Upaya Pencegahan Stunting, Kemkominfo Mengajak Remaja Penuhi Gizi dan Peduli ASI Sejak Dini
Senin, 16 Agustus 2021 - 20:15 WIB
GOWA - Menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia membutuhkan usaha yang luar biasa bersama seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat, khususnya para remaja. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Wiryanta dalam Forum Kepoin Genbest bertajuk “Remaja Masa Kini: Peduli Gizi, Peduli ASI” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (16/08/2021).
“Hal ini sesuai dengan yang ditargetkan Presiden Joko Widodo, pada 2024 angka prevalensi stunting di Indonesia bisa menurun sampai dengan 14 persen. Target ini sudah jauh di bawah angka prevalensi stunting yang ditetapkan WHO, yaitu 20 persen ke bawah,” ujar Wiryanta.
Penurunan angka prevalensi stunting ini dilaksanakan dalam upaya membangun bangsa dengan sumber daya manusia yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi, guna menyongsong bonus demografi pada 2030.
Plt Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dwi Listyawardani mengatakan, stunting terjadi karena pada masa awal pertumbuhannya, seseorang tidak mendapat asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya, khususnya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Masa di dalam kandungan dan 1000 HPK adalah golden period tumbuh kembang manusia. Apabila kebutuhan gizi di masa ini terganggu maka akan menjadi masalah nantinya,” ujarnya.
Menurut Dani, gizi dan tumbuh kembang adalah hal yang perlu diperhatikan di masa remaja. Hal ini karena pada masa remaja terjadi perkembangan organ vital seperti ginjal dan hati, dimana jika tidak diperhatikan maka dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang berakibat tingginya kolestrol dan gula darah.
Dokter Spesialis Gizi Dian Permatasari menyatakan, kebutuhan nutrisi seseorang bersifat berkelanjutan. Gizi yang baik harus dimulai dari sebelum ibu mengalami kehamilan dilanjutkan dengan 1000 HPK dengan memberikan ASI. Selanjutnya gizi juga perlu diperhatikan pada masa remaja, yaitu usia 10-18 tahun.
“Remaja juga punya aktivitas cukup tinggi, jadi membutuhkan nutrisi yang tinggi juga. Selain itu, berbagai perubahan yang terjadi pada remaja seperti perubahan fisiologis dan psikologis mempengaruhi pola makan dan gizi remaja. Oleh karena itu, apabila tidak disadari dari sekarang, hal ini akan berakibat tidak baik nantinya,” katanya.
Dani menjelaskan, gizi yang baik untuk remaja putri sangat penting untuk mempersiapkan mereka yang kelak akan menjadi ibu agar bisa memberikan ASI pada buah hatinya. “ASI adalah nutrisi terbaik untuk anak manusia, apalagi di awal kehidupannya. Untuk remaja yang bercita-cita ingin mempunyai keturunan yang cerdas, maka kita harus mempersiapkan diri agar bisa memberi ASI,” ucapnya.
“Hal ini sesuai dengan yang ditargetkan Presiden Joko Widodo, pada 2024 angka prevalensi stunting di Indonesia bisa menurun sampai dengan 14 persen. Target ini sudah jauh di bawah angka prevalensi stunting yang ditetapkan WHO, yaitu 20 persen ke bawah,” ujar Wiryanta.
Penurunan angka prevalensi stunting ini dilaksanakan dalam upaya membangun bangsa dengan sumber daya manusia yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi, guna menyongsong bonus demografi pada 2030.
Plt Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dwi Listyawardani mengatakan, stunting terjadi karena pada masa awal pertumbuhannya, seseorang tidak mendapat asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya, khususnya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Masa di dalam kandungan dan 1000 HPK adalah golden period tumbuh kembang manusia. Apabila kebutuhan gizi di masa ini terganggu maka akan menjadi masalah nantinya,” ujarnya.
Menurut Dani, gizi dan tumbuh kembang adalah hal yang perlu diperhatikan di masa remaja. Hal ini karena pada masa remaja terjadi perkembangan organ vital seperti ginjal dan hati, dimana jika tidak diperhatikan maka dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang berakibat tingginya kolestrol dan gula darah.
Dokter Spesialis Gizi Dian Permatasari menyatakan, kebutuhan nutrisi seseorang bersifat berkelanjutan. Gizi yang baik harus dimulai dari sebelum ibu mengalami kehamilan dilanjutkan dengan 1000 HPK dengan memberikan ASI. Selanjutnya gizi juga perlu diperhatikan pada masa remaja, yaitu usia 10-18 tahun.
“Remaja juga punya aktivitas cukup tinggi, jadi membutuhkan nutrisi yang tinggi juga. Selain itu, berbagai perubahan yang terjadi pada remaja seperti perubahan fisiologis dan psikologis mempengaruhi pola makan dan gizi remaja. Oleh karena itu, apabila tidak disadari dari sekarang, hal ini akan berakibat tidak baik nantinya,” katanya.
Dani menjelaskan, gizi yang baik untuk remaja putri sangat penting untuk mempersiapkan mereka yang kelak akan menjadi ibu agar bisa memberikan ASI pada buah hatinya. “ASI adalah nutrisi terbaik untuk anak manusia, apalagi di awal kehidupannya. Untuk remaja yang bercita-cita ingin mempunyai keturunan yang cerdas, maka kita harus mempersiapkan diri agar bisa memberi ASI,” ucapnya.
tulis komentar anda