Masuki Musim Tanam, Pusri Siapkan 11 Ribu Ton Pupuk Urea Bersubsidi untuk Sumsel
Minggu, 21 November 2021 - 10:29 WIB
PALEMBANG - Memasuki musim tanam Oktober 2021 hingga Maret 2022 di Sumatera Selatan, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yang merupakan produsen pupuk urea dan NPK telah menyiapkan stok pupuk bersubsidi untuk kebutuhan petani.
Vice President (VP) Humas PT Pusri Palembang, Soerjo Hartono mengatakan, dengan masuknya musim tanam tersebut, pihaknya sudah mengantisipasi akan kebutuhan pupuk untuk pertanian yang akan meningkat.
"Ini sudah diantisipasi oleh Pusri dengan memastikan tersedianya stok pupuk urea dan NPK yang sesuai dengan alokasi dan ketentuan yang telah ditetapkan. Stok di gudang untuk urea bersubsidi sebanyak 11.280 ton dan NPK bersubsidi sebanyak 6.523 ton," ujar Soerjo Hartono, Minggu (21/11/2021).
Dijelaskan Soerjo, kebutuhan pupuk bersubsidi telah disalurkan sesuai dengan ketentuan Pemerintah yaitu disalurkan kepada petani yang telah terdaftar dan masuk dalam e-RDKK agar mempermudah proses evaluasi dan alokasi oleh Kementerian Pertanian.
"Selain bertanggungjawab menyediakan pupuk bersubsidi dalam mengantisipasi lonjakan kebutuhan petani, Pusri juga menyiapkan stok pupuk non subsidi dan rangkaian produk inovasi Pusri lainnya," jelasnya.
Menurutnya, untuk pupuk non subsidi harganya ditentukan oleh mekanisme pasar, khususnya pasar internasional. Artinya, harganya naik turun tergantung dari kondisi harga pasar dunia.
"Saat ini, di dunia sedang terjadi lonjakan permintaan pupuk yang dibarengi dengan turunnya pasokan atau suplai di pasar internasional. Penyebabnya, antara lain, beberapa negara penghasil pupuk seperti China dan Rusia saat ini menghentikan sementara kegiatan ekspor untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya," ucapnya.
Selain itu, kata Soerjo, kondisi ini diperparah dengan adanya krisis energi yang terjadi di Eropa. Akibatnya terjadi lonjakan harga gas dunia, sehingga menyebabkan biaya produksi pupuk naik secara signifikan. Baca: Penemuan Bayi Mungil dalam Kardus Gemparkan Kota Madiun.
"Banyak pabrik pupuk yang menghentikan produksinya karena biaya produksi terlalu tinggi. Karena terjadi kekurangan suplai, harga pupuk di pasar internasional kembali naik, termasuk pupuk urea. Hal inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga pupuk yang signifikan karena permintaan melebihi suplainya, khususnya pupuk jenis DAP dan KCl yang harga urea impornya saat ini mencapai Rp12,7 juta per ton," kata Soerjo. Baca Juga: Video Viral Karyawati Cantik Ancam Pria Penggoda dengan Parang Berujung Damai.
Mengantisipasi hal tersebut diatas, Pupuk Indonesia Grup, berkomitmen untuk sedapat mungkin memberlakukan harga pupuk yang masih terjangkau dan tidak terlalu memberatkan petani dan konsumennya. Saat ini, harga yang ditetapkan oleh Pupuk Indonesia Grup sekitar 74 persen dari harga pupuk internasional.
"Pupuk Indonesia juga berkomitmen menjaga stok pupuk nasional di musim tanam ini dengan menyiapkan stok melebihi ketentuan Pemerintah," pungkasnya.
Vice President (VP) Humas PT Pusri Palembang, Soerjo Hartono mengatakan, dengan masuknya musim tanam tersebut, pihaknya sudah mengantisipasi akan kebutuhan pupuk untuk pertanian yang akan meningkat.
"Ini sudah diantisipasi oleh Pusri dengan memastikan tersedianya stok pupuk urea dan NPK yang sesuai dengan alokasi dan ketentuan yang telah ditetapkan. Stok di gudang untuk urea bersubsidi sebanyak 11.280 ton dan NPK bersubsidi sebanyak 6.523 ton," ujar Soerjo Hartono, Minggu (21/11/2021).
Dijelaskan Soerjo, kebutuhan pupuk bersubsidi telah disalurkan sesuai dengan ketentuan Pemerintah yaitu disalurkan kepada petani yang telah terdaftar dan masuk dalam e-RDKK agar mempermudah proses evaluasi dan alokasi oleh Kementerian Pertanian.
"Selain bertanggungjawab menyediakan pupuk bersubsidi dalam mengantisipasi lonjakan kebutuhan petani, Pusri juga menyiapkan stok pupuk non subsidi dan rangkaian produk inovasi Pusri lainnya," jelasnya.
Menurutnya, untuk pupuk non subsidi harganya ditentukan oleh mekanisme pasar, khususnya pasar internasional. Artinya, harganya naik turun tergantung dari kondisi harga pasar dunia.
"Saat ini, di dunia sedang terjadi lonjakan permintaan pupuk yang dibarengi dengan turunnya pasokan atau suplai di pasar internasional. Penyebabnya, antara lain, beberapa negara penghasil pupuk seperti China dan Rusia saat ini menghentikan sementara kegiatan ekspor untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya," ucapnya.
Selain itu, kata Soerjo, kondisi ini diperparah dengan adanya krisis energi yang terjadi di Eropa. Akibatnya terjadi lonjakan harga gas dunia, sehingga menyebabkan biaya produksi pupuk naik secara signifikan. Baca: Penemuan Bayi Mungil dalam Kardus Gemparkan Kota Madiun.
"Banyak pabrik pupuk yang menghentikan produksinya karena biaya produksi terlalu tinggi. Karena terjadi kekurangan suplai, harga pupuk di pasar internasional kembali naik, termasuk pupuk urea. Hal inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga pupuk yang signifikan karena permintaan melebihi suplainya, khususnya pupuk jenis DAP dan KCl yang harga urea impornya saat ini mencapai Rp12,7 juta per ton," kata Soerjo. Baca Juga: Video Viral Karyawati Cantik Ancam Pria Penggoda dengan Parang Berujung Damai.
Mengantisipasi hal tersebut diatas, Pupuk Indonesia Grup, berkomitmen untuk sedapat mungkin memberlakukan harga pupuk yang masih terjangkau dan tidak terlalu memberatkan petani dan konsumennya. Saat ini, harga yang ditetapkan oleh Pupuk Indonesia Grup sekitar 74 persen dari harga pupuk internasional.
"Pupuk Indonesia juga berkomitmen menjaga stok pupuk nasional di musim tanam ini dengan menyiapkan stok melebihi ketentuan Pemerintah," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda