Entaskan Balita dari Gizi Buruk, Bupati Noormiliyani Resmikan Program Permata Bunda
Senin, 30 Agustus 2021 - 16:24 WIB
Sementara makanan tambahan yang diberikan berupa makan siang dengan menu lengkap siap makan (bukan siap saji), menu seimbang yang dibuat dari bahan makanan lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi dari ibu dan balita yang menjadi target dari program dengan pelaksana petugas gizi, bidan, kader posyandu, PKK desa/kelurahan dan kader PKK yang dilaksanakan minimal 90 hari berturut-turut atau sampai dengan adanya perubahan status gizi balita dan ibu hamil menjadi baik.
Istri mantan Bupati Barito Kuala dua periode Hasanuddin Murad ini menyatakan, pemerintah berusaha secara serius dalam penanganan masalah gizi kurang dan stunting. "Bukan hanya mengintervensi secara spesifik tetapi juga intervensi dalam hal gizi sensitif. Untuk gizi spesifik, terang wanita yang 10 tahun menjabat Ketua TP-PKK Batola ini, dilaksanakan oleh sektor kesehatan," katanya.
Sedangkan gizi sensitif dilakukan sektor nonkesehatan seperti penyediaan air bersih, ketahanan pangan, jaminan kesehatan, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, kepemilikan dokumen kependudukan yang erat kaitannya dengan program yang pernah diluncurkan pada 2015, yaitu program Bulin Tertawa atau Ibu Bersalin Terdata dan Pulang Membawa Akta ketika Barito Kuala dipimpin Hasanuddin Murad.
Supaya program Permata Bunda bisa lebih sempurna, Noormiliyani minta dikolaborasikan dengan program Bulin Tertawa yang di dalamnya terdapat program pemenuhan Kartu Identitas Anak (KIA) sehingga untuk yang melahirkan ibunya didata sedangkan anaknya akan memiliki KIA dari umur 0-16 tahun 11 bulan.
“Saya berharap pak Sekda dan Kadinkes bisa mengolaborasikan ini sekaligus menjadi program inovasi yang manfaatnya bukan saja mampu mengeliminir kasus kematian bayi dan ibu saat dan setelah melahirkan namun juga mendapat penanganan tenaga kesehatan agar pemberian ASI eksklusif terhadap bayinya bisa dilakukan,” tuturnya. CM
Istri mantan Bupati Barito Kuala dua periode Hasanuddin Murad ini menyatakan, pemerintah berusaha secara serius dalam penanganan masalah gizi kurang dan stunting. "Bukan hanya mengintervensi secara spesifik tetapi juga intervensi dalam hal gizi sensitif. Untuk gizi spesifik, terang wanita yang 10 tahun menjabat Ketua TP-PKK Batola ini, dilaksanakan oleh sektor kesehatan," katanya.
Sedangkan gizi sensitif dilakukan sektor nonkesehatan seperti penyediaan air bersih, ketahanan pangan, jaminan kesehatan, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, kepemilikan dokumen kependudukan yang erat kaitannya dengan program yang pernah diluncurkan pada 2015, yaitu program Bulin Tertawa atau Ibu Bersalin Terdata dan Pulang Membawa Akta ketika Barito Kuala dipimpin Hasanuddin Murad.
Supaya program Permata Bunda bisa lebih sempurna, Noormiliyani minta dikolaborasikan dengan program Bulin Tertawa yang di dalamnya terdapat program pemenuhan Kartu Identitas Anak (KIA) sehingga untuk yang melahirkan ibunya didata sedangkan anaknya akan memiliki KIA dari umur 0-16 tahun 11 bulan.
“Saya berharap pak Sekda dan Kadinkes bisa mengolaborasikan ini sekaligus menjadi program inovasi yang manfaatnya bukan saja mampu mengeliminir kasus kematian bayi dan ibu saat dan setelah melahirkan namun juga mendapat penanganan tenaga kesehatan agar pemberian ASI eksklusif terhadap bayinya bisa dilakukan,” tuturnya. CM
(ars)
Lihat Juga :
tulis komentar anda