Ini Antisipasi Warga Kota Semarang di Tengah Kekhawatiran Pandemi Corona
Selasa, 21 April 2020 - 13:32 WIB
SEMARANG - Merebaknya wabah virus corona jenis baru, Covid-19 ditanggapi beragam reaksi oleh sejumlah warga di Kota Semarang, Jawa Tengah. Apalagi masyarakat juga dihimbau untuk menjaga jarak (social distancing) hingga menghindari kerumunan massa. Pun demikian dengan diliburkannya sekolah yang sudah lebih sebulan ini, terhitung sejak 16 Maret 2020.
Atas kondisi tersebut, tak bisa dipungkiri memunculkan rasa kekhawatiran hingga ketakutan di antara mereka akan keganasan virus tersebut. Fenomena phobia ataupun paranoid pun muncul di tengah kekhawatiran akan penularan virus corona yang begitu masif.
Seperti yang terjadi di komplek perumahan yang berada di kawasan Tembalang, Semarang. Berbagai cara pun dilakukan sejumlah warga guna memutus mata rantai peredaran corona.
Seperti halnya yang dilakukan seorang ibu rumah tangga bernama Anggorowati. Seakan menerapkan protokol keamanan dan kesehatan, segalanya pun diperketat.
Seperti tidak menerima tamu terutama dari luar perumahan hingga hanya menerima pesanan makanan yang dibeli lewat online dengan ditaruh di atas pagar.
“Kalau ada tamu terutama yang bukan warga dari sini, saya tak bolehkan masuk rumah. Cukup bicara dari balik pagar. Bahkan, ada saudara dari luar kota yang datang ke rumah pun terpaksa hanya berkomunikasi lewat telepon,” ungkap Anggorowati, Selasa (21/4/2020).
Tak hanya itu, dia yang mengaku selama ada himbuan pemerintah untuk tidak keluar rumah, lebih banyak beli makanan lewat online. “Tapi kalau pesanan sudah datang, saya suruh menaruhnya di atas pagar. Sedangkan uangnya saya bungkus plastik dan taruh di atas pagar,” ungkapnya.
Menurutnya, semua yang dilakukannya itu sebagai langkah mencegah penularan virus corona. “Bagaimanapun rasa takut itu pasti ada. Makanya saya lebih ketat menerapkan segalanya, mulai menyediakan hand sanitizer ataupun sabun cair di depan rumah,” imbuhnya.
Lain halnya yang dilakukan Saptono, warga setempat. Rumahnya yang juga difungsikan sebagai toko kelontong atau warung terpaksa ia tutup namun tidak total. “Warungnya buka, tapi pagar rumah saya tutup. Jadi kalau ada yang beli cukup dari luar pagar. Uang saya minta dimasukkan plastik, begitu juga barang yang dibelinya,” ungkap Saptono.
Atas kondisi tersebut, tak bisa dipungkiri memunculkan rasa kekhawatiran hingga ketakutan di antara mereka akan keganasan virus tersebut. Fenomena phobia ataupun paranoid pun muncul di tengah kekhawatiran akan penularan virus corona yang begitu masif.
Seperti yang terjadi di komplek perumahan yang berada di kawasan Tembalang, Semarang. Berbagai cara pun dilakukan sejumlah warga guna memutus mata rantai peredaran corona.
Seperti halnya yang dilakukan seorang ibu rumah tangga bernama Anggorowati. Seakan menerapkan protokol keamanan dan kesehatan, segalanya pun diperketat.
Seperti tidak menerima tamu terutama dari luar perumahan hingga hanya menerima pesanan makanan yang dibeli lewat online dengan ditaruh di atas pagar.
“Kalau ada tamu terutama yang bukan warga dari sini, saya tak bolehkan masuk rumah. Cukup bicara dari balik pagar. Bahkan, ada saudara dari luar kota yang datang ke rumah pun terpaksa hanya berkomunikasi lewat telepon,” ungkap Anggorowati, Selasa (21/4/2020).
Tak hanya itu, dia yang mengaku selama ada himbuan pemerintah untuk tidak keluar rumah, lebih banyak beli makanan lewat online. “Tapi kalau pesanan sudah datang, saya suruh menaruhnya di atas pagar. Sedangkan uangnya saya bungkus plastik dan taruh di atas pagar,” ungkapnya.
Menurutnya, semua yang dilakukannya itu sebagai langkah mencegah penularan virus corona. “Bagaimanapun rasa takut itu pasti ada. Makanya saya lebih ketat menerapkan segalanya, mulai menyediakan hand sanitizer ataupun sabun cair di depan rumah,” imbuhnya.
Lain halnya yang dilakukan Saptono, warga setempat. Rumahnya yang juga difungsikan sebagai toko kelontong atau warung terpaksa ia tutup namun tidak total. “Warungnya buka, tapi pagar rumah saya tutup. Jadi kalau ada yang beli cukup dari luar pagar. Uang saya minta dimasukkan plastik, begitu juga barang yang dibelinya,” ungkap Saptono.
tulis komentar anda