Jaga Kesehatan Jantung saat Pandemi, Deteksi Dini Skrining Jadi Kunci
Kamis, 17 Juni 2021 - 16:15 WIB
BALIKPAPAN - Deteksi dini melalui skrining jantung secara rutin menjadi kunci utama menjaga kesehatan jantung, selain pola hidup sehat. Hal itu karena proses terjadinya penyakit jantung bersifat progresif.
Baca juga: Mengenal Penyebab dan Risiko Serangan Jantung Diidap Markis Kido
Sehingga penting untuk dilakukan deteksi dini sebelum penyakit diketahui saat memasuki tahap lanjut. Selain itu, pengobatan penyakit jantung terbilang kompleks dan jangka panjang. Karenanya penting bagi masyarakat untuk mengetahui tips efektif menjaga kesehatan jantung selama pandemi.
Baca juga: Markis Kido Meninggal karena Serangan Jantung, Ini Gejalanya
"Biasanya penyakit jantung dipicu oleh sejumlah penyebab yang meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau diubah (jenis kelamin, usia, genetik, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait gaya hidup yang kurang sehat," kata dokter spesialis jantung RS Siloam Balikpapan, dr Perhentian Ginting Sp JP FIHA saat edukasi webinar kesehatan jantung, dikutip Kamis (17/6/2021).
Selain menumbuhkan pola hidup sehat, skrining jantung secara rutin menjadi kunci utama menjaga kesehatan jantung. Terutama bagi orang yang memiliki faktor risiko tinggi seperti genetik ataupun memiliki anggota keluarga dengan riwayat sakit jantung di usia relatif muda.
"Seteksi dini efektif mengurangi resiko terkena gejala serangan jantung dan menghindari mahalnya biaya pengobatan," lanjutnya.
Skrining jantung lengkap untuk dilakukan setidaknya sekali pada dewasa pria usia di atas 40 tahun serta dewasa wanita pasca menopause atau di atas usia 50 tahun. "Sedangkan individu dengan usia muda yang memiliki risiko genetik atau turunan keluarga dianjurkan melakukan pengecekan standar pada usia diatas 20 tahun untuk mendeteksi dini adanya kelainan jantung bawaan," katanya.
Sejak tahun 2015, data menunjukkan bahwa empat penyakit teratas penyebab kecacatan, kesakitan dan kematian adalah stroke, penyakit jantung iskemik, kanker dan diabetes mellitus (DM).
Empat dari lima penyebab kematian terbanyak di Indonesia saat ini adalah penyakit tidak menular. Salah satunya adalah penyakit jantung koroner yaitu mencapai sekitar 12,9%.
"Biasanya penyakit jantung dipicu oleh sejumlah penyebab yang meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau diubah (jenis kelamin, usia, genetik, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait gaya hidup yang kurang sehat," ujarnya. Karena itu, cara mengurangi resiko penyakit jantung adalah dengan melakukan gaya hidup sehat.
Baca juga: Mengenal Penyebab dan Risiko Serangan Jantung Diidap Markis Kido
Sehingga penting untuk dilakukan deteksi dini sebelum penyakit diketahui saat memasuki tahap lanjut. Selain itu, pengobatan penyakit jantung terbilang kompleks dan jangka panjang. Karenanya penting bagi masyarakat untuk mengetahui tips efektif menjaga kesehatan jantung selama pandemi.
Baca juga: Markis Kido Meninggal karena Serangan Jantung, Ini Gejalanya
"Biasanya penyakit jantung dipicu oleh sejumlah penyebab yang meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau diubah (jenis kelamin, usia, genetik, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait gaya hidup yang kurang sehat," kata dokter spesialis jantung RS Siloam Balikpapan, dr Perhentian Ginting Sp JP FIHA saat edukasi webinar kesehatan jantung, dikutip Kamis (17/6/2021).
Selain menumbuhkan pola hidup sehat, skrining jantung secara rutin menjadi kunci utama menjaga kesehatan jantung. Terutama bagi orang yang memiliki faktor risiko tinggi seperti genetik ataupun memiliki anggota keluarga dengan riwayat sakit jantung di usia relatif muda.
"Seteksi dini efektif mengurangi resiko terkena gejala serangan jantung dan menghindari mahalnya biaya pengobatan," lanjutnya.
Skrining jantung lengkap untuk dilakukan setidaknya sekali pada dewasa pria usia di atas 40 tahun serta dewasa wanita pasca menopause atau di atas usia 50 tahun. "Sedangkan individu dengan usia muda yang memiliki risiko genetik atau turunan keluarga dianjurkan melakukan pengecekan standar pada usia diatas 20 tahun untuk mendeteksi dini adanya kelainan jantung bawaan," katanya.
Sejak tahun 2015, data menunjukkan bahwa empat penyakit teratas penyebab kecacatan, kesakitan dan kematian adalah stroke, penyakit jantung iskemik, kanker dan diabetes mellitus (DM).
Empat dari lima penyebab kematian terbanyak di Indonesia saat ini adalah penyakit tidak menular. Salah satunya adalah penyakit jantung koroner yaitu mencapai sekitar 12,9%.
"Biasanya penyakit jantung dipicu oleh sejumlah penyebab yang meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau diubah (jenis kelamin, usia, genetik, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait gaya hidup yang kurang sehat," ujarnya. Karena itu, cara mengurangi resiko penyakit jantung adalah dengan melakukan gaya hidup sehat.
(shf)
tulis komentar anda