Drainase Tak Memadai dan Alih Fungsi Lahan jadi Pemicu Lembang Kerap Banjir
Sabtu, 22 Mei 2021 - 18:13 WIB
BANDUNG BARAT - Banjir yang kerap menyergap kawasan di sekitar Jalan Pasar Panorama, Kembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), disinyalir akibat gorong-gorong yang kecil dan tersumbat sampah.
Kepala Desa Lembang, Yono Maryono mengatakan, kapasitas gorong-gorong di depan pasar tidak sebanding dengan meningkatnya debit air saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Baca juga: Sejak COVID-19 Muncul, 186 Warga Cilame Pernah Merasakan Terpapar
Hal itu diperparah dengan banyaknya sampah baik dari lingkungan warga maupun dari pasar yang dibuang ke gorong-gorong sehingga menyumbat dan membuat aliran air tidak lancar.
"Sudah gorong-gorongnya gak madai, ditambah banyak buangan sampah. Jadi wajar kalau banjir dan air meluber ke jalan," kata Yono, Sabtu (22/5/2021).
Menurutnya, kesadaran warga dalam membuang sampah pada tempatnya masih rendah. Tidak heran ketika hujan turun dengan deras, dalam sekejap jalan di depan Pasar Panorama Lembang langsung tergenang.
Pihaknya beberapa waktu lalu bersama unsur anggota Bhabinkamtibmas serta Babinsa pernah melakukan pembersihan saluran drainase di depan pasar tersebut. Hasilnya ternyata banyak sampah bekas rumah tangga dan sampah pasar yang menyumbat saluran air.
Tidak hanya itu, lanjut Yono, pada saluran air sepanjang 500 meter tersebut juga terjadi sedimentasi cukup parah sehingga harus dikeruk dengan alat berat. Saat itu sisa material tanah bercampur lumpur dan sampah yang berhasil dibersihkan cukup banyak.
Baca juga: Bangkalan Gempar! Anggota DPRD Fraksi Gerindra Diduga Terlibat Penembakan Warga Hingga Tewas
Sementara itu berdasarkan analisis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, banjir di kawasan Lembang terjadi karena banyaknya alih fungsi lahan. Pasalnya, dari total 41.315, 32 hektare luas Kawasan Bandung Utara termasuk Lembang, lebih dari 10.427, 9 hektare sudah menjadi kawasan terbangun.
Mengkaji dari aspek lingkungan, banjir di Lembang juga merupakan dampak dari perubahan tata guna lahan. Semakin banyak kawasan terbangun di KBU maka peran lahan untuk menyerap air kian minimal. Sebab saat hujan, air tidak sempat terserap tanah dan tumbuhan tapi langsung limpas karena terhalang lapisan terbangun.
"Ini menjadi potensi ancaman ekologi di KBU sendiri dan cekungan Bandung. Karena laju volume air larian akan semakin besar. Hal itu diperparah dengan jaringan drainase yang buruk," tutur Direktur Eksekutif Walhi Jabar, Meiki W Paendong.
Kepala Desa Lembang, Yono Maryono mengatakan, kapasitas gorong-gorong di depan pasar tidak sebanding dengan meningkatnya debit air saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Baca juga: Sejak COVID-19 Muncul, 186 Warga Cilame Pernah Merasakan Terpapar
Hal itu diperparah dengan banyaknya sampah baik dari lingkungan warga maupun dari pasar yang dibuang ke gorong-gorong sehingga menyumbat dan membuat aliran air tidak lancar.
"Sudah gorong-gorongnya gak madai, ditambah banyak buangan sampah. Jadi wajar kalau banjir dan air meluber ke jalan," kata Yono, Sabtu (22/5/2021).
Menurutnya, kesadaran warga dalam membuang sampah pada tempatnya masih rendah. Tidak heran ketika hujan turun dengan deras, dalam sekejap jalan di depan Pasar Panorama Lembang langsung tergenang.
Pihaknya beberapa waktu lalu bersama unsur anggota Bhabinkamtibmas serta Babinsa pernah melakukan pembersihan saluran drainase di depan pasar tersebut. Hasilnya ternyata banyak sampah bekas rumah tangga dan sampah pasar yang menyumbat saluran air.
Tidak hanya itu, lanjut Yono, pada saluran air sepanjang 500 meter tersebut juga terjadi sedimentasi cukup parah sehingga harus dikeruk dengan alat berat. Saat itu sisa material tanah bercampur lumpur dan sampah yang berhasil dibersihkan cukup banyak.
Baca juga: Bangkalan Gempar! Anggota DPRD Fraksi Gerindra Diduga Terlibat Penembakan Warga Hingga Tewas
Sementara itu berdasarkan analisis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, banjir di kawasan Lembang terjadi karena banyaknya alih fungsi lahan. Pasalnya, dari total 41.315, 32 hektare luas Kawasan Bandung Utara termasuk Lembang, lebih dari 10.427, 9 hektare sudah menjadi kawasan terbangun.
Mengkaji dari aspek lingkungan, banjir di Lembang juga merupakan dampak dari perubahan tata guna lahan. Semakin banyak kawasan terbangun di KBU maka peran lahan untuk menyerap air kian minimal. Sebab saat hujan, air tidak sempat terserap tanah dan tumbuhan tapi langsung limpas karena terhalang lapisan terbangun.
"Ini menjadi potensi ancaman ekologi di KBU sendiri dan cekungan Bandung. Karena laju volume air larian akan semakin besar. Hal itu diperparah dengan jaringan drainase yang buruk," tutur Direktur Eksekutif Walhi Jabar, Meiki W Paendong.
(msd)
tulis komentar anda