Kisah Ciung Wanara dari Jawa Barat dan Perebutan Kekuasaan di Kerajaan Galuh
Senin, 01 November 2021 - 11:47 WIB
Dikisahkan, dikerajaan itu tinggal dua istri raja yang bernama Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum. Kemudian kedua istri raja itu hamil bersamaan, Dewi Pangrenyep melahirkan lebih dahulu anak laki-laki yanh diberi nama Hariang Banga.
Sementara itu Dewi Naganingrum yang masih mengandung yang diketahui janinnya berjenis kelamin laki-laki, dianggap sebagai ancaman bagi tahta Prabu Barma Wijaya dan estafet penerus kerajaan selanjutnya.
Alhasil Prabu Barma Wijaya bersama Dewi Pangrenyep menyusun strategi jahat untuk menyingkirkan bayi laki-laki yang dikandung oleh Dewi Naganingrum. Tiba saatnya waktu kelahiran, bayi laki-laki tampan yang dilahirkan oleh Dewi Naganingrum ditukarkan dengan bayi seekor anjing.
Sedangkan bayi laki-laki yang dikemudian hari menjelma sebagai Ciung Wanara itu dibuang ke Sungai Citanduy. Tidak cukup sampai di situ, Prabu Barma Wijaya bersama Dewi Pangrenyep kemudian berusaha untuk menyingkirkan Dewi Naganingrum dari istana. Kemudian disuruhlah Uwa Batara Lengser untuk membunuh Dewi Naganingrum.
Perintah itu dilaksanakan dengan membawa sang ratu ke hutan, namun eksekusi tidak dilakukan karena Uwa Batara Lengser mengetahui jika Dewi Naganingrum tidak bersalah dan telah menjadi korban fitnah.
Di sisi lain, bayi Dewi Naganingrum yang dihanyutkan ke Sungai Citanduy dalam keranjang berhasil ditemukan warga di sekitar bantara Desa Geger Sunten, dan dirawat hingga dewasa.
Menjelma menjadi anak yang gagah dan kuat, pemuda itu kemudian diberi nama Ciung Wanara. Dia kemudian mengetahui bahwa orang tuanya bukan berasal dari desa dimana ia dirawat dan tumbuh dewasa.
Ciung Wanara kemudian mencoba menelusuri asal usul orang tuanya dengan mendatangi Kerajaan Galuh. Dia ditemani oleh seekor ayam jantan yang kuat, itu dikarenakan telur ayam itu dierami oleh unggas yang disebut Nagawiru.
Sementara itu Dewi Naganingrum yang masih mengandung yang diketahui janinnya berjenis kelamin laki-laki, dianggap sebagai ancaman bagi tahta Prabu Barma Wijaya dan estafet penerus kerajaan selanjutnya.
Alhasil Prabu Barma Wijaya bersama Dewi Pangrenyep menyusun strategi jahat untuk menyingkirkan bayi laki-laki yang dikandung oleh Dewi Naganingrum. Tiba saatnya waktu kelahiran, bayi laki-laki tampan yang dilahirkan oleh Dewi Naganingrum ditukarkan dengan bayi seekor anjing.
Sedangkan bayi laki-laki yang dikemudian hari menjelma sebagai Ciung Wanara itu dibuang ke Sungai Citanduy. Tidak cukup sampai di situ, Prabu Barma Wijaya bersama Dewi Pangrenyep kemudian berusaha untuk menyingkirkan Dewi Naganingrum dari istana. Kemudian disuruhlah Uwa Batara Lengser untuk membunuh Dewi Naganingrum.
Perintah itu dilaksanakan dengan membawa sang ratu ke hutan, namun eksekusi tidak dilakukan karena Uwa Batara Lengser mengetahui jika Dewi Naganingrum tidak bersalah dan telah menjadi korban fitnah.
Di sisi lain, bayi Dewi Naganingrum yang dihanyutkan ke Sungai Citanduy dalam keranjang berhasil ditemukan warga di sekitar bantara Desa Geger Sunten, dan dirawat hingga dewasa.
Menjelma menjadi anak yang gagah dan kuat, pemuda itu kemudian diberi nama Ciung Wanara. Dia kemudian mengetahui bahwa orang tuanya bukan berasal dari desa dimana ia dirawat dan tumbuh dewasa.
Ciung Wanara kemudian mencoba menelusuri asal usul orang tuanya dengan mendatangi Kerajaan Galuh. Dia ditemani oleh seekor ayam jantan yang kuat, itu dikarenakan telur ayam itu dierami oleh unggas yang disebut Nagawiru.
tulis komentar anda