 1677 tidak dipenuhi,” kata Ricklefs dalam ‘War, culture and economy in Java, 1677–1726: Asian and European imperialism in the early Kartasura period’.
Tibalah waktu Amangkurat I datang ke Wira Reja untuk mengambil Rara Oyo. Betapa kagetnya saat dia tahu calon selir telah diambil Pangeran Pekik dan dinikahkan dengan Adipati Anom. Amarah Amangkurat I meledak.
Ki Ngabehi Wira Reja dibuang ke Prana Raga bersama anak dan istrinya. Di sana pun mereka akhirnya dibunuh. Amangkurat I lalu mendatangi Pangeran Pekik. Seluruh keluarganya berjumlah 40 orang dihabisi.
Murka itu belum selesai. Amangkurat I memanggil Adipati Anom dan memerintahkan untuk membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri. Jika tidak, dia tidak akan pernah dianggap anak. Adipati Anom sangat sakit hatinya mendengar perintah itu. Namun dia akhirnya membawa Rara Oyi.
Putri cantik jelita itu lantas dipangkunya. Adipati Anom menusukkan keris hingga sang pujaan hati itu meninggal. Setelah kematian Rara Oyi, Adipati Anom diusir ke Lipura. Harta kekayaan kadipaten habis dijarah dan rumah-rumah dibakar hingga jadi abu.
Sejarah mencatat, perilaku Amangkurat I sangat jauh dari ayahnya, Sultan Agung. Dia dikenal bengis, kerap menyiksa orang dan menebar maksiat. Berbeda dengan ayahnya yang gagah berani melawan kompeni, Amangkurat I justru berkomplot dengan VOC.
Adapun Adipati Anom setelah diampuni kesalahannya, kelak akan meneruskan takhta Kerajaan Mataram dan bergelar Amangkurat II. Dia semula bersekongkol dengan Trunojoyo dari Madura untuk mengambil kekuasaan dari ayahnya. Tapi kelak, dia giliran melawan Trunojoyo dengan balabantuan VOC
Menurut MC Ricklefs, Amangkurat II naik takhta pada 1677 dan memerintah hingga 1703. Ketika Trunojoyo ditangkap, dia lah yang menikam hingga tewas, di akhir 1679.
“Raja kemudian membangun sebuah keratin baru di Kartasura di tahun 1680. Di penghujung 1681, kebanyakan dari perlawanan yang masih ada telah dapat dikalahkan. Namun, VOC kemudian mendapati bahwa sejumlah kesepakatan yang telah dicapai di tahun 1677 tidak dipenuhi,” kata Ricklefs dalam ‘War, culture and economy in Java, 1677–1726: Asian and European imperialism in the early Kartasura period’.
(msd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda