Masjid Sri Alam Dunia, Simbol Kebersamaan dan Persatuan Warga Sipirok

Senin, 03 Mei 2021 - 05:00 WIB
MASJID Sri Alam Dunia berada di Kelurahan Sipirok Godang, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapsel, Sumatera Utara. SINDOnews/Zia
MASJID Sri Alam Dunia di Kelurahan Sipirok Godang, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara merupakan salah satu Masjid bersejarah kebanggaan masyarakat Tapanuli Selatan pada umumnya dan Sipirok pada khususnya.

Masjid ini dibangun dengan semangat gotong royong pada 1920-an dan diresmikan pada tahun 1926. Masjid ini memiliki ciri khas tersendiri. Keberadaannya yang memiliki karakteristik menawan dengan ornamen arab melayu di dalamnya merupakan saksi bisu dan bukti sejarah kemegahan dan ketekunan beribadah warga setempat dari masa kemasa.

Pada bulan Ramadhan, aktivitas masyarakat di Masjid Sri Alam Dunia akan semakin meningkat. Mulai dari melaksanakan Salat Fardhu (wajib), sunat, seperti taraweh dan witir secara berjamaah, tadarusan dan amal ibadah lainnya dalam rangka memanfaatkan momen bulan puasa mendapatkan amalan dengan pahala berlipat ganda. selain itu Masjid megah dan kokoh itu juga dijadikan sebagai tempat istirahat pada siang hingga menjelang buka puasa, pasalnya suasana didalam Masjid begitu teduh dan nyaman.



Banyak warga memanfaatkan suasana teduh di dalam dan beranda Masjid yang memiliki 4 tiang kayu peyangga di tengah yang terbuat dari kayu dengan ukiran khas arab melayu sebagai tempat beristirahat sambil menunggu waktu Salat dan berbuka puasa.

"Pada hari biasapun kami sering istirahat di dalam dan beranda Masjid, dan ketika bulan puasa seperti ini suasanannya semakin ramai, apalagi menjelang buka puasa," kata Hasibuan dan Siregar warga setempat.

Masjid yang berukuran lebih kurang 20x20 meter yang memiliki 6 menara (kubah). Selain itu, Masjid Sri Alam Dunia memiliki 5 pintu masuk, yang mana menurut Raja Sojuangon Siregar (53) salah tokoh agama setempat mengatakan, makna pintu itu adalah menandakan Masjid Sri Alam Dunia merupakan milik dan kebanggaan bersama antara warga yang ada disekitar itu ketika pembangunannnya yaitu Warga Hutasuhut (Kelurahan Hutasuhut) warga Desa Pangurabaan, Warga Desa Bagas Lombang, Warga Banjar Toba dan Warga Bagas Nagodang lokasi berdirinya Masjid itu sendiri.

"Masing -masing Desa memiliki pintu tersendiri ketika itu, dan itulah menadakan Masjid ini milik dan kebangggaan bersama, namun saat ini masing-masing Desa tersebut telah memiliki Masjid sendiri," kata Siregar. Baca:

Tentang Menara yang enam lebih lanjut Siregar mengaku tak tahu lagi maknanya secara detail namun hanya mendengar penggalan bait lagu yang sering dinyanyikan oleh orang tua yaitu. Baca: Pembelajaran Tatap Muka Sudah Dimulai di Kabupaten Serang.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content