Ratusan Hektar Sawah di Luwu Terancam Gagal Panen Usai Diterjang Banjir
loading...
A
A
A
LUWU - Ratusan hektar lahan sawah petani di Kabupaten Luwu terancam gagal panen , setelah dihantam bencana banjir pada akhir Agustus lalu.
Informasi yang diolah dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu, menyebutkan area sawah warga yang terdampak banjir merata di seluruh kecamatan yang terkena banjir bulan Agustus kemarin.
Banjir pada 28 Agustus merendam ratusan rumah warga di Kecamatan Larompong Selatan dan Kecamatan Larompong. Tercatat ada seluas 170 hektare sawah petani di Kecamatan Larompong Selatan tersapu banjir.
Tiga hari setelahnya, banjir kembali menghantam dua kecamatan di Kabupaten Luwu dan merendam ratusan rumah warga. BPBD mencatat ribuan penduduk sempat mengungsi ke rumah kerabatnya untuk mengamankan diri dan harta benda yang berhasil diselamatkan.
Banjir ini juga menyebabkan kerusakan pada area persawahan warga di beberapa desa. Diantaranya, 150 hektare sawah di Desa Tirowali, 50 hektare sawah di Buntu Kamiri, 100 hektare sawah di Kelurahan Padang Sappa.
Selanjutnya, 50 hektare sawah di Desa Tanjong juga terendam banjir, 60 hektare sawah di Desa Buntu Batu. Termasuk perkebunan dan area tambak warga juga terendam.
Data lain juga menunjukan banjir di wilayah utara Kabupaten Luwu yakni sejumlah kecamatan di Walmas juga menyebabkan 478 hektare.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Luwu, Islamuddin, mengungkapkan dari data 1008 hektare sawah di Luwu yang terkena dan terdampak banjir ada 478 hektare sawah yang memang masuk kategori puso dan seluruhnya di Walmas.
"Data sudah ada kemudian kami sudah menelpon penyuluh untuk dibawa dicocokan dengan P3OPT dan selanjut menyurat ke dinas pertanian provinsi pekan ini. Yang diminta ke provinsi intinya benih padi dan pupuk, kasus-kasus sebelumnya memang sedikit butuh waktu, namun upaya kami sudah maksimal," kuncinya.
Selain itu, dirinya menyampaikan banjir yang terjadi 28 dan 30 Agustus tidak menyebabkan sawah petani puso secara menyeluruh.
"Kalau istilah dampak memang kena banjir, namun tidak bisa dikatakan puso. Contoh banjir di Larompong Selatan, umur padi sudah sebulan, sudah hijau kemudian datang banjir, petugas kami sudah cek padi yang terkena banjir di sana masih bisa diselamatkan," ujarnya.
Artinya menurut Islamuddin, tidak bisa dikategorikan puso atau gagal panen. Pasca banjir di Luwu, Dinas Pertanian beserta UPT Dinas Pertanian Provinsi melalui petugas P3OPT, turun melakukan pengamatan dan pendataan sawah yang terkena dan terdampak banjir.
"Kita di sini ada namanya P3OPT atau pengamat hama. Mereka ini yang jalan memantau banjir, kekeringan, kena hama. P3OPT Ini bawahan langsung Dinas Pertanian Provinsi, namun kami tetap koordinasi utamanya penyuluh kami di lapangan," katanya.
Dirinya menjelaskan, pemahaman puso ini jika 75 persen rusak atau tidak dapat bisa ditunggu panen, utamanya yang baru 3 hari hambur. "Kami sudah minta calon petani calon lahan atau CPCL, jumlahnya 478 hektare kategori puso karena sambal banjir, di daerah Walenrang Timur, Lamasi dan Lamasi," ujarnya.
Informasi yang diolah dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu, menyebutkan area sawah warga yang terdampak banjir merata di seluruh kecamatan yang terkena banjir bulan Agustus kemarin.
Banjir pada 28 Agustus merendam ratusan rumah warga di Kecamatan Larompong Selatan dan Kecamatan Larompong. Tercatat ada seluas 170 hektare sawah petani di Kecamatan Larompong Selatan tersapu banjir.
Tiga hari setelahnya, banjir kembali menghantam dua kecamatan di Kabupaten Luwu dan merendam ratusan rumah warga. BPBD mencatat ribuan penduduk sempat mengungsi ke rumah kerabatnya untuk mengamankan diri dan harta benda yang berhasil diselamatkan.
Banjir ini juga menyebabkan kerusakan pada area persawahan warga di beberapa desa. Diantaranya, 150 hektare sawah di Desa Tirowali, 50 hektare sawah di Buntu Kamiri, 100 hektare sawah di Kelurahan Padang Sappa.
Selanjutnya, 50 hektare sawah di Desa Tanjong juga terendam banjir, 60 hektare sawah di Desa Buntu Batu. Termasuk perkebunan dan area tambak warga juga terendam.
Data lain juga menunjukan banjir di wilayah utara Kabupaten Luwu yakni sejumlah kecamatan di Walmas juga menyebabkan 478 hektare.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Luwu, Islamuddin, mengungkapkan dari data 1008 hektare sawah di Luwu yang terkena dan terdampak banjir ada 478 hektare sawah yang memang masuk kategori puso dan seluruhnya di Walmas.
"Data sudah ada kemudian kami sudah menelpon penyuluh untuk dibawa dicocokan dengan P3OPT dan selanjut menyurat ke dinas pertanian provinsi pekan ini. Yang diminta ke provinsi intinya benih padi dan pupuk, kasus-kasus sebelumnya memang sedikit butuh waktu, namun upaya kami sudah maksimal," kuncinya.
Selain itu, dirinya menyampaikan banjir yang terjadi 28 dan 30 Agustus tidak menyebabkan sawah petani puso secara menyeluruh.
"Kalau istilah dampak memang kena banjir, namun tidak bisa dikatakan puso. Contoh banjir di Larompong Selatan, umur padi sudah sebulan, sudah hijau kemudian datang banjir, petugas kami sudah cek padi yang terkena banjir di sana masih bisa diselamatkan," ujarnya.
Artinya menurut Islamuddin, tidak bisa dikategorikan puso atau gagal panen. Pasca banjir di Luwu, Dinas Pertanian beserta UPT Dinas Pertanian Provinsi melalui petugas P3OPT, turun melakukan pengamatan dan pendataan sawah yang terkena dan terdampak banjir.
"Kita di sini ada namanya P3OPT atau pengamat hama. Mereka ini yang jalan memantau banjir, kekeringan, kena hama. P3OPT Ini bawahan langsung Dinas Pertanian Provinsi, namun kami tetap koordinasi utamanya penyuluh kami di lapangan," katanya.
Dirinya menjelaskan, pemahaman puso ini jika 75 persen rusak atau tidak dapat bisa ditunggu panen, utamanya yang baru 3 hari hambur. "Kami sudah minta calon petani calon lahan atau CPCL, jumlahnya 478 hektare kategori puso karena sambal banjir, di daerah Walenrang Timur, Lamasi dan Lamasi," ujarnya.
(agn)