2 Bulan Hilang Kontak, Nasib 19 ABK KM Bali Permai Belum Diketahui
Kamis, 09 September 2021 - 20:28 WIB
Karena masuk teritori Australia, Kantor SAR Denpasar selanjutnya koordinasi dengan Basarnas Command Centre (BCC) Basarnas. Basarnas selanjutnya koordinasi dengan Joint Rescue Coordination Centre (JRCC) Australia, Jumat (30/7/2021).
JRCC Australia merespon informasi tersebut dengan mengerahkan pesawat RSCU440 Challenger dari Perth untuk searching ke LKP. Dua kali searching udara dilakukan, namun hasilnya nihil. Sementara itu, Rescue 440 juga melemparkan dua unit Self-locating Datum Marker Buoys (SLIDB) guna validasi perhitungan drift di LKP.
Dari hasil analisa tim SAR dari Basarnas maupun dari JRCC Australia, ada dua kemungkinan. Pertama, kapal terbalik dan awak kapal meninggalkan kapal dengan rakit atau tenggelam. Kedua, kapal meninggalkan LKP dengan tenaga mesin saja setelah alat komunikasi rusak total dan GPS tracking tidak berfungsi.
Terkait nasib 19 awak kapal, JRCC Australia bersama dokter ahli di bidang survival memberikan tiga penilaian. Pertama, jika kapal terbalik dan ABK jatuh ke laut menggunakan life jacket maka batas waktu bertahan hidup atau selamat, kemungkinannya sangat kecil sampai hari terakhir operasi SAR pada 2 Agustus 2021.
Kedua, jika kapal terbalik dan ABK menggunakan rakit, kemungkinan selamat sampai matahari tenggelam pada 2 Agustus 2021. Dan ketiga, jika kapal hanya mengalami kerusakan pada alat komunikasi saja, kemungkinan ABK hidup masih besar mengingat logistic di kapal tersebut lebih dari cukup.
Berdasarkan analisa dan aspek efektivitas, tim JRCC Australia selanjutnya menghentikan operasi pencarian tersebut. Sementara Basarnas menyebarkan informasi (e-broadcast) terkait hilangnya kapal tersebut kepada semua kapal yang melintas di sekitar LKP untuk mengevakuasi dan melapor jika menemukan korban atau kapal tersebut.
JRCC Australia merespon informasi tersebut dengan mengerahkan pesawat RSCU440 Challenger dari Perth untuk searching ke LKP. Dua kali searching udara dilakukan, namun hasilnya nihil. Sementara itu, Rescue 440 juga melemparkan dua unit Self-locating Datum Marker Buoys (SLIDB) guna validasi perhitungan drift di LKP.
Dari hasil analisa tim SAR dari Basarnas maupun dari JRCC Australia, ada dua kemungkinan. Pertama, kapal terbalik dan awak kapal meninggalkan kapal dengan rakit atau tenggelam. Kedua, kapal meninggalkan LKP dengan tenaga mesin saja setelah alat komunikasi rusak total dan GPS tracking tidak berfungsi.
Terkait nasib 19 awak kapal, JRCC Australia bersama dokter ahli di bidang survival memberikan tiga penilaian. Pertama, jika kapal terbalik dan ABK jatuh ke laut menggunakan life jacket maka batas waktu bertahan hidup atau selamat, kemungkinannya sangat kecil sampai hari terakhir operasi SAR pada 2 Agustus 2021.
Kedua, jika kapal terbalik dan ABK menggunakan rakit, kemungkinan selamat sampai matahari tenggelam pada 2 Agustus 2021. Dan ketiga, jika kapal hanya mengalami kerusakan pada alat komunikasi saja, kemungkinan ABK hidup masih besar mengingat logistic di kapal tersebut lebih dari cukup.
Berdasarkan analisa dan aspek efektivitas, tim JRCC Australia selanjutnya menghentikan operasi pencarian tersebut. Sementara Basarnas menyebarkan informasi (e-broadcast) terkait hilangnya kapal tersebut kepada semua kapal yang melintas di sekitar LKP untuk mengevakuasi dan melapor jika menemukan korban atau kapal tersebut.
(eyt)
tulis komentar anda