Ratusan Hektar Sawah di Luwu Terancam Gagal Panen Usai Diterjang Banjir
Senin, 13 September 2021 - 18:13 WIB
"Data sudah ada kemudian kami sudah menelpon penyuluh untuk dibawa dicocokan dengan P3OPT dan selanjut menyurat ke dinas pertanian provinsi pekan ini. Yang diminta ke provinsi intinya benih padi dan pupuk, kasus-kasus sebelumnya memang sedikit butuh waktu, namun upaya kami sudah maksimal," kuncinya.
Selain itu, dirinya menyampaikan banjir yang terjadi 28 dan 30 Agustus tidak menyebabkan sawah petani puso secara menyeluruh.
"Kalau istilah dampak memang kena banjir, namun tidak bisa dikatakan puso. Contoh banjir di Larompong Selatan, umur padi sudah sebulan, sudah hijau kemudian datang banjir, petugas kami sudah cek padi yang terkena banjir di sana masih bisa diselamatkan," ujarnya.
Artinya menurut Islamuddin, tidak bisa dikategorikan puso atau gagal panen. Pasca banjir di Luwu, Dinas Pertanian beserta UPT Dinas Pertanian Provinsi melalui petugas P3OPT, turun melakukan pengamatan dan pendataan sawah yang terkena dan terdampak banjir.
"Kita di sini ada namanya P3OPT atau pengamat hama. Mereka ini yang jalan memantau banjir, kekeringan, kena hama. P3OPT Ini bawahan langsung Dinas Pertanian Provinsi, namun kami tetap koordinasi utamanya penyuluh kami di lapangan," katanya.
Dirinya menjelaskan, pemahaman puso ini jika 75 persen rusak atau tidak dapat bisa ditunggu panen, utamanya yang baru 3 hari hambur. "Kami sudah minta calon petani calon lahan atau CPCL, jumlahnya 478 hektare kategori puso karena sambal banjir, di daerah Walenrang Timur, Lamasi dan Lamasi," ujarnya.
Selain itu, dirinya menyampaikan banjir yang terjadi 28 dan 30 Agustus tidak menyebabkan sawah petani puso secara menyeluruh.
"Kalau istilah dampak memang kena banjir, namun tidak bisa dikatakan puso. Contoh banjir di Larompong Selatan, umur padi sudah sebulan, sudah hijau kemudian datang banjir, petugas kami sudah cek padi yang terkena banjir di sana masih bisa diselamatkan," ujarnya.
Artinya menurut Islamuddin, tidak bisa dikategorikan puso atau gagal panen. Pasca banjir di Luwu, Dinas Pertanian beserta UPT Dinas Pertanian Provinsi melalui petugas P3OPT, turun melakukan pengamatan dan pendataan sawah yang terkena dan terdampak banjir.
"Kita di sini ada namanya P3OPT atau pengamat hama. Mereka ini yang jalan memantau banjir, kekeringan, kena hama. P3OPT Ini bawahan langsung Dinas Pertanian Provinsi, namun kami tetap koordinasi utamanya penyuluh kami di lapangan," katanya.
Dirinya menjelaskan, pemahaman puso ini jika 75 persen rusak atau tidak dapat bisa ditunggu panen, utamanya yang baru 3 hari hambur. "Kami sudah minta calon petani calon lahan atau CPCL, jumlahnya 478 hektare kategori puso karena sambal banjir, di daerah Walenrang Timur, Lamasi dan Lamasi," ujarnya.
(agn)
tulis komentar anda