Cerita Pedagang Dawet di Purworejo Jual Perabot untuk Penuhi Kebutuhan
Senin, 20 April 2020 - 11:02 WIB
PURWOREJO - Ekonomi masyarakat mulai terganggu akibat pandemi virus corona jenis baru, Covid-19 yang tak kunjung terkendali. Pedagang kecil di Kabupaten Purworejo terpaksa menjual perabot rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti yang dialami Arry Supri Yadi (43), pedagang dawet keliling yang tinggal di rumah kontrakan di RT 02/RW 07 Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo. Hampir sebulan dia tidak berjualan setelah pelajar di Jateng diminta belajar di rumah.
Penghasilannya anjlok karena sebagian besar konsumennya merupakan anak sekolah. Dawet dagangannya hanya laku 4-5 gelas meski sudah keliling berjualan. Bahkan, dia mengeluhkan kondisi jalanan kota yang sepi imbas pandemi. Dia pun hanya bertahan dua minggu berjualan setelah modalnya habis.
Arry pun beralih profesi menjadi juru parkir, ojek pangkalan dengan meminjam motor kawannya. Tetapi hasilnya tidak juga seberapa tidak cukup menghidupinya istri dan ketiga anaknya.
Sang istri, Ririn akhirnya memutuskan berangkat mencari nafkah sebagai pembantu rumah tangga di Yogyakarta. Arry tinggal dan bekerja serabutan di Purworejo sembari mengasuh ketiga anaknya.
Untuk mencukupi kebutuhan makan Arry terpaksa meminjam kepada teman. Dia juga dibantu beberapa kawan yang prihatin dengan kondisi keluarganya. Ironisnya, karena tak memiliki apapun, dia terpaksa menjual perabot yang ada di rumah. Sudah dua lemari, televisi, parabola dan sebagian pakaian istri dijualnya untuk beli makan anak-anak.
"Buat makan anak-anak selain pinjem ya saya jual-jual prabotan. Ini kadang anak-anak nyari rongsokan tanpa sepengetahuan saya," ucap Arry, Senin (20/4/2020).
Untuk menghemat pengeluaran keluarga Arry terpaksa makan dua kali sehari. Dia mengaku belum pernah mendapat bantuan nasi bungkus dari Pemkab Purworejo. Bahkan keluarganya tidak masuk program bantuan apapun dari pemerintah pusat mulai PKH hingga subsidi kesehatan. KTPnya yang berstatus warga Jakarta konon membuatnya sulit mendapat bantuan apapun.
"Bantuan justru ada dari paguyuban pedagang di Purworejo. Kalau pemerintah belum ada sama sekali," ucapnya.
Arry mengaku tidak mau berharap muluk, dia hanya ingin pandemi ini segera berlalu agar bisa berjualan kembali.
Senada dengan Arry, pedagang kaki lima Subhan juga tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Selama ini kebutuhannya dipenuni dari warga setempat.
"Ada juga bantuan dari teman-teman. Itu juga enggak bisa bertahan lahan," ucapnya.
Seperti yang dialami Arry Supri Yadi (43), pedagang dawet keliling yang tinggal di rumah kontrakan di RT 02/RW 07 Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo. Hampir sebulan dia tidak berjualan setelah pelajar di Jateng diminta belajar di rumah.
Penghasilannya anjlok karena sebagian besar konsumennya merupakan anak sekolah. Dawet dagangannya hanya laku 4-5 gelas meski sudah keliling berjualan. Bahkan, dia mengeluhkan kondisi jalanan kota yang sepi imbas pandemi. Dia pun hanya bertahan dua minggu berjualan setelah modalnya habis.
Arry pun beralih profesi menjadi juru parkir, ojek pangkalan dengan meminjam motor kawannya. Tetapi hasilnya tidak juga seberapa tidak cukup menghidupinya istri dan ketiga anaknya.
Sang istri, Ririn akhirnya memutuskan berangkat mencari nafkah sebagai pembantu rumah tangga di Yogyakarta. Arry tinggal dan bekerja serabutan di Purworejo sembari mengasuh ketiga anaknya.
Untuk mencukupi kebutuhan makan Arry terpaksa meminjam kepada teman. Dia juga dibantu beberapa kawan yang prihatin dengan kondisi keluarganya. Ironisnya, karena tak memiliki apapun, dia terpaksa menjual perabot yang ada di rumah. Sudah dua lemari, televisi, parabola dan sebagian pakaian istri dijualnya untuk beli makan anak-anak.
"Buat makan anak-anak selain pinjem ya saya jual-jual prabotan. Ini kadang anak-anak nyari rongsokan tanpa sepengetahuan saya," ucap Arry, Senin (20/4/2020).
Untuk menghemat pengeluaran keluarga Arry terpaksa makan dua kali sehari. Dia mengaku belum pernah mendapat bantuan nasi bungkus dari Pemkab Purworejo. Bahkan keluarganya tidak masuk program bantuan apapun dari pemerintah pusat mulai PKH hingga subsidi kesehatan. KTPnya yang berstatus warga Jakarta konon membuatnya sulit mendapat bantuan apapun.
"Bantuan justru ada dari paguyuban pedagang di Purworejo. Kalau pemerintah belum ada sama sekali," ucapnya.
Arry mengaku tidak mau berharap muluk, dia hanya ingin pandemi ini segera berlalu agar bisa berjualan kembali.
Senada dengan Arry, pedagang kaki lima Subhan juga tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Selama ini kebutuhannya dipenuni dari warga setempat.
"Ada juga bantuan dari teman-teman. Itu juga enggak bisa bertahan lahan," ucapnya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda